BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. di
dalam hati terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita. yaitu proses
penyimpanan energi, pengaturan metabolisme kolesterol, dan peneralan racun/obat
yang masuk dalam tubuh kita. sehingga dapat kita bayangkan akibat yang akan
timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.Sirosis hepatis adalah suatu
penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh
system arsitekture hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi
penambahan jaringan ikat ( firosis ) di sekitar paremkin hati yang mengalami
regenerasi. sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan
oleh fibrosis.dan perubahan strukture hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak
normal.Peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel
menyebabkan banyaknya terbentuk jaringan ikat dan regenerasi noduler dengan
berbagai ukuran yang di bentuk oleh sel paremkim hati yang masih
sehat.akibatnya bentuk hati yang normal akan berubahdisertai terjadinya
penekanan pada pembuluh darah dan terganggunya aliran darah vena pota yang
akhirnya menyebakan hipertensi portal. Penyebab sirosis hati beragam. selain
disebabkan oleh virus hepatitis B ataupun C, bisa juga di akibatkan oleh
konsumsi alkohol yang berlebihan, bergai macam penyakit metabolik, adanya
ganguan imunologis, dan sebagainya. Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab
kematian terbesar ke tiga pada pasien yang berusia 45 – 46 tahun ( setelah
penyakit kardiovaskuler dan kanker ). di seluruh dunia sirosis menempati urutan
ketujuh penyebab kematian, 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit
in. sirosis hati merupakan penyakit hati yang sering di temukan dalam ruangan
perawatan bagian penyakit dalam.di indonesia sirosis hati lebih sering di
jumpai pada laki – laki dari pada perempuan. dengan perbandingan 2 – 4 :
1.Peran dan fungsi perawat adalah memberi penyuluhan kesehatan agar mayakakat
dapat mewaspadai bahaya penyakit sirosis hepatis. Sedangkan peran perawat dalam
merawat pasien dengan penyakit sirosis hepatis adalah mencakup perbaikan
masukan nutrisi klien, membantu klien mendapatkan citra diri yang positif dan
pemahaman dengan penyakit dan pengobatanya. Dalam makalah ini penulis
akan membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit sirosis
hepatis untuk memudahkan kita sebagai calon perawat dalam merawat pasien dengan
penyakit sirosis hepatis
1.2 Rumusan
masalah
a.
Apa definisi sirosis?
b. Apa etiologi sirosis?
c.
Apa manifestasi sirosis?
d. Apa penatalakasanaan sirisis?
e.
Apa pemeriksaan fsik sirosis?
1.3 Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulis mengangkat
masalah sirosis
hepatis dalam makalah ini adalah:
a.
Tujuan
khusus :
Mahasiswa mampu memberikan
penjelasan dengan tanggap dan benar bagi penderita sirosis
b.
Tujuan
umum :
- Mahasiswa
mampu memahami pengertian dari Sirosis.
- Mahasiswa
mampu memahami etiologi dari
Sirosis
- Mahasiswa
mampu memahami manifestasi klinis dari Sirosis.
- Mahasiswa
mampu memahami penatalaksanaan
dari Sirosis
- Mahasiswa
mampu memahami pemeriksaan
fisik dari Sirosis
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Sirosis
hepatis ada 3 tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati.
1. Sirosis
portal laennec (alkohol, nutrisional), dimana jaringan parut secara khas
mengelilingi daerah portal. Sisrosis ini paling sering disebabkan oleh
alkoholisme kronis dan merupakan tipe sirosis yang paling sering ditemukan di
negara barat.
2. Sirosis
poscanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat –
lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3. Sirosis
bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran
empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan
infeksi (kolangitis; insidensnya lebih rendah daripada insidens sirosis laennec
dan poscanekrotik).
2.2 Etiologi
1.
Meskipun ada beberapa faktor yang
terlibat dalam etiologi sirosis, konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai
faktor penyebab yang utama. Sirosis terjadi dengan frekuensi yang paling tinggi
pada peminum minuman keras. Meskipun defisiensi gizi dengan penurunan asupan
protein turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis, namun asupan alkohol
yang berlebihan merupakan faktor penyebab yang utama pada perlemakan hati dan
konsekuensi yang ditimbulkannya. Namun demikian, sirosis juga pernah terjadi
pada individiu yang tidak memiliki kebiasaan minum minuman keras dan pada
individu yang dietnya normal tetapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
2.
Perdarahan
Varises Esofagus
Perdarahan atau hemoragi dari
varises esofagus terjadi pada kurang lebih sepertiga penderita sirosis hepatis
dan varises. Angka mortalitas yang terjadi akibat episode perdarahan pertama
adalah 45% hingga 50% perdarahan ini merupakan salah satu penyebab kematian
yang utama pada penderita sirosis hepatis.
Patofisiologi
dan manifestasi klinik
Varises esofagus merupakan pembuluh
vena yang berdilatasi, berkelok-kelok dan biasanya dijumpai dalam submukosa
pada esofagus bagian baawah, namun, varises ini dapat terjadi pada bagian
esofagus yang lebih tinggi atau meluas sampai kedalam lambung. Keadaan semacam
ini hampir selalu disebabkan oleh hipertensi portal yang terjadi akibat obstruksi
pada sirkulasi vena porta, pada hati yang mengalami sirosis.
Karena
peningkatan obstruksi pada vena porta, darah vena dari traktus intestinal dan
limpa akan mencari jalan keluar melalui sirkulasi kolateral ( lintasan baru
untuk kembali ke atrium kanan ). Akibat yang ditimbulkan adalah peningkatan
tekanan, khusunya dalam pembuluh darah pada lapisan submukosa esofagus bagian
bawah dan lambung bagian atas. Pembuluh-pembuluh kolateral ini tidak begitu
elastis tetapi bersifat rapuh, berkelok-kelok, dan mudah mengalami perdarahan.
Penyebab varises lainnya yang lebih jaarang ditemukan adalah kelainan sirkulasi
dalam vena lienalis atau vena kava superior dan trombosis vena hepatika.
Varises
esofagus yang mengalami perdarahan dapat menimbulkan kematian dan mengakibatkan
syok hemoragik yang menyebabkan penurunan perfusi serebral, heoatik serta
ginjal. Selanjutnya akan terjadi peingkatan beban nitrogen akibat perdarahan
kedalam traktus gastrointestinal dan kenaikan kadar amonia serum yang
meningkatkan risiko ensefalopati. Kemungkinan adanya perdarahan varises
esofagus harus dicurigai jika terjadi hematemesis dan melena, khusunya pada
pasien yang biasa mengkonsumsi minuman keras. Vena yang mengalami dilatasi
biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali jika terjadi peningkatan tekanan
porta yang tajam dan mukosa atau struktur yang menyangganya menjadi tipis.
Kemudian akan timbul hemoragi masif.
EVALUASI
DIAGNOSTIK (varises esophagus)
Riwayat pasien dan
hasil pemeriksaan jasmani akan membantu mengenali penyebab perdarahan. Endoskopi
dilakukan untuk mengidentifikasi tempat perdarahan bersama dengan pemeriksaan
barium meal, ultrasound (USG), pemindai CT danangiografi.
Endoskopi, endoskopi yg
segera merupakan indikasi untuk me ngenali penyebab dan tempat perdarahan
sedikitnya terdapat 30 persen penderita yg dicurigai mengalami perdarhan dari
varises esophagus ternyata juga mengalaami perdarahan darisumber lain
(gastritis,ulkus)
Dukungan keperawatan
sebelum dan selama pemeriksaan endoskopi dapat menjadi tindakan yg efektif untuk
mengurangi kecemasan selama menjalani pemeriksaan yg sering menimbulkan stress
ini . pemantauan yg cermat dapat mendeteksi secara dini tanda-tandadisritmia
jantung ,perforasi,dan hemoragi
Setelah pemeriksaan
pemberiancairan baru dilakukan setelah reflek muntah (gag reflek) muncul kembali
lozenges dan obat kumur untuk mengurangi gangguan rasa nyaman dalam tenggorokan
dapat digunakan bila kondisi fisik dan status mental pasien memungkinkan, jika pasien
mengalami perdarahan aktif asupan oral tidak dibolehkan dan pasien dipersiapkan
untuk menjalani tindakan diagnostic serta terpaeutik selanjutnya.
