BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Keberhasilan
pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan angka kematian umum, angka
kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini berdampak pada meningkatnya usia
harapan hidup bangsa Indonesia dan meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut
usia.
Pertumbuhan
jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat sebagai paling pesat
di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Jumlah lansia yang kini sekitar 16
juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen
dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah lansia di Indonesia akan berada di
peringkat empat dunia, di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat.
Menurut data
demografi internasional dari Bureau of the Census USA (1993), kenaikan jumlah
lansia Indonesia antara tahun 1990-2025 mencapai 414%, tertinggi di dunia.
Kenaikan pesat itu berkait dengan usia harapan hidup penduduk Indonesia.
Dalam sensus
Badan Pusat Statistik (BPS) 1998, harapan hidup penduduk Indonesia rata-rata 63
tahun untuk kaum pria, dan wanita 67 tahun. Tetapi menurut kajian WHO (1999)
harapan penduduk Indonesia rata-rata 59,7 tahun, menempati peringkat ke-103
dunia. Nomor satu adalah Jepang (74,5 tahun).
Perhatian
pemerintah terhadap keberadaan lansia sudah meningkat. GBHN 1993 mengamanatkan
agar lansia yang masih produktif dan mandiri diberi kesempatan berperan aktif
dalam pembangunan.. Pemerintah juga menetapkan tanggal 29 mei sebagai Hari
Lansia Nasional, sedang DPR menerbitkan UU no 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia.
Dengan makin
bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula penderita golongan ini yang
memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda dengan segmen populasi lain, populasi
lanjut usia dimanapun selalu menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang lebih
tinggi dibanding populasi lain. Disamping itu, oleh karena aspek disabilitas
yang tinggi pada segmen populasi ini selalu membutuhkan derajat keperawatan
yang tinggi.
Keperawatan
pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi keperawatan yang
memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang spesifik, sehingga di bidang
keperawatan pun saat ini ilmu keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu
spesialisasi yang mulai berkembang.
Keperawatan
lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas Gerontologic nursing
(gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai keterlibatannya dalam bidang
yang berlainan. Gerontologic nurse atau perawat gerontologi adalah perawat yang
bertugas memberikan asuhan keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun
(di Indonesia dan Asia dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun
penyebabnya dan dimanapun dia bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda dengan
perawat geriatrik, yaitu mereka yang berusia diatas 65 tahun dan menderita
lebih dari satu macam penyakit (multipel patologi), disertai dengan berbagai
masalah psikologik maupun sosial.
1.2 Tujuan
Penulisan
1.2.1 Tujuan
Umum
a. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II
b. Agar
mahasiswa mampu memahami dan membuat Asuhan Keperawatan Lansia di Panti.
1.2.2 Tujuan
Khusus
a. Mengenal
masalah kesehatan lansia.
b. Memutuskan
tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pada lansia.
c. Melakukan
tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada lansia yang berada di panti.
d. Memelihara/memodifikasi
lingkungan keluarga (fisik, psikis, sosial) sehingga dapat meningkatkan
kesehatan lansia.
e. Memanfaatkan
sumber daya yang ada di masyarakat (fasilitas pelayanan kesehatan).
Manfaat yang
diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Mahasiswa
dapat mengenal masalah kesehatan yang muncul pada lansia.
b. Mahasiswa
dapat memberikan tindakan perawatan yang tepat terhadap lansia yang berada di
panti.
c. Mahasiswa
memiliki gambaran tentang proses perawatan terhadap lansia yang berada di
panti.
BAB 2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian Lanjut Usia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir
perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999 dalam Buku
Siti Maryam, dkk, 2008). Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13
Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang
telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. (R. Siti Maryam, dkk, 2008: 32)
2.2 Batasan
Lanjut Usia
Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat
mengenai batasan umur.
1. Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
Lanjut Usia
meliputi:
a. Usia pertengahan
(Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut
usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut
usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia
sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.
2. Departemen
Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai berikut:
a. Pralansia
(prasenilis)
Seseorang
yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia
Seseorang
yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia
risiko tinggi
Seseorang
yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
d. Lansia
potensial
Lansia yang
masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan
barang/jasa (Depkes RI, 2003).
e. Lansia
tidak potensial
Lansia yang
tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang
lain (Depkes RI, 2003).
2.3 Tipe
Lanjut Usia
Beberapa
tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam buku R. Siti
Maryam, dkk, 2008).
Tipe
tersebut dapat dibagi sebagai berikut:
1. Tipe arif
bijaksana
Kaya dengan
hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan,
dan menjadi panutan.
2. Tipe
mandiri
Mengganti
kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan,
bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe
tidak puas
Konflik
lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar,
mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
4. Tipe
pasrah
Menerima dan
menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe
bingung
Kaget,
kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh
tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis,
tipe konstruktif, tipe dependen (ketergantungan), tipe defensif (bertahan),
tipe militant dan serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam
melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).
Sedangkan bila dilihat dari tingkat
kemandiriannya yang dinilai berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari (indeks kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan menjadi
beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan
langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung,
lansia dengan bantuan badan sosial, lansia dip anti werda, lansia yang dirawat
di rumah sakit, dan lansia dengan gangguan mental.
2.4 Proses
Penuaan
Tahap dewasa
merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah itu
tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di dalam
tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara
perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan.
Penuaan atau
proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua
tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa
disebut sebagai penyakit degeneratif.
2.5 Mitos
dan Stereotip Seputar Lanjut Usia
Menurut
Sheiera Saul, 1974 mitos-mitos seputar lansia antara lain sebagai berikut:
1. Mitos
kedamaian dan ketenangan
Adanya
anggapan bahwa para lansia dapat santai menikmati hidup, hasil kerja, dan jerih
payahnya di masa muda. Berbagai guncangan kehidupan seakan-akan sudah berhasil
dilewati. Kenyataannya, sering ditemui lansia yang mengalami stress karena
kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena penyakit.
2. Mitos
konservatif dan kemunduran
Konservatif
berarti kolot, bersikap mempertahankan kebiasaan, tradisi, dan keadaan yang
berlaku. Adanya anggapan bahwa para lansia itu tidak kreatif, menolak inovasi,
berorientasi ke masa silam, kembali ke masa kanak-kanak, sulit berubah, keras
kepala, dan cerewet. Kenyataannya, tidak semua lansia bersikap dan mempunyai
pemikiran demikian.
3. Mitos
berpenyakitan
Adanya
anggapan bahwa masa tua dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai
berbagai penyakit dan sakit-sakitan. Kenyataannya, tidak semua lansia
berpenyakitan. Saat ini sudah banyak jenis pengobatan serta lansia yang rajin
melakukan pemeriksaan berkala sehingga lansia tetap sehat dan bugar.
4. Mitos
senilitas
Adanya
anggapan bahwa para lansia sudah pikun. Kenyataannya, banyak yang masih tetap
cerdas dan bermanfaat bagi masyarakat, karena banyak cara untuk menyesuaikan
diri terhadap penurunan daya ingat.
5. Mitos
tidak jatuh cinta
Adanya
anggapan bahwa para lansia sudah tidak lagi jatuh cinta dan bergairah kepada
lawan jenis. Kenyataannya, perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang
masa serta perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi tua.