Pengkajian neurologi akan
membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan ensefalopati hepatic yang terjadi akibat pemecahan darah dalam
traktus gastrointestinal dan kenaikan kadar ammonia serum. Manifestasinya berkisar
dari perasaaan seperti mengantuk hingga ensefalopati dan koma. Pemeriksaan
hipertensi portal .kemungkinan hipertensi portal harus dicurigai jika ditemukan
dilatasi vena-vena abdiominalis dan hemoroid rektal. Pembesaran limpa yg teraba
(splnomegali) dan asites dapat juga dijumpai.
Tekanan vena portal
dapat diukur secara langsung (direk) pengukuran indirek gradien tekanan vena
hepatilka merupakan prosedur yg paling sering digunakan prosedur ini memerlukan
pemasangan kateter balon berisi cairan ke
dalam vena antekubiti atau vena femoralis kateter tersebut didorong maju
dibawah pengarahan fluooroskopi hingga mencapai vena hepatika. Tekanan “baji” (yg
serupa dengan tekanan baji arteri pulmonalis) akan diperoleh melalui
penyumbatan (oklusi) aliran darah dalam pembuluh darah: tekanan dalam pembuluh
darah yg tidak disumbat juga diukur. Meskipun nilai-nilai HPVG yg diperoleh
dapat mengabaikan tekanan portal.pengukuran ini mungkin harus dilakukan beberpa
kali untuk mengevaluasi hsil terapi.
Pemeriksaan langsung
tekanan vena portal ddapat dilakukan melalui beberpa metode. Salah satu metode dikerjakan ketika pasien menjalani
laparotomi metode ini dilakukan dengan memasukan sebilah jarum kedalam llimpa
dan apabila manometer menunuukan angka diatas 20 ml saline maka hasil tersebut adalah abnormal.
Pemeriksaan
laboratorium ,pemerikssan laboratorium yg diperlukan mencakup berbagai
transferase tes faal hati seperti pemeriksaan pada serum amino (transamino ). Bilirubin, alakalifosfatase
dan serum protein, pemeriksaan aliran darah dan klirens juga dapat dilakukan
untuk mengkaji curah jantung serta aliran darah hepatik.
Penatalaksanaan
keperawatan: (varises esophagus)
1. Keseluruhan
pengkajian keperawatan mencangkup pemantauan kondisi fisik pasien dan evaluasi
respon emosional serta status kognitif.
2. Tanda-tanda
vital dipantau serta direrkam dan status pasien dikaji.
3. Perawatan
harus memberikan dukungan dan penjelasan dengan penuh kesabaran tentang
intervensi medis serta kperawwatan yg dilaksanakan.
4. Pemantauan
pasien dengan ketat akan membantu dalam pendeteksian dan penatalaksaanan
komunikasi.
2.3
Manifestasi
Klinis
1.
Hematemesis
Hematemesis adalah
muntah darah dan biasanya disebabkan oleh penyakit saluran cerna bagian atas.(Buku:
At a glance ILMU BEDAH edisi 3,Pierce A.Grace dan Neil R.Borley)
Penyebab
Hematemesis
a.
Varises dan gastropati hipertensi
portal, perdarahan dari pecahnya varises umumnya mendadak dan masif, perdarahan
karena pecahnya varises esofagus atau lambung umumnya akibat hipertensi portal
sekunder dari sirosis hati,selain sirosis hati hal lain yg dapat pula
menyebabkan varises esofagus atau lambung adalah hepatitis akut dan perlemakan
hati yg berat yang menghilang bila fungsi hati membaik meskipun perdarahan
saluran makan bagian atas dari penderita sirosis hepatitis umumnya diduga
karena pecahnya varises esofagus pada
penelitian di amerika ditemukan sebagian perdarahan SMBA karena tukak petik dan
gastropati hipertensi portal.
b.
Tukak peptik, merupakan sebab utama
perdarahan SMBA diluar negri, kemungkinan pula perdarahan ini merupakan gejala
pertama dari tukak peptik sebelum gejala yang lain ,hendaknya kemungkinan
perdarahan dari tukak peptik selalu di pertimbangkan meskipun anamnesis dari
tukak peptik tidak ada.
c.
Gastritis, dapat dipertimbangkan
sebagai perdarahan SMBA pada penderita dengan anamnesis adanya dispepsia
kebiasaan makan yang tidak tertatur atau kebiasaan minum alkohol atau
obat-obatan OAINS (obat anti inflamasi non steroid).
d.
Robeknya mukosa esofago-gastrik
(robekan malory weiss) hal ini sering terjadi pada penderita yang muntah terus-meneus
yg semula tidak berdarah, kemudian terjadi erosi mukosa oeshopagho-gastic
junction sehingga dapat terjadi hematemesis.
(Buku Harrison
,prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam volume 1 Prof .Dr .Ahmad H.Asdie,Sp
.Pd-Ke)
Manifestasi
Klinis
Manifestasi Klinis yang
dapat di temukan pada pasien hematemesis melena adalah syok (frekuensi denyut
jantung,suhu tubuh), penyakit hati kronis (sirosis hepatis), dan koagulopati
purpura serta memar, demam ringan antara 38-39oC, nyeri pada lambung,
hiperperistaltik, penurunan Hb dan Ht yang tampak setelah beberapa jam,
leukositosis dan trombositosis pada 2-5 jam setelah perdarahan, dan peningkatan
kadar ureum darah setelah 24-48 jam
akibat pemecahan protein darah oleh bakteri usus (Purwadianto & Sampurna,
2000)
Pemeriksaan
penunjang hematemesis
melena
-
Laboratorium
Pemeriksaan pendahuluan
arus mencakup hematokrit, hemoglobin, pemeriksaaan morfologi sel darah merah
yang teliti (sel darah merah hipokromik mikrositik menunjukan bahwa kehilangan
darah secara kronik) jumlah leukosit, hitung jenis dan jumlah trombosit, waktu
protrombin, waktu protomblastin parsial dan pemeriksaan koogulasi lainya
diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya kelainan pembekuan yg primer
atau sekunder, radiografi abdomen jarang membantu menegakan diagnosis kecuali
jika lesi iskemik atau perforasi dicurigai, meskipun uji awal berguna dan penting, evaluasi ulangan
data laboratorium penting untuk
mengikuti perjalanan klinis perdarahan (Buku Horrison Prinsip-prinsip ilmu
penyakit dalam volume 1 Prof .Dr .Ahmad H.Asdie,Sp .Pd-Ke).
Penatalaksanaan medis
hematemesis melena
Pengobatan
penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin dan
sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang
diteliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran
makan bagian atas meliputi :
1. Pengawasan
dan pengobatan umum.
1) Tirah
baring.
2) Diit
makanan lunak
3) Pemeriksaan
Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah
4) Pemberian
tranfusi darah bila terjadi perdarahan yang luas (hematemesis melena)
5) Infus
cairan lagsung dipasang untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
6) Pengawasan
terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu CVP monitor.
7) Pemeriksaan
kadar Hb dan Ht perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan perdarahan.
8) Tranfusi
darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang dan mempertahankan kadar Hb
50-70% harga normal.
2. Melena
Melena sebagai BAB berwarna
hitam, lembek karena mengandung darah yang sudah berubah bentuk. Pada melena
umumnya perdarahan berasal dari esofagus, lambung atau duodenum; tetapi karena
perjalanan usus lama, perdarahan dari yeyunum, ileum, dan bahkan kolon asenden
dapat juga menyebabkan melena sampai sekitar 7 hari. Warna hitam dari melena
berasal dari kontak darah dengan asam lambung yang membentuk hematin, tinja
akan berbentuk seperti ter, agak lengket dan berbau yang khas.