6. Mitos
aseksualitas
Adanya
anggapan bahwa pada lansia hubungan seks menurun, minat, dorongan, gairah,
kebutuhan, dan daya seks berkurang. Kenyataannya, kehidupan seks para lansia
normal-normal saja dan tetap bergairah, hal ini dibuktikan dengan banyaknya
lansia yang ditinggal mati oleh pasangannya, namun masih ada rencana untuk
menikah lagi.
7. Mitos
ketidakproduktifan
Adanya
anggapan bahwa para lansia tidak produktif lagi. Kenyataannya, banyak para
lansia yang mencapai kematangan, kemantapan, dan produktivitas mental maupun
material.
Mitos-mitos di atas harus disadari perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan, karena banyak kondisi lansia yang sesuai
dengan mitos tersebut dan sebagian lagi tidak mengalaminya.
2.6 Teori
Proses Penuaan
Sebenarnya
secara individual tahap proses penuaan terjadi pada orang dengan usia berbeda,
masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda, tidak ada satu
factor pun ditemukan untuk mencegah proses penuaan.
2.6.1 Teori-Teori
Biologi
a. Teori
Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatic Theory)
Menurut
teori ini menua telah terprogram secara generic untuk spesies-spesies tertentu.
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang deprogram oleh
molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai
contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel).
b. Pemakaian
dan Rusak kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah
(terpakai).
c. Pengumpulan
dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori akumulasi dari produk
sisa. Sebagai contoh adanya pigmen Lipofuchine di sel otot jantung dan sel
susunan syaraf pusat pada orang lanjut usia yang mengakibatkan mengganggu sel
itu sendiri.
d. Peningkatan
jumlah kolagen dalam jaringan.
e. Tidak ada
perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
f. Reaksi
dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)
Di dalam
proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh
menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang ada
pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan autoimun
(menurut Goldteris dan Brocklehurst).
g. Teori
Immunology Slow Virus (Immunology Slow Virus Theory)
Sistem imun
menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh
dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
h. Teori
Stress
Menua
terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
i. Teori
Radikal Bebas
Radikal
bebas dapat terbentuk di dalam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok
atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat
dan proton. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
j. Teori
Rantai Silang
Sel-sel yang
tua atau using, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen, ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan, dan
hilangnya fungsi.
k. Teori
Program
Kemampuan
organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut
mati.
2.6.2 Teori
Kejiwaan Sosial
a. Aktivitas
atau Kegiatan (Activity Theory)
1) Ketentuan
akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini
menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan sosial.
2) Ukuran
optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
3) Mempertahankan
hubungan antara system sosial dan individu agar tetap stabil dari usia
pertengahan ke lanjut usia.
b. Kepribadian
Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar
kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimiliknya.
c. Teori
Pembebasan (Didengagement Theory)
Putusnya
pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu oleh Cummning
dan Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara berangsur-angsur mulai melepsakan diri dari kehidupan sosialnya atau
menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi
sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga
sering terjadi kehilangan ganda (Triple Loss), yakni:
1) Kehilangan
peran (Loss of Role)
2) Hambatan
kontak sosial (Restrastion of Contacts and Relation Ships)
3) Berkurangnya
komitmen (Reuced Commitment to Social Mores and Values)
2.7 Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Penuaan
R. Siti
Maryam, dkk, 2008 menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi penuaan adalah
sebagai berikut:
1. Hereditas
(Keturunan/Genetik)
2. Nutrisi
(Asupan Makanan)
3. Status
Kesehatan
4.
Pengalaman Hidup
5.
Lingkungan
6. Stress
2.8 Perubahan-perubahan
yang Terjadi pada Lanjut Usia
Banyak
kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung rambut sampai
ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya umur. Menurut Nugroho
(2000) perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:
1. Perubahan
Fisik
a. Sel
Jumlahnya
menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra seluler,
menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak
menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.
b. Sistem
Persyarafan
Respon
menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak menurun
10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya
respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa,
lebih sensitif terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang
sensitif terhadap sentuhan.
c. Sistem
Penglihatan
Menurun
lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram (kekeruhan pada
lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna menurun.
d. Sistem
Pendengaran
Hilangnya
atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada yang
tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia
diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
e. Sistem
Kardiovaskuler
Katup
jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh
darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan
posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65 mmHg dan tekanan darah meninggi akibat meningkatnya
resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal ±170 mmHg, diastole
normal ± 95 mmHg.
f. Sistem
Pengaturan Temperatur Tubuh
Pada
pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa faktor yang
mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: temperatur tubuh menurun,
keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
g. Sistem
Respirasi
Paru-paru
kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat,
kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas turun. Kemampuan
batuk menurun (menurunnya aktivitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg,
CO2 arteri tidak berganti.
h. Sistem
Gastrointestinal
Banyak gigi
yang tanggal, sensitivitas indra pengecap menurun, pelebaran esophagus, rasa
lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik
lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
i. Sistem
Genitourinaria
Otot-otot
pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200 mg, frekuensi
BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir
mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi
seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.
j. Sistem
Endokrin
Produksi
hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan sekresi hormon
kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.
k. Sistem
Kulit
Kulit
menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan
kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan
vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang
jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
l. Sistem
Muskuloskeletal
Tulang
kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang,
persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi
serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.
2. Perubahan
Mental
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
a. Perubahan
fisik.
b. Kesehatan
umum.
c. Tingkat
pendidikan.
d. Hereditas.
e. Lingkungan.
f. Perubahan
kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan sikap.
g. Kenangan,
kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
h. Kenangan
lama tidak berubah.
i. Tidak
berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan,
persepsi, dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan
karena tekanan dari faktor waktu.
3. Perubahan
Psikososial
a. Perubahan
lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa tidak aman,
takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panik dan depresif.
b. Hal ini
disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi.
c. Pensiunan,
kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status, teman atau
relasi.
d. Sadar
akan datangnya kematian.
e. Perubahan
dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
f. Ekonomi
akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
g. Penyakit
kronis.
h. Kesepian,
pengasingan dari lingkungan sosial.
i. Gangguan
syaraf panca indra.
j. Gizi
k. Kehilangan
teman dan keluarga.
l. Berkurangnya
kekuatan fisik.
2.9 Permasalahan
pada Lansia
Berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lansia antara lain
(Setiabudi, 1999: 40-42):
1. Permasalahan
Umum
a. Makin
besarnya jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b. Makin
melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut
kurang diperhatikan, dihargai, dan dihormati.
c. Lahirnya
kelompok masyarakat industri.
d. Masih
rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional pelayanan lansia.
e. Belum
membudaya dan melembaganya pembinaan kesejahteraan lansia.
2. Permasalahan
Khusus
a. Berlangsungnya
proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial.
b. Berkurangnya
integrasi sosial lansia.
c. Rendahnya
produktivitas kerja lansia.
d. Banyaknya
lansia yang miskin, terlantar, dan cacat.
e. Berubahnya
nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik.
f. Adanya
dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik
lansia.
2.10 Beberapa
Penyakit dan Sifat Penyakit pada Lansia
Penyakit
atau gangguan umum pada lansia ada 7 macam, yaitu:
a. Depresi
Mental
b. Gangguan
Pendengaran
c. Bronkitis
Kronis
d. Gangguan
pada tungkai atau sikap berjalan
e. Gangguan
pada koksa/sendi panggul
f. Anemia
g. Demensia
Beberapa
sifat penyakit pada lansia yang membedakannya dengan penyakit pada orang dewasa
seperti yang dijelaskan berikut ini:
1. Penyebab
Penyakit
Penyebab
penyakit pada lansia umumnya berasal dari dalam tubuh (endogen), sedangkan pada
orang dewasa berasal dari luar tubuh (eksogen). Hal ini disebabkan karena pada
lansia telah terjadi penurunan fungsi dari berbagai organ-organ tubuh akibat kerusakan
sel-sel karena proses menua, sehingga produksi hormone, enzim, dan zat-zat yang
diperlukan untuk kekebalan tubuh menjadi berkurang. Dengan demikian, lansia
akan lebih mudah terkena infeksi. Sering pula, penyakit lebih dari satu jenis
(multipatologi), dimana satu sama lain dapat berdiri sendiri maupun saling
berkaitan dan memperberat.
2. Gejala
penyakit sering tidak khas/tidak jelas
Misalnya,
penyakit infeksi paru (pneumonia) sering kali tidak didapati demam tinggi dan
batuk darah, gejala terlihat ringan padahal penyakit sebenarnya cukup serius,
sehingga penderita menganggap penyakitnya tidak berat dan tidak perlu berobat.
3. Memerlukan
lebih banyak obat (polifarmasi)
Akibat
banyaknya penyakit pada lansia, maka dalam pengobatannya memerlukan obat yang
beraneka ragam dibandingkan dengan orang dewasa. Selain itu, perlu diketahui
bahwa fungsi organ-organ vital tubuh seperti hati dan ginjal yang berperan
dalam mengolah obat-obat yang masuk ke dalam tubuh telah berkurang. Hal ini
menyebabkan kemungkinan besar obat tersebut akan menumpuk dalam tubuh dan
terjadi keracunan obat dengan segala komplikasinya bila diberikan dengan dosis
yang sama dengan orang dewasa. Oleh karena itu, dosis obat perlu dikurangi pada
lansia. Efek samping obat sering pula terjadi pada lansia yang menyebabkan
timbulnya penyakit-penyakit baru akibat pemberian obat tadi (iatrogenik),
misalnya poliuri/sering BAK akibat pemakaian obat diuretik (obat untuk
meningkatkan pengeluaran air seni), dapat terjatuh akibat penggunaan obat-obat
penurun tekanan darah, penenang, antidepresi, dan lain-lain. Efek samping obat
pada lansia biasanya terjadi karena diagnosis yang tidak tepat, ketidakpatuhan
meminum obat, serta penggunaan obat yang berlebihan dan berulang-ulang dalam
waktu yang lama.
4. Sering
mengalami gangguan jiwa
Pada lansia
yang telah lama menderita sakit sering mengalami tekanan jiwa (depresi). Oleh
karena itu, dalam pengobatannya tidak hanya gangguan fisiknya saja yang
diobati, tetapi juga gangguan jiwanya yang justru seing tersembunyi gejalanya.
Jika yang mengobatinya tidak teliti akan mempersulit penyembuhan penyakitnya.
2.11 Pembinaan
Kesehatan Lansia di Panti dan Terapi Modalitas
1. Tujuan
a. Tujuan
Umum
Meningkatnya
derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia dip anti agar mereka dapat hidup
layak.
b. Tujuan
Khusus
1) Meningkatnya
pembinaan dan pelayanan kesehatan lansia dip anti, baik oleh petugas kesehatan
maupun petugas panti.
2) Meningkatnya
kesadaran dan kemampuan lansia khususnya yang tinggal dip anti dalam memelihara
kesehatan diri sendiri.
3) Meningkatnya
peran serta keluarga dan masyarakat dalam upaya pemeliharaan kesehatan lansia
di panti.
2. Sasaran
a. Sasaran
Umum
1) Pengelola
dan petugas penghuni panti
2) Keluarga
lansia
3) Masyarakat
luas
4) Instansi
dan organisasi terkait
b. Sasaran
Khusus
Lansia
penghuni panti
3. Kegiatan
Pelaksanaan
kegiatan pembinaan kesehatan lansia dilakukan melalui upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
a. Upaya
Promotif
Adalah upaya
untuk menggairahkan semangat hidup dan meningkatkan derajat kesehatan lansia
agar tetap berguna, baik bagi dirinya, keluarga, maupun masyarakat. Kegiatan
tersebut dapat berupa penyuluhan/demonstrasi dan/atau pelatihan bagi petugas
panti mengenai hal-hal berikut ini:
1) Masalah
gizi dan diet
a) Cara
mengukur keadaan gizi lansia.
b) Cara
memilih bahan makanan yang bergizi bagi lansia.
c) Cara
menyusun menu sehat dan diet khusus.
d) Cara
menghitung kebutuhan makanan di panti.
e) Cara
menyelenggarakan penyediaan di panti.
f) Cara mengawasi
keadaan gizi lansia.
2) Perawatan
dasar kesehatan
Melakukan
pengkajian komprehensif pada lansia
a) Perawatan
kesehatan dasar lansia yang masih aktif.
b) Perawatan
kesehatan dasar bagi lansia yang pasif.
c) Perawatan
khusus lansia yang mengalami gangguan.
d) Perawatan
dasar lingkungan panti, baik di dalam maupun di luar panti.
3) Keperawatan
kasus darurat
a) Mengenal
kasus darurat.
b) Tindakan
pertolongan pertama kasus darurat.
4) Mengenal
kasus gangguan jiwa
a) Tanda dan
gejala gangguan jiwa pada lansia.
b) Cara
mencegah dan mengatasi gangguan jiwa pada lansia.
5) Olah raga
a) Maksud
dan tujuan olah raga bagi lansia.
b) Macam-macam
olah raga yang tepat bagi lansia.
c) Cara-cara
melakukan olah raga yang benar.
6) Teknik-teknik
berkomunikasi
a) Bimbingan
rohani.
b) Sarasehan,
pembinaan mental, dan ceramah keagamaan.
c) Pembinaan
dan pengembangan kegemaran pada lansia di panti.
d) Rekreasi.
e) Kegiatan
lomba antar lansia di dalam panti atau antar panti.
f) Penyebarluasan
informasi tentang kesehatan lansia di panti maupun masyarakat luas melalui
berbagai macam media.
b. Upaya
Preventif
Adalah upaya
pencegahan terhadap kemungkinan terjadi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
proses penuaan dan komplikasinya. Kegiatannya dapat berupa kegiatan berikut
ini:
1) Pemeriksaan
berkala yang dapat dilakukan di panti oleh petugas kesehatan yang datang ke
panti secara periodic atau di puskesmas dengan menggunakan KMS lansia.
2) Penjaringan
penyakit pada lansia, baik oleh petugas kesehatan di puskesmas maupun petugas
panti yang telah dilatih dalam pemeliharaan kesehatan lansia.
3) Pemantauan
kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas panti yang menggunakan
buku catatan pribadi.
4) Melakukan
olah raga secara teratur sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing.
5) Mengelola
diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai dengan kondisi kesehatannya
masing-masing.
6) Meningkatkan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
7) Mengembangkan
kegemarannya agar dapat mengisi waktu dan tetap produktif.