3. Pembesaran
hati. Pada awalnya perjalanan sirosis, hati cenderung membesar dan sel-sel nya dipenuhi oleh lemak. Hati
tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahaui melalui
palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang
cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada selubung
fibrosa hati (kapsula glissoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut,
ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan
jaringan hati. Apabila dapat di palpasi, permukaan hati akan teraba berbenjol-benjol
(noduler).
4. Obstruksi
portal dan asites. Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegalalan fungsi
hati yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal. Semua darah
dari organ-oragan di gestifpraktis akan berkumpul dalam vena porta dan dibawa
ke hati. Karena hati yang sirotik tidak memungkinkan perlintasan darah yang
bebas, maka aliran darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan traktus
gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini menjadi tempat
kongesti pasif yang kronis; dengan kata lain, kedua organ tersebut akan dipenuh
oleh darah dan dengan demikian tidak dapat bekerja dengan baik.
2.4 Penatalaksanaan keperawatan
Pemantauan
dan penatalaksanaan komplikasi potensial
Pencegahan
perdarahan. Perdarah dan hemorragic dapat terjadi akibat pernurunan produksi
protrombin dan penurunan kemampuan hati untuk mensintesis zat-zat yang
diperlukan bagi pembekuan darah.
Tindakan
penjagaan mencakup perlindungan pasien dengan memasang penghalang samping
tempat tidur yang diberi bantalan, menekan setiap lokasi penyuntikan, dan
menghindari cedera dari benda-benda tajam. Perawat harus mengamati kemungkinan
melena dan memeriksa feses untuk mengetahui jika terdapat darah yang merupakan
tanda perdarahan internal. Tanda-tanda vital juga perlu dipantau secara
teratur. Modifikasi diet dan penggunaan preparat pelunak fese yang tepat dapat
membantu pasien agar tidak mengejan pada saat buang air besar.
Jika
terjadi hemorragic, perawat membantu dokter dalam melakukan tindakan untuk menghentikan
perdarahan, memberikan terapi cairan serta komponen darah dan obat-obatan.
Pasien yang mengalami hemorragic masif akibat dari perdarahan varises esofagus
ataua lambung dapat dipindahkan ke unit perawatan intensif dan mungkin
memerlukan tindakan bedah emerjensi atau bentuk terapi lainnya.
Ensefalopati
hepatik merupakan komplikasi neurologi yang mungkin terjadi dan memncakup
kemunduran status mental serta demensia disamping adanya tanda-tanda fisik
seperti gerakan volunter dan involunter yang abnormal. Ensafalopati hepatik
terutama disebabkan oleh penumpukan amonia dalam darah dan akibat
ditimbulkannya pada metabolisme otak.
Terapi
dapat mencakup penggunaan laktulosa serta antibiotik saluran cerna yang tidak
dapat diserap untuk menurunkan kadar amonia, modifikasi obat-obat yang
digunakan untuk meniadakan obat yang dapat memicu atau memperburuk ensefalopati
hepatik, dan tirah baring untuk meminimalkan pengeluaran energi.
Pemantauan
merupakan pekerjaan keperawatan yang esensial untuk mengenali kemunduran dini
pada status mental. Perawat harus memantau status mental penderita dengan ketat
dan melaporkan perubahan yang terjadi sehingga terapi ensefalopati dapat
dimulai dengan segera. Karena gangguan elektrolit dapat turut menimbulkan
ensefalopati, kadar elektrolit serum harus dipantau dengan cermat dan dikoreksi
jika kadar tersebut abnormal.
2.5 Pemeriksaan Fisik
1. Spider angioma/spider nevi
adalah lesi arterial dg banyak percabangan yg berpulsasi dan menjadi pucat
kalau ditekan. Ia baru timbul pada stadium lanjut penyakit hati. Spider angioma
juga dapat ditemukan pula pada wanita hamil tanpa penyakit hati atau pada
wanita yg sedang meminum pil kb.
(Burnside & Mc Glynn. 1995.
Adams Diagnosis Fisik edisi 17. Jakarta : EGC)
Penyebabnya tidak ada, tetapi
diduga karena kelebihan estrogen dalam sirkulasi Mekanisme :
· Ciri-ciri
:
-
Jala-jala sarang laba-laba atau cabang
pohon,
-
Kelihatan halus dan berwarna merah, ungu
atau biru, menjadi pucat kalau ditekan.
-
Kerlihat pada kulit, terutama disekitar
leher, bahu, dada.
Penatalaksanaan
:
Spider
naevi biasanya tidak berbahaya dan tidak memerlukan penanganan.
Morton,
patricia gonce. 2005. Panduan pemeriksaan kesehatan dengan dokumentasi soapie.
Jakarta : EGC
SGPT
(Serum glutamic pyruvic transaminase) adalah enzim yang banyak ditemukan pada
sel hati serta efektif untuk mendeteksi adanya kerusakan hepatoseluler. Enzim
ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka.
Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan
parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya. SGPT/ALT
serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara semi
otomatis atau otomatis.
Nilai
normal SGPT :
-
Pria 10-32 U/l
-
Wanita 9-24 U/l
-
Bayi 2 kali nilai orang dewasa
2.
Abdomen
Acites
Asites adalah keadaan patologis
berupa terkumpulnya cairan dalam rongga peritoneal abdomen.
Ciri-ciri:
Asiteseksudatif: memilikikandungan
protein tinggidanterjadipadaperadangan (biasanyainfektif, misalnya TB) atau
proses keganasan.
Asitestransudatif:
terjadipadasirosisakibathipertens portal danperubahanbersihan (clearance)
natriumginjal. Konstriksi pericardium dan sindrom nefrotik juga bisa
menyebabkan asitestransudatif.
Penyebab:
Edema anasarka: peningkatan JVP,
efusi pleura. Contoh: sindromnefrotik, penyakithatikronis, gagaljantung.
Hipertensi portal: tanda-tanda hipertensi portal: kaput medusa,
stigmata penyakit hati kronis.
Penyebab lain: disertai pembesaran
KGB atau adanya massa: tumor, misalnya
ovarium,
pankreastitis.
Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan cairan asites :
memeriksa warna, protein, hitung sel bakteri dan keganasan. Asites biasanya
berwarna kekuningan pada sirosis, kemerahan pada keganasan, dan keruh pada infeksi.
USG abdomen : untuk mengukur ukuran
hati (kecilpadasirosis), tanda-tandahipertensi portal (splenomegaly),
danlebarnya vena hepatica (untuk menyingkirkan dugaan thrombosis vena hepatica
dansindrom Budd-Chiari).
Tes darah lainnya: tes biokimia dan
tes fungsi hati untuk mencari penanda
sirosishepatis (kadar albumin rendah, hiperbilirubinemia, kenaikanenzimhati,
trombositopenia, dan lain-lain.)
Penatalaksanaan:
-
Restriksi cairan dan garam: biasanya cukup
dengan retriksi cairan sampai< 1-1,5/hari dan diet tanpa tambahan garam.
-
Pemberian diuretic: umumnya spironolakton
+ furosemide (frusemid) dosis awal spironolakton adalah 1-3mg/kg/24jam dibagi
2-4 dosis dan furosemide sebesar 1-2mg/kgBB/dosis 4kali/hari, dapat ditingkatkan
menjadi 6mg/kgBB/dosis.
-
Parasentesist erapeutik untuk asitesrefrakter
(yaitu asites yang tidak merespon terhadap terapi diuretic atau mengalami efeksamping
yang takbisadihindari: hiponatremia, ensefalopatidan lain-lain). Pengambilan cairan
untuk mengurangi asites massif yang aman untuk anak adalah sebesar 50cc/kg
berat badan. Disarankan pemberian 10g albumin intravena untuk tiap 1 Liter
cairan yang diaspirasi untuk mencegah penurunan volume plasma dan gangguan elektrolit.
3.
Shifting
dullness
Shifting dullness
mendeskripsikan suara pekak yang berpindah-pindah pada saat perkusi akibat
adanya cairan bebas didalam rongga abdomen.
Perkusi dilakukan
dengan tekhnik yang sama seperti perkusi thorax. Suara perkusi abdomen yang
normal adalah timpani. Masa padat atau cairan akan menimbulkan suara pekak
(hepar, ascites, vesika urinaria, masa tumor). Perkusi dilakukan pada semua
kuadran.
Perkusi dimulai dari
tengah abdomen dengan pasien posisi terlentang, menyusuri dinding abdomen,
perkusi terus dilakukan menuju lateral. Perubahan suara dari timpani menjadi
pekak merupakan batas cairan ascites yang ada, kemudian pasien dipindah posisi
menjadi berbaring miring/lateral. Apabila memang ada cairan dalam rongga
abdomen tentu akan berpindah kebagian bawah mengikuti gaya gravitasi. Maka
daerah lateral abdomen yang semula tekak setelah berada diatas menjadi timpani
karena cairan berpindah, sebaiknya daerah umbillicus sekarang menjadi pekak
(shifting dullness).
4.
Icteric
Ikterus adalah kondisi
dimana tubuh memiliki terlalu banyak billirubin sehingga kulit dan putih pada
mata menjadi kuning.
Penyebabnya adalah
peningkatan billirubin
Proses billirubin
adalah bahan kimia kuning di hemoglobin, zat yang membawa oksigen dan sel darah
merah. Bila sel-sel darah merah rusak, tubuh membangun sel-sel baru diliver
(hati) untuk menggantikan mereka. Jika hati tidak dapat menangani sel sel darah
merah yang rusak, bilirubin menumpuk didalam tubuh dan kulit anda terlihat
kuning.
Pemeriksaan penunjang
-
Tes darah
-
Tes fungsi hati
-
Tes serologi hepatitis virus
-
USG
-
ErcP
-
Biopsi hati
Pemeriksaan
fisik
-
Tinja pucatnya atau urin gelap
-
Nyeri menjalar kepunggung
-
Skelera mata
Penatalaksanaan
Penatalaksaan pasien ikterus sangat
tergantung pada penyakit penyebabnya dan ada tidaknya gambaran klinis gagal
hati. Ikterus sendiri tidak selalu membutuhkan perawatan di Rumah Sakit.
Penyakit penyebab ikterus dan komplikasinyalah yang sering memerlukan perawatan
di rumah sakit.
5.
Edema
Definisi Arathur C.
Guyron :
Gelembung cairan dari
beberapa organ atau jaringan yang merupakan terkumpulnya kelebihan cairan
limfe, tanpa peningkatan jumlah sel dalam mempengaruhi jaringan. Edema bisa
terkumpul pada beberapa lokasi pada tubuh tetapi biasanya terdapat pada kaki
dan pergelangan kaki.
Klasifikasi Edema:
-
Peradangan: akibat naiknya permeabilitas
vaskuler
-
Velious: akibat naiknya tekanan
intravena
-
Limfatik: akibat obstruksi saluran limfe
-
Hipoalbuminamik: akibat turunnya tekanan
oskotik plasma
Ciri-ciri
:
-
Pembengkakan jaringan langsung dibawah
kulit
-
Kulit merenggang atau berkilau
-
Setelah ditekan selama beberapa detik,
kulit tidak kembali ke bentuk semula atau tetap membentuk cekung
-
Ukuran perut meningkat
Pemeriksaan
penunjang:
-
Darah rutin
-
Ureum
-
Kreatinin
-
AGD
-
Elektrolit
-
Foto toraks
-
EKG
-
CKMB
-
USG dopler
2.6 Pemeriksaan Penunjang
A. HbsAg
Pemeriksaan HbsAg
dilakukan untuk menentukan adanya virus hepatitis B di dalam darah baik dalam
kondisi aktif ataupun sebagai carrier. Ini secara rutin dilakukan pada
darah donor untuk mendentifikasi adanya hepatitis B antigen. Kira-kira 5% orang
dengan penyakit lain selain hepatitis B (serum hepatitis) akan ditemukan hasil
pemeriksaan positif.
Pada hepatitis B,
antigen dalam serum dalam dideteksi 2 sampai 24 minggu (rata-rata 4 sampai 8
minggu) setelah inkubasi virius. HbsAg positif dapat terjadi 2 sampai 6 minggu
setelah terpajan pada penyakit ini.
Pemeriksaan HbsAg tidak
mendiagnosa virus hepatitis A. dua pemeriksaan untuk hepatitis A adalah anti
HAV-IgM (indikasi infeksi akut) dan anti HAV-IgG (indikasi setelah pemajanan
sebelumnya). (Joyce LeFever Kee, 1997)
Tujuan
pemeriksaan HbsAg
Pemeriksaan ini
memastikan apakah seseorang menderita hepatitis B atau tidak. Hasil pemeriksaan
hepatitis B positif memastikan bahwa seseorang menderita infeksi VHB.
Pemeriksaan HbsAg positif yang menetap lebih dari enam bulan disebut sebagai
infeksi VHB kronis. (Suharjo B. Cahyono, 2014)
Adanya HbsAg dalam
serum merupakan petanda serologis infeksi hepatitis B. Titer HbsAg yang masih
positif lebih dari 6 bulan menunjukkan infeksi hepatitis kronis. Munculnya antibodi
terhadap HbsAg (anti HBs) menunjukkan imunitas dan atau penyembuhan proses
infeksi. (respiratory.usu.ac.id)
Prosedur
1. Ambil 5 sampai 7 mL
darah vena dan masukkan ke dalam tabung bertutup merah.
2. Tidak perlu
pembatasan makan dan cairan.
(Joyce LeFever Kee,
1997)
B. SGOT
Pengertian SGOT
SGOT merupakan
singkatan dari serum glutamik oksaloacetic transaminase. Beberapa laboratorium
sering juga memakai istilah AST (asparate aminotranferase). SGOT merupakan
enzim yang tidak hanya terdapat di hati melainkan juga terdapat di otot
jantung, otot ginjal dan otot-otot rangka (menurut Buku Panduan Pemeriksaan
Kesehatan Dengan Dokumentasi. Scopie edisi 2 penerbit buku kedokteran: EGC).
Tujuan pemeriksaan SGOT
Untuk memperlihatkan
dan memahami konsep aktivitas spesifik enzim glutamat privat transaminase dan
glutamate oksaloasetat transaminase (GOT).
Nilai normal SGOT
Dewasa: 8 – 20 u/l
Bayi: 4x nilai orang
dewasa (16 – 80 u/l)
Interpretasi SGOT dan
SGPT
Dalam uji SGOT dan
SGPT, hati yang dikatakan rusak bila jumlah tersebut dalam plasma lebih besar
daripada normalnya. Kondisi ini yang meningkatkan kadar SGOT atau SGPT adalah:
-
Peningkatan SGOT atau SGPT lebih dari 20
kali normal: hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitasobat atau kimia)
-
Peningkatan SGOT atau SGPT 3 sampai 10 kali normal: infeksi mononuklear,
hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom reye dan infark
miokard.
-
Peningkatan SGOT atau SGPT 1 sampai 3
kali normal: pankreatitis, perlemakan hati, sirosis leannec, sirosis bilaris.
C.
SGPT (Serum glutamic pyruvic transaminase) adalah enzim
yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendeteksi adanya kerusakan hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah
yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya
nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati
akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya. SGPT/ALT serum umumnya
diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara semi otomatis atau
otomatis.
Nilai normal SGPT :
-
Pria 10-32 U/l
-
Wanita 9-24 U/l
-
Bayi 2 kali nilai orang dewasa.
D. Alkali
posfatase
Pengertian
Fosfatase alkali (alkaline phosphatase, ALP) merupakan enzim yang
diproduksi terutama oleh epitel hati dan osteoblast (sel-sel pembentuk tulang
baru); enzim ini juga berasal dari usus, tubulus proksimalis ginjal, plasenta
dan kelenjar susu yang sedang membuat air susu. Fosfatase alkali disekresi
melalui saluran empedu. Meningkat dalam serum apabila ada hambatan pada saluran
empedu (kolestasis).