8) Melakukan
orientasi realita, yaitu upaya pengenalan terhadap lingkungan sekelilingnya
agar lansia dapat lebih mampu mengadakan hubungan dan pembatasan terhadap
waktu, tempat, dan orang secara optimal.
c. Upaya
Kuratif
Upaya
kuratif adalah upaya pengobatan bagi lansia oleh petugas kesehatan atau petugas
panti terlatih sesuai kebutuhan. Kegiatan ini dapat berupa hal-hal berikut ini:
1) Pelayanan
kesehatan dasar di panti oleh petugas kesehatan atau petugas panti yang telah
dilatih melalui bimbingan dan pengawasan petugas kesehatan/puskesmas.
2) Pengobatan
jalan di puskesmas.
3) Perawatan
dietetik.
4) Perawatan
kesehatan jiwa.
5) Perawatan
kesehatan gigi dan mulut.
6) Perawatan
kesehatan mata.
7) Perawatan
kesehatan melalui kegiatan puskesmas.
8) Rujukan
ke rumah sakit, dokter spesialis, atau ahli kesehatan yang diperlukan.
d. Upaya
Rehabilitatif
Adalah upaya
untuk mempertahankan fungsi organ seoptimal mungkin. Kegiatan ini dapat berupa
rehabilitasi mental, vokasional (ketrampilan/kejuruan), dan kegiatan fisik.
Kegiatan ini dilakukan oleh petugas kesehatan, petugas panti yang telah dilatih
dan berada dalam pengawasan dokter, atau ahlinya (perawat).
Pakar
psikologi Dr. Parwati Soepangat, M.A. menjelaskan bahwa para lansia yang
dititipkan di panti pada dasarnya memiliki sisi negatif dan positif. Diamati
dari sisi positif, lingkungan panti dapat memberikan kesenangan bagi lansia.
Sosialisasi di lingkungan yang memiliki tingkat usia sebaya akan menjadi
hiburan tersendiri, sehingga kebersamaan ini dapat mengubur kesepian yang
biasanya mereka alami.
Akan tetapi,
jauh di lubuk hati mereka merasa jauh lebih nyaman berada di dekat keluarganya.
Negara Indonesia yang masih menjunjung tinggi kekeluargaan, tinggal di panti
merupakan sesuatu hal yang tidak natural lagi, apa pun alasannya. Tinggal di
rumah masih jauh lebih baik dari pada di panti.
Pada saat
orang tua terpisah dari anak serta cucunya, maka muncul perasaan tidak berguna
(useless) dan kesepian. Padahal mereka yang sudah tua masih mampu
mengaktualisasikan potensinya secara optimal. Jika lansia dapat mempertahankan
pola hidup serta cara dia memandang suatu makna kehidupan, maka sampai ajal
menjemput mereka masih dapat berbuat banyak bagi kepentingan semua orang.
10 kebutuhan
lansia (10 needs of the erderly) menurut Darmojo (2001) adalah sebagai berikut:
1) Makanan
cukup dan sehat (healthy food).
2) Pakaian
dan kelengkapannya (cloth and common accessories).
3) Perumahan/tempat
tinggal/tempat berteduh (home, place to stay).
4) Perawatan
dan pengawasan kesehatan (health care and facilities).
5) Bantuan
teknis praktis sehari-hari/bantuan hokum (technical, judicial assistance).
6) Transportasi
umum (facilities for public transportations).
7) Kunjungan/teman
bicara/informasi (visits, companies, informations).
8) Rekreasi
dan hiburan sehat lainnya (recreational activities, picnic).
9) Rasa aman
dan tentram (safety feeling).
10) Bantuan
alat-alat panca indra (other assistance/aids). Kesinambungan bantuan dana dan fasilitas
(continuation of subsidies and facilities).
4. Terapi
Modalitas
Terapi
modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi
lansia.
a. Tujuan
1) Mengisi
waktu luang bagi lansia.
2) Meningkatkan
kesehatan lansia.
3) Meningkatkan
produktivitas lansia.
4) Meningkatkan
interaksi sosial antar lansia.
b. Jenis
Kegiatan
1) Psikodrama
Bertujuan
untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai dengan masalah
lansia.
2) Terapi
Aktivitas Kelompok (TAK)
Terdiri atas
7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi, bertukar
pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini dibutuhkan
leader, co-leader, dan fasilitator. Misalnya cerdas cermat, tebak gambar, dan
lain-lain.
3) Terapi
musik
Bertujuan
untuk menghibur para lansia sehingga meningkatkan gairah hidup dan dapat
mengenang masa lalu.
4) Terapi
berkebun
Bertujuan
untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu luang.
5) Terapi
dengan binatang
Bertujuan untuk
meningkatkan rasa kasih saying dan mengisi hari-hari sepinya dengan bermain
bersama binatang.
6) Terapi
okupasi
Bertujuan
untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan membuat
atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan.
7) Terapi
kognitif
Bertujuan
agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengadakan cerdas cermat, mengisi TTS,
dan lain-lain.
8) Life
review terapi
Bertujuan
untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan menceritakan pengalaman
hidupnya.
9) Rekreasi
Bertujuan
untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan, dan
melihat pemandangan.
10) Terapi
keagamaan
Bertujuan
untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan meningkatkan rasa nyaman.
Seperti mengadakan pengajian, kebaktian, dan lain-lain.
BAB 3
TINJAUAN
KASUS
3.1 Gambaran
Panti Sosial Tresna Werdha
Dalam kehidupan dewasa ini jumlah lanjut usia
akan semakin banyak, itu semua disebabkan karena adanya peningkatan kualitas
hidup maka dari itu para lanjut usia wajib mendapatkan perlindungan, perawatan,
kesejahteraan dan juga pendidikan yang layak dan sesuai dengan keadaan lanjut
usia, terutama bagi lansia yang terlantar. Wujud nyata tindakan tersebut adalah
dengan dibangunnya panti-panti sosial bagi lansia yang bertujuan untuk
melindungi, merawat, mensejahterakan serta mendidik usia lanjut.
3.1.1
Identitas Panti Sosial Tresna Werdha
Panti Sosial Tresna Werdha adalah unit pelaksanaan
teknis dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur yang mempunyai tugas memberikan
pelayanan sosial bagi para lansia, sehingga mereka dapat menikmati sisa
hidupnya dengan diliputi ketentraman lahir dan batin.
3.1.2
Sejarah Berdirinya Panti Sosial Tresna Werdha
Panti Sosial
Tresna Werdha Pandaan didirikan pada tanggal 1 Oktober 1979 dengan nama Sasana
Tresna Werdha (STW) “Sejahtera” Pandaan yang mula-mula berkapasitas 30 orang,
dan pada tanggal 17 Mei 1982 oleh Menteri Sosial Bapak Saparjo diresmikan
pemakaiannya berdasarkan KEP. MENSOS RI NO. 32/HUK/KEP/VI/82 dengan kapasitas
tampung 110 orang dan menempati area seluas 16.454 m2 dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut:
Sebelah
Selatan : Dusun Klampok
Sebelah Utara : Dusun Tengger
Sebelah
Timur : Dusun Sukun
Sebelah
Barat : Dusun Rajeg
Pada tahun
1994 mengalami pembakuan penamaan UPT Pusat/Panti/Sasana dilingkungan
Departemen Sosial sesuai SK Mensos RI. No. 14/HUK/1994 dengan nama Panti Sosial
Tresna Werdha “Sejahtera” Pandaan. Melalui SK Mensos RI No. 8/HUK/1998
ditetapkan termasuk kategori panti percontohan tingkat Provinsi dengan
kapasitas tampung 110 orang Perda No. 12 th 2000 tentang Dinas Sosial Provinsi
Jawa Timur bahwa Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan, merupakan unit pelaksana
teknis Dinas sosial Provinsi Jawa Timur. Dengan keluarnya Perda No. 14 th 2002
yang merubah Perda No. 12 th 2000 tentang Dinas Sosial yang berisi bahwa Panti
Sosial Tresna Werdha Pandaan berubah menjadi Panti Sosial Tresna Werdha
Pandaan-Bangkalan yang merupakan unit pelaksana teknis dari Dinas Sosial
Provinsi Jawa Timur.
3.1.3 Maksud
dan Tujuan
a. Maksud
Maksud
didirikannya panti sosial tresna werdha adalah untuk memberikan pelayanan bagi
para lanjut usia yang terlantar dalam memenuhi kebutuhan hidup secara bio,
psiko, sosial, dan spiritual.
b. Tujuan
1. Terpenuhinya
kebutuhan biologis atau jasmani yang meliputi:
a) Kebutuhan
pokok hidup seperti sandang, pangan dan papan.
b) Pemeliharaan
kesehatan bagi lansia.
c) Kebutuhan
rekreatif untuk mengisi waktu luang.
2. Terpenuhinya
kebutuhan psikologis yang meliputi:
a) Kebutuhan
kasih sayang.
b) Kebutuhan
rasa aman.
c) Kebutuhan
untuk rasa ketenangan.
d) Peningkatan
semangat hidup.
e) Peningkatan
rasa percaya diri.
3. Terpenuhinya
kebutuhan sosial yang meliputi:
a) Terpenuhinya
kebutuhan sosial terutama bimbingan sosial antar penghuni wisma yang lain.
b) Terpenuhinya
kebutuhan untuk bersosialisasi dengan masyarakat.
c) Terpenuhinya
kebutuhan untuk ikut bergabung dalam kegiatan lansia.
d) Terpenuhinya
kebutuhan untuk dihargai dari orang lain.
4. Terpenuhinya
kebutuhan spiritual yang meliputi:
a. Kebutuhan
untuk beribadah sesuai dengan agamanya masing-masing.
b. Kebutuhan
untuk menerima siraman rohani sesuai dengan agamanya masing-masing.
3.1.4 Fungsi
Panti Sosial Tresna Werdha
a. Sebagai
pusat pemberi pelayanan bagi kesejahteraan lanjut usia.
b. Sebagai
pusat informasi dan konsultasi masalah lanjut usia.
c. Sebagai
pusat pengembangan kesejahteraan sosial.
3.1.5
Prosedur Pelayanan Panti Sosial Tresna Werdha
3.1.6 Sarana
dan Prasarana Panti
1. Bangunan
Panti Sosial
Tresna Werdha didirikan diatas tanah seluas 16.960 m2, tanah tersebut terbagi
menjadi dua yaitu untuk perumahan dan untuk tempat pemakaman. Tanah untuk
perumahan terbagi atas:
a. Gedung
wisma sebanyak 11 wisma meliputi wisma cendana, seruni, kenanga, mawar, melati,
kemuning, teratai, dahlia, flamboyan. Gedung tersebut dibangun diatas tanah
seluas 1320 m2. Wisma-wisma ini memiliki fasilitas diantaranya ruang tamu,
kamar tidur, ruang rekreasi, dapur, dan kamar mandi.
1. Gedung
kantor seluas 210 m2
2. Gedung
lokal kerja 70 m2
3. Musholla
seluas 160 m2
4. Dapur
umum seluas 160 m2
5. Aula
seluas 160 m2
6. Pos
satpam seluas 6 m2
7. Rumah
dinas tipe 50
8. Rumah
dinas tipe 36
b. Sarana
air bersih
Sumber air
bersih berasal dari sumur bor yang terletak dibelakang wisma dan bantuan air
dari perusahaan air minum Vivi.
c. Jamban
keluarga
Setiap wisma
minimal memiliki 1 kamar mandi, dan setiap wisma mempunyai septic tank sendiri
dimana septic tank ini tidak terhubung antar yang satu dengan yang lainnya.
d. Sarana
pembuangan air limbah
Setiap wisma
terdapat sarana pembuangan air limbah yang dialirkan sampai ke tempat
pembuangan limbah akhir.
e. Sarana
ibadah setiap wisma
Panti Sosial
Tresna Werdha memiliki satu musholla yang terletak disebelah barat panti.
f. Kebun dan
kolam
Dibelakang
panti terdapat kebun dan kolam ikan.
3.1.7
Hubungan Lintas Program dan Lintas Sektoral
1. Lintas
Program
Kegiatan
yang ada di panti ini tidak hanya berasal dari Dinas Sosial tetapi ada juga
kegiatan yang bekerja sama dengan Departemen Agama, bimbingan mental agama yang
ada di wisma-wisma, dengan Debdikbud untuk pengadaan kegiatan dan lain
sebagainya.
2. Lintas
Sektoral
Panti
bekerjasama dengan RSUD Sidoarjo, RSU Malang, Puskesmas Pandaan, RSU Bangil,
Pemda setempat.
3.1.8
Persyaratan Masuk Panti Sosial Tresna Werdha
1. Lansia
umur 60 tahun ke atas.
2. Terlantar
sosial dan ekonominya.
3. Tidak ada
yang menanggung kelangsungan hidupnya.
4. Atas
kemauan sendiri atau dipaksa.
5. Tidak
mempunyai penyakit menular/kronis yang membahayakan orang lain.
6. Surat
keterangan RT/RW.
7. Surat
rekomendasi dari kantor sosial kabupaten atau kota setempat.
8. Surat
keterangan sehat dari puskesmas setempat.
9. Lulus
seleksi dari petugas panti dan mengisi formulir yang disediakan oleh panti.
3.1.9
Distribusi Pendanaan
Seluruh dana kegiatan yang diadakan di Panti
berasal dari APBD/Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur.
3.2
Pengkajian
3.2.1 Data
Demografi
1. Umur
Analisa data
Berdasarkan
kriteria umur menurut World Health Organization (WHO), lansia terbanyak yang
menghuni wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah dari kelompok umur
75-90 tahun yang termasuk yaitu dalam kategori lanjut usia tua (old) dengan
prosentase 47,2%.
2. Jenis
kelamin
Analisa
data
Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa lansia terbanyak yang menghuni wisma
Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah perempuan dengan prosentase
72%.
3. Status
perkawinan
Analisa Data
Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa status perkawinan terbanyak di wisma
Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah janda dengan prosentase 63,8%.
4. Tingkat
Pendidikan
Analisa data
Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan terbanyak di wisma
Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah sekolah dasar dengan prosentase
52,8%.
5. Agama
Analisa data
Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa Agama yang dianut oleh lanjut usia di wisma
Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah Islam dengan prosentase
88,8%.
3.2.2 Kebiasaan
sehari-hari
1. Pola
makan
Analisa data
Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan pola makan pada lanjut usia di wisma Kemuning,
Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah 3 kali/hari dengan prosentase 94,6 %.