Nilai normal
·
Dewasa : 42 – 136 u/l, alp1 : 20 – 130 u/l, alp2
: 20 – 120 u/l,
·
Lansia : agak
lebih tinggi dari dewasa
·
Anak-anak : bayi
dan anak (usia 0 – 20 th) : 40 – 115 u/l),
·
Anak berusia lebih tua (13
– 18 th) : 50 – 230
u/l.
Fungsi : Tes ALP terutama digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyakit hati
(hepatobiliar) atau tulang.
Cara menginterprestasikan : pasien juga
diberi beta blocker (propanolol) 2x10mg untuk menurunkan tekanan vena porta
akibat hipertensi porta setelah drip omeprazole selesai.
E. Albumin
Albumin merupakan protein yang disintesis oleh hati dan juga terdapat di dalam aliran darah. Albumin adalah protein atau jenis protein yang paling banyak di dalam tubuh. Albumin ialah segala jenis protein monomer yang larut dalam air dan larutan garam.
Nilai normal albumin didalam darah sekitar 3,5-5 g/dl.
Fungsi ALBUMIN bagi
tubuh manusia :
-
Meransang hormon tiroid
-
Meransang hormon lain, khususnya yang dapat larut dalam lemak
-
Meransang asam lemak menuju hati
-
Meransang obat-obatan dan memperpendek waktu paruh obat tersebut
-
Meransang bilirubin
-
Mengikat ion Ca2+
-
Sebagai larutan penyangga
-
Sebagai protein radang fase-akut negatif.
F. HB
Pengertian Hb
Pigmen merah pembawa
oksigen pada butir darah merah, merupakan protein terkonjugasi merah yang dapat menghablur, terdiri atas perotein
globin yang bergabung dengan gugus prosetik hem (menurut Kamus Kimia).
Tujuan pemeriksaan Hb :
Untuk menetapkan kadar Hb dalam darah.
Nilai normal Hb
Pria: 13 – 17 g/dl
Wanita: 12 – 16 g/dl
G. Endoscopy (udah)
Definisi : Endoscopy
adalah suatu pemeriksaan dengan menggunakan alat seukuran tebal jari telunjuk
yang sangat lentur untuk melihat kelainan–kelainan pada saluran cerna atas
seperti (mulut, esofagus, lambung, usus halus) dan saluran cerna bawah (anus,
colon, dan usus besar) secara langsung.
Dengan alat ini juga
dapet dilakukan tindakan langsung seperti pengambilan jaringan/biopsi pada
bagian yang sakit (tumor, polip, atau kelainan yang dicurigai) sehingga
pengobatan dapat lebih cepat.
Hasil pemeriksaan bisa
dokumentasikan berupa foto atau vcd.
A. Saluran
cerna atas/esofagogastro duodenoscopy ?
Indikasi keluhan
pemeriksaan endoscopy pada :
-
Pucat (anemia)
-
Kembung, mual, nyeri ullu hati,
dyspepsia, yang berkepanjangan
-
Muntah terus tanpa sebab
-
Kesulitan menelan
-
Muntah darah atau BAB kehitaman
-
Tertelan benda asing
-
Dugaan adanya tumor disaluran cerna atas
dari hasil pemeriksaan X-ray.
Yang
dilakukan selama pemeriksaan
Tenggorokan
akan disemprot dengan suatu bius lokal dan menerima obat melalui urat darah
halus atau vena untuk membantu lebih santai selama dilakukkan pemeriksaan. Anda
akan dibaringkan kesamping pada kondisi nyaman ketika endospocy dimasukan
dengan hati-hati kedalam mulut.
Setelah
tindakan atau prosedur upper endoscopy
anda
diminta istirahat sekurang-kurangnya 15-30 menit dan boleh melakukan diet
normal lagi setelah 1 jam. Jika anda diberi obat penenang anda harus ditemani
oleh keluarga atau teman yang bisa bertanggung jawab dan dilarang mengemudi
atau mengoprasikan mesin atau minum alkohol selama 24 jam. Ketidaknyamanan selama
1 atau 2 hari.
B. Saluran
cerna bawah atau colonoscopy
-
Diare selama lebih dari 2 minggu
-
Keluar darah dari lubang anus atau dubur
-
Memastikan kelainan yang ditemukan pada
pemeriksaan x-ray
-
Nyeri atau rasa tidak nyaman perut
terus-menerus disertai perubahan pada buang air besar.
Apa
yang dilakukan selama pemeriksaan colonoscopy
Pada
tindakan colonoscopy dibutuhkan kesabaran pasien, sering muncul perasaan
tekanan, perut kembung karena gas atau kram sewaktu-waktu selama dilakukan
tindakan. Dokter akan membrikan obat melalui vena untuk membantu anda menjadi
santai. Anda berbaring kedepan (terlentang) disaat colonoscopy dimasukan naik
melalui usus besar. Tindakan tersebut biasanya berlangsung sekitar 15-45 menit.
Setelah
tindakan colonoscopy
Anda
perlu istirahat 1-2 jam karena kekembungan udara yang masuk suatu prosedur
tindakan dilakukan akan menjadi lebih lama, setelah anda keluarkan. Jika obat
penenang digunakan, anda sebaiknya ditemani oleh keluarga atau teman yang bisa
bertanggung jawab, anda dilarang mengemudi/mengoprasikan mesin/minum alkohol
selama 24 jam.
Kapan
hasil diperoleh?
dokter
akan memberitahukan kepada anda setelah pemeriksaan dilakukan tentang apa yang
terlihat dibagian usus besar anda. Jika dibutuhkan biopsi hasil akan selesai
selama 3-5 hari kerja. Hasil tersebut akan dikirim ke dokter yang merujuk.
Resiko
dan efeknya
Walaupun
colonoscopy adalah suatu prosedur yang sederhana. Anda harus mendiskusikan
faktor-faktor komplikasi dan resikonya dengan dkter anda atau menghubungi
bagian endoscopy di tempat ada akan memeriksa diri.
Persiapan
-
Beritau dokter/perawat jika anda
memiliki kondisi medis seperti: diabetes, hipertensi/sedang mengkonsumsi
obat-obatan/mengalami alergi.
-
Puasa, tidak boleh makan dan minum
selama 6-8 jam sebelum tindakan dilakukan
-
Diet rendah residu, ditambah dengan obat
pencahar untuk membersih usus besar bagian dalam terlihat dengan jelas.
-
Pastikan ada persetujuan tertulis dari
anda.
-
Melepaskan gigi palsu, kacamata,
perhiasan, dan benda logam.
-
Sebaiknya ditemani keluarga
2.7 Penatalaksanaan medis
1. Tranfusi
Darah
Adalah infus darah atau
komponen darah ke individu untuk pengobatan kondisi medis. Tranfusi dapat
homolog (dari donor) atau autolog (darah yang tersimpan sebelumnya dari
penerima.
Indikasi tranfusi darah
:
·
Untuk mengembalikan dan mempertahankan
suatu volume peredaran darah yang normal. Misal : pada anemia karena
perdarahan, trauma bedah, luka bakar luas.
·
Untuk mengganti kekurangan komponen
selular atau kimia darah. Misal : anemia, trombositopenia.
·
Anemia pada orang yang akan menjalani
operasi
Dosis :
Dosis tranfusi darah
didasarkan atas makin anemis seseorang resipien makin sedikit jumlah darah yang
diberikan per et mal didalam suatu seri tranfusi darah dan makin lambat pula
jumlah tetesan yang diberikan. Hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi
gagal jantung. Dosis yang diperlukan untuk menaikan hb ialah dengan menggunakan
rumus empiris : kebutuhan darah (mL)=6 X BB (Kg) X kenaikan Hb yang diinginkan.
Efek samping :
·
Reaksi alergi, anafikasis dengan gejala
syok disertai atau tanpa pireksia. Kegagalan sirkulasi primer akut, nadi cepat,
tekanan darah menurun, pernapasan berat.