Sebagian klien ada yang makan 1-2 kali/hari karena faktor spiritual
(kepercayaan) seperti : puasa.
2. Pola
minum
Analisa data
Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa pola minum pada lanjut usia di wisma
Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah >5 kali/hari dengan prosentase
38,9 %.
3. Pola
mandi
Analisa data
Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa pola mandi pada lanjut usia di wisma
Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah 2 kali/hari dengan prosentase
66,7%.
4. Pola
keramas
Analisa data
Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa pola keramas pada lanjut usia di wisma
Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah 1 kali/minggu dengan prosentase
66,7%.
5. Pola
gosok gigi
Analisa data
Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa pola gosok gigi pada lanjut usia di wisma
Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah 2 kali/hari dengan prosentase
66,7%.
6. Pola
memotong kuku
Analisa data
Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa pola memotong kuku pada lanjut usia di
wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah 1 kali/minggu dengan
prosentase 75%.
7. Pola
ganti pakaian
Analisa data
Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa pola ganti pakaian pada lanjut usia di
wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah 1 dan 2 kali/hari dengan
prosentase sama yaitu 50%.
8. Pola
mencuci pakaian
Analisa data
Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa pola mencuci pakaian pada lanjut usia di
wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah 2-3 kali/minggu dengan
prosentase 58,3%.
9. Pola
berhias
Analisa data
Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa pola berhias pada lanjut usia di wisma
Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah berhias dengan prosentase 83,3%.
3.2.3 Pola
aktivitas
1. Istirahat
dan tidur
Analisa
data
Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa pola aktivitas (istirahat dan tidur) pada
lanjut usia di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah tidak
terganggu dengan prosentase 80,6%.
2. Kegiatan
panti (keagamaan)
Analisa data
Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan keagamaan pada lanjut usia di
wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek terbanyak adalah tidak mengikuti
dengan prosentase 55,6%.
3. Kegiatan
keterampilan dan kesenian
Analisa data
Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan keterampilan dan kesenian pada
lanjut usia di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek terbanyak
adalah tidak mengikuti dengan prosentase 55,6% dikarenakan adanya
beberapa faktor yaitu adanya cacat fisik, kurangnya minat untuk mengikuti
kegiatan dan dan tempat jauh dari wisma.
4. Kegiatan
bimbingan sosial
Analisa
data
Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan bimbingan sosial pada lanjut usia
di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek terbanyak adalah tidak
mengikuti dengan prosentase 52,8 % dikarenakan adanya beberapa faktor yaitu
cacat fisik, kurangnya minat untuk mengikuti kegiatan dan tempat jauh dari
wisma.
5. Kegiatan
Senam Tera
Analisa data
Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan senam Tera pada lanjut usia di
wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek terbanyak adalah tidak mengikuti
dengan prosentase 61% dikarenakan kurangnya minat, kurangnya kesadaran,
kurangnya informasi tentang kesehatan dan kecacatan fisik.
6. Kegiatan
Pertanian,Perikanan, dan Perkebunan
Analisa
data
Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pertanian dan perkebunan pada
lanjut usia di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek terbanyak adalah
tidak mengikuti dengan prosentase 80,6 %.
7. Kegiatan
kebersihan lingkungan
Analisa data
Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan kebersihan lingkungan pada lanjut
usia di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek terbanyak adalah mengikuti
dengan prosentase 58,3%.
8. Kebiasaan
yang merugikan kesehatan
Analisa data
Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan yang merugikan kesehatan pada
lanjut usia di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek terbanyak adalah
tidak ada kegiatan yang merugikan kesehatan dengan prosentase 86,1%.
9. Kegiatan
membersihkan rumah/kamar
Analisa data
Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membersihkan rumah/kamar pada
lanjut usia di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek terbanyak adalah 2 kali/hari
dengan prosentase 96,8 %.
10. Kegiatan
membersihkan kamar mandi
Analisa data
Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membersihkan kamar mandi pada
lanjut usia di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek terbanyak adalah tidak
pernah membersihkan kamar mandi dengan prosentase 52,8 % dikarenakan sebagian
dari wisma telah membagi tugas pada masing-masing lansianya pada kegiatan
lain-lain.
11. Kegiatan
membersihkan selokan
Analisa data
Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membersihkan selokan pada lanjut
usia di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek terbanyak adalah tidak
pernah membersihkan selokan dengan prosentase 100 % dikarenakan banyaknya
selokan yang sudah rusak dan sebagian Wisma tidak memiliki selokan.
3.3 Data
Subsistem
3.3.1
Lingkungan
Panti Sosial
Tresna Werdha didirikan dengan kapasitas tampung 110 orang dan menempati area
seluas 16.960 m2 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah
Selatan : Dusun Klampok
Sebelah
Utara : Dusun Tengger
Sebelah
Timur : Dusun Sukun
Sebelah
Barat : Dusun Rajeg
Panti Sosial
Tresna Werdha didirikan diatas tanah seluas 16.960 m2, tanah tersebut terbagi
menjadi dua yaitu untuk perumahan dan untuk tempat pemakaman. Tanah untuk
perumahan terbagi atas: Gedung wisma sebanyak 11 wisma meliputi wisma cendana,
seruni, kenanga, mawar, melati, kemuning, teratai, dahlia, flamboyan. Gedung
tersebut dibangun diatas tanah seluas 1320 m2. Wisma-wisma ini memiliki
fasilitas diantaranya ruang tamu, kamar tidur, ruang rekreasi, dapur, dan kamar
mandi. Gedung kantor seluas 210 m2. Gedung lokal kerja 70 m2. Musholla seluas
160 m2. Dapur umum seluas 160 m2. Aula seluas 160 m2. Pos satpam seluas 6 m2.
Rumah dinas tipe 50. Rumah dinas tipe 36.
Sumber air
bersih berasal dari sumur bor yang terletak dibelakang wisma dan bantuan air
dari perusahaan air minum Vivi. Setiap wisma minimal memiliki 1 kamar mandi,
dan setiap wisma mempunyai septic tank sendiri dimana septic tank ini tidak
terhubung antar yang satu dengan yang lainnya. Setiap wisma terdapat sarana
pembuangan air limbah yang dialirkan sampai ke tempat pembuangan limbah akhir.
Panti Sosial Tresna Werdha memiliki satu musholla yang terletak disebelah barat
panti. Dibelakang panti terdapat kebun dan kolam ikan.
3.3.2 Pelayanan
Kesehatan dan Sosial
Panti Sosial
Tresna Werdha adalah unit pelaksanaan teknis dari Dinas Sosial Provinsi Jawa
Timur yang mempunyai tugas memberikan pelayanan sosial bagi para lansia,
sehingga mereka dapat menikmati sisa hidupnya dengan diliputi ketentraman lahir
dan batin.
Kegiatan
yang ada di panti ini tidak hanya berasal dari Dinas Sosial tetapi ada juga
kegiatan yang bekerja sama dengan Departemen Agama, bimbingan mental agama yang
ada di wisma-wisma, dengan Debdikbud untuk pengadaan kegiatan dan lain
sebagainya. Selain itu, panti bekerjasama dengan RSUD Sidoarjo, RSU Malang,
Puskesmas Pandaan, RSU Bangil, Pemda setempat untuk menunjang kondisi kesehatan
para lansia.