·
Reaksi pyrogenik dapat timbul selama
atau setelah tranfusi reaksi khas berupa peningkatan 38̊ C-40̊ C bisa disertai dengan menggigil,
kemerahan, kegelisahan dan ketegangan. Jika tranfusi dihentikan reaksi dan
kegelisahan akan hilang.
2. Transamin
(tranexamic acid)
merupakan agen anti
fibrinolytic. Obat ini bekerja dengan menghalangi pemecehan bekuan darah, yang
mencegah perdarahan.
Tujuan diberikan
transamin
Digunakan untuk
membantu menghentikan koondisi perdarahan.
Komposisi
1. Capsule: setiap
capsule mengandung Tranexamic acid 250 mg.
2. Tablet: setiap
tablet mengandung Tranexamic acid 500 mg.
3. Injeksi: setiap ml
injeksi (5% w/v) mengandung Tranexamic acid 50 mg. Setiap ml injeksi (10% w/v)
mengandung Tranexamic acid 100 mg.
Indikasi
1. Untuk membantu
menghentikan perdarahan.
2. Pengelolaan jangka
panjang untuk angiodema herediter.
Kontraindikasi
1. Gagal ginjal berat.
2. Pembekuan
intravaskular aktif.
3. Penyakit
tromboemboli.
4. Gangguan penglihatan
warna.
5. Perdarahan
subarachnoid.
Dosis
1. Kasul 250 mg: dosis
lazim secara oral untuk dewasa: 3 – 4 kali sehari 1 – 2 kapsul.
2. Tablet 500 mg: dosis
lazim secara oral untuk dewasa 3 -4 kali 1 tablet
3. Injeksi 50 mg:
sehari 1 – 2 ampul (5 – 10 ml) disuntikkan secara IV atau IM, diibagi dalam 1 –
2 dosis.
4. Injeksi 100 mg: 2,5
– 5 ml perhari disuntikkan secara IV atau IM dibagi dalam 1 – 2 dosis.
Efek
samping
1. Gangguan-gangguan
gastrointestinal, mual, muntah, anoreksia, pusing, eksantema dan sakit kepala
dapat timbul pada pemberian secara oral. Gejala-gejala ini menghilang dengan
pengurangan dosis atau penghentian pengobatannya.
2. Dengan injeksi IV
yang cepat dapat menyebabkan pusing dan impotensi.
3. Inpepsa
Komposisi
Tiap
5 ml suspensimengandung:
Sukralfat 500 mg
Farmakologi
Sucralfat adalah suatu kompleks yang dibentuk dar isukrosaoktasulfat
dan polialuminiumhidroksida.
Aktifitas
sukralfat sebagai anti ulkus merupakan hasil dari pembentukan kompleks sukralfa
tdengan protein yang membentuk lapisan
pelindung menutupi ulkus serta melindungi dari serangan asam lambung,
pepsin dan garam empedu.
Percobaan
laboratorium dan klinis menunjukan bahwa sukralfat menyembuhkan tukak dengan
tiga cara :
1) Membentuk kompleks kimiawi yang
terikat pada pusat ulkus sehingga merupakan lapisan pelindung.
2) Menghambat aksiasam, pepsin dan garam
empedu.
3) Menghambat difusi asam lambung menembus
lapisan film sukralfat-albumin.
Penelitian
menunjukan bahwa sukralfat dapat berada dalam jangka waktu lama dalam saluran
cerna sehingga menghasilkan efekobat yang panjang.
Sukralfat sangat sedikit terabsorbsi disaluran pencernaan sehingga menghasilkan
efek samping sistemik yang minimal.
Indikasi
Pengobatan
jangka pendek (sampai 8 minggu) pada duodenal ulcer.
Dosis dan cara pemberian
Umunya
pada orang dewasa adalah :
2
sendok teh (10 ml), 4 kali sehari, sewaktu lambung kosong( 1 jam sebelum makan dan
tidur).
Pengobatan
harus dilanjutkan, kecuali apabila pemeriksaan endoskopi atau sinar x telah memperlihatkan
kesembuhan.
Peringatan dan perhatian
Inpepsa®harus diberikans ecara hati-hati pada pasien gagal ginjal kronis
dan pasien dialisis.
Penggunaan
inpepsa selama kehamilan jikabenar-benar diperlukan.
Jika
diperlukan, antasid adapat diberikan dalam jangka waktu ½ jam sebelum atau sesudah
pemberian inpepsa.
Keamanan
dan efektifitas pada anak-anak belum dapat ditetapkan.
Efek samping
Terjadinya
efek samping sangat jarang, yang relatif sering dilaporkan hanya konstipasi dan
mulut terasa kering. keluhan lain adalah diare, mual, muntah, tidak nyaman diperut,
flatulen, pruritus, rash, mengantuk, pening, nyeri pada bagian belakang dan sakit
kepala.
Kontra indikasi
Tidak
diketahui kontrain ikasi penggunaan sukralfat.
Interaksi obat
Inpepsa dapat mengurangi absorbsi atau bioavailabilitas obat-obatan
:simetidin, ciprofloxacin, digoxin, ketakonazol, norfoxacin, fenitoin,
ranitidin, tetraxyclindanteofilin, sehingga obat-obatan tersebut harus diberikan
dalam waktu dua jam sebelum pemberian inpepsa.
Penyimpanan
Simpan
pada suhu dibawah 300 c, terlindung dari cahaya.
Kemasan
Botolisi
100 ml dan 200 ml suspensi.
4.
Albumin
Protein
darah yang diproduksikan oleh hati dan berperan dalam mempertahankan volume
darah normal. Nilai normal: 3,5 sampai 5,0 g/dl
Tujuan :
Sebagai protein untuk
logam, asam lemak, billirubin dan obat-obatan, diantara zat lainnya.
Penatalaksanaan :
Pemeriksaan albumin
dilakukan untuk mendeteksi kemampuan albumin yang disintetis oleh hepar.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan adanya gangguan hepar seperti, luka
bakar, gangguan ginjal, atau kehilangan protein dalam jumlah yang banyak.
Cara :
a. ambil darah kurang
lebih 5-10 ml dari vena
b. masukan pada tabung
atau botol
c. berikan label nama
dan tanggal
5. Propranolol adalah tipe beta-blocker
non-selektif yang umumnya digunakan dalam pengobatan tekanan darah tinggi. Obat
ini adalah beta-blocker pertama yang sukses dikembangkan.
Indikasi:
Digunakan untuk mengobati atau mencegah gangguan yang meliputi migrain, arrhythmias, angina pectoris, hipertensi, menopause, dan gangguan kecemasan.
Digunakan untuk mengobati atau mencegah gangguan yang meliputi migrain, arrhythmias, angina pectoris, hipertensi, menopause, dan gangguan kecemasan.
Dosis:
Pemberian reguler:
Pemberian reguler:
1) Dosis sebesar 20-40 mg diberikan
melalui mulut (per oral), sebanyak 2-3 kali sehari.
2) Dosis boleh ditambah dengan jarak
mingguan sesuai dengan respon pasien.
3) Dosis maksimum: 480 mg/hari
Pemberian lanjutan:
1) Dosis sebesar 80 mg diberikan
melalui mulut (per oral), sebanyak 1 kali sehari.
2) Dosis maksimum: 320 mg/hari
Efek Samping:
Efek CNS (kelelahan, depresi,
pusing, kebingungan, gangguan tidur); Efek CV (gagal jantung, sumbatan jantung,
kedinginan, impotensi pada laki-laki); Efek berturut-turut (bronchospasma pada
pasien yang rentan & obat-obatan dengan beta1 harus digunakan secara
selektif pada pasien ini); Efek GI (N/V, diare, konstipasi); Efek metabolik
(bisa memproduksi hiper atau hipoglikemia, perubahan dalam serum kolesterol
& trigliserid.
Instruksi Khusus:
1) Berkontra-indikasi dengan bradycardia,
sebelumnya ada tingkatan AV block yang tinggi, sindrom sakit sinus dan
kegagalan LV yang tak stabil.