3.3.3 Ekonomi
Seluruh dana
kegiatan yang diadakan di Panti berasal dari APBD/Dinas Sosial Provinsi Jawa
Timur.
3.3.4 Transportasi
dan Keamanan
Untuk
kegiatan di dalam panti biasanya para lansia hanya berjalan kaki untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Panti juga menyediakan kendaraan berupa mobil
untuk keadaan darurat, misalnya keadaan dimana lansia harus segera mendapat
penanganan di rumah sakit. Selain itu, masing-masing wisma juga dijaga oleh
tenaga keamanan yang diperkerjakan di panti tersebut.
3.3.5 Politik
dan Pemerintahan
Panti Sosial
Tresna Werdha Pandaan merupakan Unit Pelaksana Teknis dari Dinas Sosial
Provinsi Jawa Timur yang memiliki struktur organisasi sesuai dengan Perda
Provinsi Jawa Timur No. 14 Tahun 2002 yang terdiri dari: Kepala Panti, Kelompok
Jabatan Fungsional, Ka. Sub. Bagian Tata Usaha, Ka. Sie Unit Pelayanan Sosial
Pandaan dan Bangkalan. Panti Sosial Tresna Werdha juga memiliki prosedur
pelayanan yang sistemastis untuk mencapai lansia yang sejahtera. Panti Sosial
Tresna Werdha Pandaan memiliki 33 pegawai yang memiliki peran dan fungsinya
masing-masing.
3.3.6 Komunikasi
Panti Sosial
Tresna Werdha memiliki fasilitas ruang tamu dan aula yang biasa dimanfaatkan
oleh para lansia untuk berkumpul dan melakukan aktivitas sehari-hari.
3.3.7 Pendidikan
Dalam Panti
Sosial Tresna Werdha, para lansia banyak sekali difasilitasi dengan berbagai
kegiatan yang meliputi kegiatan keagamaan, ketrampilan dan kesenian, bimbingan
sosial serta senam tera yang bertujuan untuk menjaga kebugaran para lansia.
3.3.8
Rekreasi
Para lansia
biasa mengisi waktunya dengan berbagai aktivitas yang diselenggarakan oleh
panti. Di sela-sela aktivitas biasanya mereka mengobrol, membaca koran atau
sekedar menonton TV di dalam ruangan rekreasi yang disediakan sebagai fasilitas
panti. Selain itu lansia juga bisa berjalan-jalan di kebun belakang panti dan
disana terdapat kolam ikan yang bisa digunakan untuk memancing.
3.4 Analisa
Data
No Data Masalah
1. Data
Subyektif
Banyak
lansia di wisma binaan mengatakan bahwa di lingkungan wisma banyak yang malas
mandi dan merapikan tempat tidur sehingga baunya kurang sedap.
Data
Objektif :
- Berdasarkan data yang didapatkan dari penyebaran
kuisioner, ditemukan lansia yang tidak mencuci pakaian sebanyak 5,6%, lansia
yang tidak mencuci rambut sebanyak 8,3% dan yang mandi 1x sebanyak 11,1% serta
lansia yang tidak berhias sebanyak 22,7%.
- Berdasarkan data yang didapatkan dari penyebaran
kuisioner, ditemukan lansia yang tidak pernah membersihkan kamar sebanyak 13,9%
dan 69,6% lansia tidak pernah membersihkan kamar mandi.
Kurangnya
kebersihan perorangan dan lingkungan
2. Data
Subjektif
Banyak
lansia mengatakan malas untuk mengikuti senam tera
Data
Objektif :
- Berdasarkan data yang didapatkan dari penyebaran
kuisioner, ditemukan bahwa 61% lansia tidak mengikuti senam tera.
- Berdasarkan data yang didapatkan dari penyebaran
kuisioner, ditemukan bahwa 8,3% lansia merokok.
- Berdasarkan data yang didapatkan dari penyebaran
kuisioner, ditemukan bahwa lansia yang makan 1 kali/hari sebanyak 2,7% dan 2
kali/hari sebanyak 2,7%
Risiko
penurunan derajat kesehatan
3.5 Kriteria
Penapisan
Diagnosa
Keperawatan
Komunitas. Kriteria
Penapisan
Sesuai dengan peran perawat komunitas Jumlah
yang berisiko Besarnya risiko Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan Minat
masyarakat Kemungkinan untuk diatasi Sesuai dengan program pemerintah Tersedia
Sumber
Sumber daya tempat Sumber daya waktu Sumber
daya dana Sumber daya peralatan Sumber daya orang Jumlah Skor
Kurangnya
kebersihan perorangan dan lingkungan 5 5 5 3 3 4 5 5 5 5 5 5 55
Risiko
penurunan derajat kesehatan 5 5 4 3 3 4 5 5 5 5 5 5 54
Keterangan
Skore
0-5
0 : Paling
rendah
1 : rendah
2 : sedang
3 : cukup
4 : tinggi
5: Paling
tinggi
3.6 Prioritas
Masalah
1. Kurangnya
kebersihan perorangan dan lingkungan.
2. Risiko
penurunan derajat kesehatan
3.7 Rencana
Keperawatan
Diagnosis
Keperawatan Tujuan Intervensi Tanggal/ Waktu Tempat Penanggung Jawab Sasaran Evaluasi
Jangka Panjang Jangka Pendek Proses Hasil
1.Kurangnya
kebersihan perorangan dan lingkungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan
komunitas di panti sosial Tresna Werdha selama 2 minggu diharapkan :
1. Meningkatkan
kebersihan perorangan pada lansia.
2. Meningkatkan
kebersihan lingkungan di tiap-tiap wisma.
3. Menurunkan
resiko penurunan derajat kesehatan pada lansia. 1. Lansia dapat menerapkan
personal hygiene secara mandiri.
2. Lansia
dapat memenuhi kebersihan lingkungan di setiap wisma secara mandiri.
Penurunan
derajat kesehatan pada lansia dapat berkurang secara bertahap.
Lansia dapat
terhindar dari resiko penularan penyakit. 1. Membe-rikan penyu-luhan keseha-tan
tentang personal hygiene.
2. Musya-warah
dengan petugas panti tentang jadwal latihan personal hygiene.
Jum’at,14 Desember 2012 / 09.00 WIB Aula Panti
Sosial Tresna Werdha Ka.Sie Unit Pelayanan Soial Pandaan dan Mahasiswa Para
Lansia di Panti Tresna Werdha 1. Ham-pir
semua kegiatan berja-lan sesuai rencana yang telah dibuat
2. Da-lam
setiap kegiatan para lansia me-nang-gapi de-ngan antusias.
3. Da-lam
setiap kegiatan terda-pat dalam bebe-rapa ham-batan dari lansia seper-ti,
penu-runan pendenga-ran, pendidikan yang ren-dah dan lansia terse-but terjadi
penu-runan daya ingat sehingga informasi yang diberikan ku-rang bisa diterima
oleh para lansia 1. Terjadi pening-katan kebersihan pero-rangan pada lansia.
2. Terjadi
pening-katan keber-sihan ling-kungan dise-tiap wisma binaan.
2. Risiko
penurunan derajat kesehatan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas
selama 2 minggu di panti sosial Tresna Werdha diharapkan:
1. Meningkat-nya
kesadaran mengikuti kegiatan senam tera.
2. Meningkat-kan
pola hidup sehat pada lansia. 1. Lansia dapat mengikuti kegiatan senam tera
sesuai jadwal kegiatan.