2) Gunakan dengan hati-hati pada pasien
bronchopasma, asma, atau penyakit sumbatan pernapasan. Gunakan dengan hati-hati
dengan tingkatan block pertama, depresi, pasien dengan PVD, dan pasien
yangmenggunakan insulin.
3) Beta-blocker mungkin menutupi gejala
hipertiroid & hipoglikemia dan mungkin memperburuk psoriasis.
4) Pasien jangka panjang sebaiknya
tidak berhenti dengan tiba-tiba, harus berhenti secara bertahap selama 1-2
minggu.
2.8 Komplikasi
a. Kongestif splenomegali
b. Perdarahan varises
c. Kegagalan hepatoselular (koma
hepatik)
d. Hepatoma/hepatocellular carcinoma (HCC)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Sirosis hati merupakan penyebab kematian
terbesar ketika
pada pasien yang berusia 45 – 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan
kanker.Secara lengkap
definisi sirosis hepastis dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
·
Sirosis hepatis ada 3 tipe sirosis atau
pembentukan parut dalam hati:
·
Sirosis portal laennec (alkohol,
nutrisional), dimana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal.
Sisrosis ini paling sering disebabkan oleh alkoholisme kronis dan merupakan
tipe sirosis yang paling sering ditemukan di negara barat.
·
Sirosis poscanekrotik, dimana terdapat
pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat – lanjut dari hepatitis virus
akut yang terjadi sebelumnya.
·
Sirosis bilier, dimana pembentukan
jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran empedu. Tipe ini biasanya
terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis;
insidensnya lebih rendah daripada insidens sirosis laennec dan poscanekrotik).
3.2 Saran
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penysun dan pembaca. Kritik dan saran kami
tunggu untuk pembelajaran ke depan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
(Buku:
At a glance ILMU BEDAH edisi 3,Pierce A.Grace dan Neil R.Borley)
(Buku
Harrison ,prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam volume 1 Prof .Dr .Ahmad
H.Asdie,Sp .Pd-Ke)
(Burnside
& Mc Glynn. 1995. Adams Diagnosis Fisik edisi 17. Jakarta : EGC)
(Morton,
patricia gonce. 2005. Panduan pemeriksaan kesehatan dengan dokumentasi soapie.
Jakarta : EGC)
(Buku
Panduan Pemeriksaan Kesehatan Dengan Dokumentasi. Scopie edisi 2 penerbit buku
kedokteran: EGC)
Asuhan
keperawatan gangguan hati dan kandung empedu
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. di
dalam hati terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita. yaitu proses
penyimpanan energi, pengaturan metabolisme kolesterol, dan peneralan racun/obat
yang masuk dalam tubuh kita. sehingga dapat kita bayangkan akibat yang akan
timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.Sirosis hepatis adalah suatu
penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh
system arsitekture hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi
penambahan jaringan ikat ( firosis ) di sekitar paremkin hati yang mengalami
regenerasi. sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan
oleh fibrosis.dan perubahan strukture hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak
normal.Peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel
menyebabkan banyaknya terbentuk jaringan ikat dan regenerasi noduler dengan
berbagai ukuran yang di bentuk oleh sel paremkim hati yang masih
sehat.akibatnya bentuk hati yang normal akan berubahdisertai terjadinya
penekanan pada pembuluh darah dan terganggunya aliran darah vena pota yang
akhirnya menyebakan hipertensi portal. Penyebab sirosis hati beragam. selain
disebabkan oleh virus hepatitis B ataupun C, bisa juga di akibatkan oleh
konsumsi alkohol yang berlebihan, bergai macam penyakit metabolik, adanya
ganguan imunologis, dan sebagainya. Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab
kematian terbesar ke tiga pada pasien yang berusia 45 – 46 tahun ( setelah
penyakit kardiovaskuler dan kanker ). di seluruh dunia sirosis menempati urutan
ketujuh penyebab kematian, 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit
in. sirosis hati merupakan penyakit hati yang sering di temukan dalam ruangan
perawatan bagian penyakit dalam.di indonesia sirosis hati lebih sering di
jumpai pada laki – laki dari pada perempuan. dengan perbandingan 2 – 4 :
1.Peran dan fungsi perawat adalah memberi penyuluhan kesehatan agar mayakakat
dapat mewaspadai bahaya penyakit sirosis hepatis. Sedangkan peran perawat dalam
merawat pasien dengan penyakit sirosis hepatis adalah mencakup perbaikan
masukan nutrisi klien, membantu klien mendapatkan citra diri yang positif dan
pemahaman dengan penyakit dan pengobatanya. Dalam makalah ini penulis
akan membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit sirosis
hepatis untuk memudahkan kita sebagai calon perawat dalam merawat pasien dengan
penyakit sirosis hepatis
1.2 Rumusan
masalah
a.
Apa definisi sirosis?
b. Apa etiologi sirosis?
c.
Apa manifestasi sirosis?
d. Apa penatalakasanaan sirisis?
e.
Apa pemeriksaan fsik sirosis?
1.3 Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulis mengangkat
masalah sirosis
hepatis dalam makalah ini adalah:
a.
Tujuan
khusus :
Mahasiswa mampu memberikan
penjelasan dengan tanggap dan benar bagi penderita sirosis
b.
Tujuan
umum :
- Mahasiswa
mampu memahami pengertian dari Sirosis.
- Mahasiswa
mampu memahami etiologi dari
Sirosis
- Mahasiswa
mampu memahami manifestasi klinis dari Sirosis.
- Mahasiswa
mampu memahami penatalaksanaan
dari Sirosis
- Mahasiswa
mampu memahami pemeriksaan
fisik dari Sirosis
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Sirosis
hepatis ada 3 tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati.
1. Sirosis
portal laennec (alkohol, nutrisional), dimana jaringan parut secara khas
mengelilingi daerah portal. Sisrosis ini paling sering disebabkan oleh
alkoholisme kronis dan merupakan tipe sirosis yang paling sering ditemukan di
negara barat.
2. Sirosis
poscanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat –
lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3. Sirosis
bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran
empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan
infeksi (kolangitis; insidensnya lebih rendah daripada insidens sirosis laennec
dan poscanekrotik).
2.2 Etiologi
1.
Meskipun ada beberapa faktor yang
terlibat dalam etiologi sirosis, konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai
faktor penyebab yang utama. Sirosis terjadi dengan frekuensi yang paling tinggi
pada peminum minuman keras. Meskipun defisiensi gizi dengan penurunan asupan
protein turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis, namun asupan alkohol
yang berlebihan merupakan faktor penyebab yang utama pada perlemakan hati dan
konsekuensi yang ditimbulkannya. Namun demikian, sirosis juga pernah terjadi
pada individiu yang tidak memiliki kebiasaan minum minuman keras dan pada
individu yang dietnya normal tetapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
2.
Perdarahan
Varises Esofagus
Perdarahan atau hemoragi dari
varises esofagus terjadi pada kurang lebih sepertiga penderita sirosis hepatis
dan varises. Angka mortalitas yang terjadi akibat episode perdarahan pertama
adalah 45% hingga 50% perdarahan ini merupakan salah satu penyebab kematian
yang utama pada penderita sirosis hepatis.
Patofisiologi
dan manifestasi klinik
Varises esofagus merupakan pembuluh
vena yang berdilatasi, berkelok-kelok dan biasanya dijumpai dalam submukosa
pada esofagus bagian baawah, namun, varises ini dapat terjadi pada bagian
esofagus yang lebih tinggi atau meluas sampai kedalam lambung. Keadaan semacam
ini hampir selalu disebabkan oleh hipertensi portal yang terjadi akibat obstruksi
pada sirkulasi vena porta, pada hati yang mengalami sirosis.
Karena
peningkatan obstruksi pada vena porta, darah vena dari traktus intestinal dan
limpa akan mencari jalan keluar melalui sirkulasi kolateral ( lintasan baru
untuk kembali ke atrium kanan ). Akibat yang ditimbulkan adalah peningkatan
tekanan, khusunya dalam pembuluh darah pada lapisan submukosa esofagus bagian
bawah dan lambung bagian atas. Pembuluh-pembuluh kolateral ini tidak begitu
elastis tetapi bersifat rapuh, berkelok-kelok, dan mudah mengalami perdarahan.
Penyebab varises lainnya yang lebih jaarang ditemukan adalah kelainan sirkulasi
dalam vena lienalis atau vena kava superior dan trombosis vena hepatika.
Varises
esofagus yang mengalami perdarahan dapat menimbulkan kematian dan mengakibatkan
syok hemoragik yang menyebabkan penurunan perfusi serebral, heoatik serta
ginjal. Selanjutnya akan terjadi peingkatan beban nitrogen akibat perdarahan
kedalam traktus gastrointestinal dan kenaikan kadar amonia serum yang
meningkatkan risiko ensefalopati. Kemungkinan adanya perdarahan varises
esofagus harus dicurigai jika terjadi hematemesis dan melena, khusunya pada
pasien yang biasa mengkonsumsi minuman keras. Vena yang mengalami dilatasi
biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali jika terjadi peningkatan tekanan
porta yang tajam dan mukosa atau struktur yang menyangganya menjadi tipis.
Kemudian akan timbul hemoragi masif.
EVALUASI
DIAGNOSTIK (varises esophagus)
Riwayat pasien dan
hasil pemeriksaan jasmani akan membantu mengenali penyebab perdarahan. Endoskopi
dilakukan untuk mengidentifikasi tempat perdarahan bersama dengan pemeriksaan
barium meal, ultrasound (USG), pemindai CT danangiografi.
Endoskopi, endoskopi yg
segera merupakan indikasi untuk me ngenali penyebab dan tempat perdarahan
sedikitnya terdapat 30 persen penderita yg dicurigai mengalami perdarhan dari
varises esophagus ternyata juga mengalaami perdarahan darisumber lain
(gastritis,ulkus)
Dukungan keperawatan
sebelum dan selama pemeriksaan endoskopi dapat menjadi tindakan yg efektif untuk
mengurangi kecemasan selama menjalani pemeriksaan yg sering menimbulkan stress
ini . pemantauan yg cermat dapat mendeteksi secara dini tanda-tandadisritmia
jantung ,perforasi,dan hemoragi
Setelah pemeriksaan
pemberiancairan baru dilakukan setelah reflek muntah (gag reflek) muncul kembali
lozenges dan obat kumur untuk mengurangi gangguan rasa nyaman dalam tenggorokan
dapat digunakan bila kondisi fisik dan status mental pasien memungkinkan, jika pasien
mengalami perdarahan aktif asupan oral tidak dibolehkan dan pasien dipersiapkan
untuk menjalani tindakan diagnostic serta terpaeutik selanjutnya.
Pengkajian neurologi akan
membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan ensefalopati hepatic yang terjadi akibat pemecahan darah dalam
traktus gastrointestinal dan kenaikan kadar ammonia serum. Manifestasinya berkisar
dari perasaaan seperti mengantuk hingga ensefalopati dan koma. Pemeriksaan
hipertensi portal .kemungkinan hipertensi portal harus dicurigai jika ditemukan
dilatasi vena-vena abdiominalis dan hemoroid rektal. Pembesaran limpa yg teraba
(splnomegali) dan asites dapat juga dijumpai.
Tekanan vena portal
dapat diukur secara langsung (direk) pengukuran indirek gradien tekanan vena
hepatilka merupakan prosedur yg paling sering digunakan prosedur ini memerlukan
pemasangan kateter balon berisi cairan ke
dalam vena antekubiti atau vena femoralis kateter tersebut didorong maju
dibawah pengarahan fluooroskopi hingga mencapai vena hepatika. Tekanan “baji” (yg
serupa dengan tekanan baji arteri pulmonalis) akan diperoleh melalui
penyumbatan (oklusi) aliran darah dalam pembuluh darah: tekanan dalam pembuluh
darah yg tidak disumbat juga diukur. Meskipun nilai-nilai HPVG yg diperoleh
dapat mengabaikan tekanan portal.pengukuran ini mungkin harus dilakukan beberpa
kali untuk mengevaluasi hsil terapi.
Pemeriksaan langsung
tekanan vena portal ddapat dilakukan melalui beberpa metode. Salah satu metode dikerjakan ketika pasien menjalani
laparotomi metode ini dilakukan dengan memasukan sebilah jarum kedalam llimpa
dan apabila manometer menunuukan angka diatas 20 ml saline maka hasil tersebut adalah abnormal.
Pemeriksaan
laboratorium ,pemerikssan laboratorium yg diperlukan mencakup berbagai
transferase tes faal hati seperti pemeriksaan pada serum amino (transamino ). Bilirubin, alakalifosfatase
dan serum protein, pemeriksaan aliran darah dan klirens juga dapat dilakukan
untuk mengkaji curah jantung serta aliran darah hepatik.
Penatalaksanaan
keperawatan: (varises esophagus)
1. Keseluruhan
pengkajian keperawatan mencangkup pemantauan kondisi fisik pasien dan evaluasi
respon emosional serta status kognitif.
2. Tanda-tanda
vital dipantau serta direrkam dan status pasien dikaji.
3. Perawatan
harus memberikan dukungan dan penjelasan dengan penuh kesabaran tentang
intervensi medis serta kperawwatan yg dilaksanakan.
4. Pemantauan
pasien dengan ketat akan membantu dalam pendeteksian dan penatalaksaanan
komunikasi.
2.3
Manifestasi
Klinis
1.
Hematemesis
Hematemesis adalah
muntah darah dan biasanya disebabkan oleh penyakit saluran cerna bagian atas.(Buku:
At a glance ILMU BEDAH edisi 3,Pierce A.Grace dan Neil R.Borley)
Penyebab
Hematemesis
a.
Varises dan gastropati hipertensi
portal, perdarahan dari pecahnya varises umumnya mendadak dan masif, perdarahan
karena pecahnya varises esofagus atau lambung umumnya akibat hipertensi portal
sekunder dari sirosis hati,selain sirosis hati hal lain yg dapat pula
menyebabkan varises esofagus atau lambung adalah hepatitis akut dan perlemakan
hati yg berat yang menghilang bila fungsi hati membaik meskipun perdarahan
saluran makan bagian atas dari penderita sirosis hepatitis umumnya diduga
karena pecahnya varises esofagus pada
penelitian di amerika ditemukan sebagian perdarahan SMBA karena tukak petik dan
gastropati hipertensi portal.
b.
Tukak peptik, merupakan sebab utama
perdarahan SMBA diluar negri, kemungkinan pula perdarahan ini merupakan gejala
pertama dari tukak peptik sebelum gejala yang lain ,hendaknya kemungkinan
perdarahan dari tukak peptik selalu di pertimbangkan meskipun anamnesis dari
tukak peptik tidak ada.
c.
Gastritis, dapat dipertimbangkan
sebagai perdarahan SMBA pada penderita dengan anamnesis adanya dispepsia
kebiasaan makan yang tidak tertatur atau kebiasaan minum alkohol atau
obat-obatan OAINS (obat anti inflamasi non steroid).
d.
Robeknya mukosa esofago-gastrik
(robekan malory weiss) hal ini sering terjadi pada penderita yang muntah terus-meneus
yg semula tidak berdarah, kemudian terjadi erosi mukosa oeshopagho-gastic
junction sehingga dapat terjadi hematemesis.
(Buku Harrison
,prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam volume 1 Prof .Dr .Ahmad H.Asdie,Sp
.Pd-Ke)
Manifestasi
Klinis
Manifestasi Klinis yang
dapat di temukan pada pasien hematemesis melena adalah syok (frekuensi denyut
jantung,suhu tubuh), penyakit hati kronis (sirosis hepatis), dan koagulopati
purpura serta memar, demam ringan antara 38-39oC, nyeri pada lambung,
hiperperistaltik, penurunan Hb dan Ht yang tampak setelah beberapa jam,
leukositosis dan trombositosis pada 2-5 