2. Melakukan
kegiatan jalan pagi disekitar panti.
3. Kebiasaan
merokok beberapa lansia berkurang.
4. Pola
makan lansia teratur 1. Musya-warah dengan petugas panti tentang jadwal makan
dan latihan senam tera.
2. Memberikan
motivasi pada para lansia agar melaku-kan senam tera.
3. Membe-rikan
pendidi-kan keseha-tan tentang kerugian merokok kepada para lansia Jum’at, 14
Desember 2012/ 09.00 WIB Halaman Panti Sosial Tresna Werdha Ka. Sie Unit
Pelayanan Sosial Pandaan dan Mahasiswa Para Lansia di Panti Tresna Werdha 1. Ham-pir
semua kegiatan berja-lan sesuai renca-na yang telah dibuat
2. Da-lam
setiap kegiatan para lansia me-nanggapi de-ngan antu-sias.
3. Da-lam
setiap kegiatan terda-pat dalam bebe-rapa ham-batan dari lansia seper-ti,
penu-runan pendengar-an, pendi-dikan yang ren-dah dan lansia terse-but terjadi
penu-runan daya ingat sehingga infor-masi yang diberikan ku-rang bisa diteri-ma
oleh para lansia Terjadi peningkatan derajat kesehatan pada lansia.
3.8 POA
(Planning Of Action)
No Nama
Kegiatan Waktu/Tempat Penanggung Jawab dr mhsw PJ dari Pok Sus Sumber Dana
1 Penyuluhan
tentang Personal Hygiene Jum’at 14 Desember 2012/ Aula Panti Sosial Tresna
Werdha. Ghora Ibu Anik Dana dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur
2 Senam Tera
Sabtu, 15 Desember 2012/ Halaman Panti Sosial Tresna Werdha Heni Ibu Anik Dana dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur
3.9 Implementasi
1. Penyuluhan
Penyuluhan
tentang Personal Hygiene dilakukan pada:
Hari/Tanggal
: Jum’at, 14 Desember 2012
Tempat :
Aula Panti social tresna werdha
Waktu :
Pukul 09.00 WIB
Sasaran :
Seluruh lansia penghuni Panti Sosial Tresna Werdha
Yang
dihadiri oleh lansia di Panti Sosial Tresna Werdha serta pemaparan oleh
mahasiswa, dalam penyuluhan ini terdapat beberapa fase, yaitu :
a. Fase
pembukaan
Pada fase
ini dimulai denagn salam , perkenalan, validasi, serta penjelasan tujuan
dari penyuluhan yaitu tentang personal hygiene.
b. Fase
penyampaian materi
1. Pada fase
ini mahasiswa menyampaikan materi penyuluhan mulai dari pengertian dari
personal hygiene, serta faktor-faktornya kebutuhan kebersihan dan fungsi kulit,
kebutuhan kebeersihan rambut dan pemeliharaan rambut, memasang kap kutu,
kebutuhan gigi dan mulut.
2. Selama
materi penyuluhan peserta sangat antusias mendengarkan dan memperhatikan.
c. Fase
penutup
1. Pada fase
ini terdiri dari tanya jawab antara lansia dan mahasiswa.
2. Penyuluh
menjawab pertanyaan dari peserta.
3. Penyuluh
menyimpulkan materi penyuluhan.
4. Penyuluh
mengucapkan salam dan mengucapkan terima kasih.
2. Senam
Tera
Kegiatan
Senam Tera dilakukan pada:
Hari/Tanggal
: Sabtu, 15 Desember 2012
Tempat :
Halaman Panti social tresna werdha
Waktu :
Pukul 07.00 WIB
Sasaran :
Seluruh lansia penghuni Panti Sosial Tresna Werdha
Yang dikuti
oleh lansia di panti sosial Tresna Werdha serta pemaparan oleh mahasiswa, dalam
penyuluhan ini terdapat beberapa fase, yaitu:
d. Fase
pembukaan
Pada fase
ini dimulai dengan salam , perkenalan, validasi, serta penjelasan tujuan
dari senam tera.
e. Fase
penyampaian materi
1. Pada fase
ini mahasiswa memperagakan senam Tera.
2. Selama
senam peserta sangat antusias menggerakkan badannya.
f. Fase penutup
Mahasiswa
mengucapkan salam dan terima kasih.
BAB 4
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari
penyebaran kuesioner dan observasi, menunjukkan bahwa lansia di wisma Kemuning,
Seruni, Cendana dan Anggrek tingkat perilaku hidup sehat pada khususnya
personal hygiene atau kebersihan perorangan serta lingkungan tempat tinggal
(kamar atau wisma) masih kurang memenuhi standart kesehatan. Jumlah klien di
wisma Kemuning, Seruni, Cendana dan Anggrek sebanyak 36 lansia. Status personal
hygiene kurang memenuhi standart kesehatan sekitar 43 %, dan personal hygiene
cukup baik sebanyak 57% dari keseluruhan jumlah lansia di 4 wisma. Sedangkan,
lingkungan wisma yang kurang bersih dari ke empat wisma tersebut sebanyak 75 %
dan hanya 25 % yang kebersihan lingkungannya cukup baik. Dengan demikian, maka
hal tersebut perlu perhatian khusus karena dapat berdampak kurang baik pada
lansia di kemudian hari.
Dari hasil yang telah dicapai, dapat
disimpulkan bahwa untuk meningkatkan pengetahuan, perilaku hidup sehat, kemauan
dan kesadaran diri dari para lansia maka mahasiswa bersama petugas panti dan
para ansia turut berperan aktif dalam mengatasi masalah personal hygiene pada
lansia.
4.2 Saran
Sesuai dengan kesimpulan, kelompok
menganjurkan saran yang diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk mengatasi
masalah-masalah kesehatan yang ada sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan para lansia khususnya di wisma Kemuning, Seruni, Cendana dan Anggrek
dan ruang isolasi Cempaka dan Flamboyan dapat terwujud :
1. Pembinaan
yang berkesinambungan dari petugas kesehatan panti sangat diperlukan untuk
memotivasi lansia memelihara dan meningkatkan status kesehatan khususnya
melalui petugas yang ada dalam setiap wisma dan perlu peningkatan kesehatan
lingkungan.
2. Rencana
tindak lanjut yang perlu di buat bersama lansia dan perlu di pantau dalam
pelaksanaan dan hasilnya secara terus-menerus oleh petugas Panti Sosial Tresna
Werdha Pandaan.
3. Setiap
lansia di wisma diharapkan dapat memahami permasalahan kesehatan yang ada
sekaligus melalui upaya-upaya kesehatan oleh lansia maupun dengan bantuan
pelayanan yang baik.
4. Pelayanan
yang ada terus-menerus untuk melakukan penyuluhan kesehatan dan lingkungan pada
lansia baik secara formal maupun secara informal untuk mengatasi
masalah-masalah yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anderson,
Elizabeth T. dan Judith McFarlane. Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori dan
Praktik, Ed. 3. Jakarta: EGC.
Bandiyah,
Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Ekasari, Mia
Fatma, dkk. 2006. Panduan Pengalaman Belajar Lapangan: Keperawatan Keluarga,
Keperawatan Gerontik, Keperawatan Komunitas. Jakarta: EGC.
Maryam, R.
Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Nugroho,
Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar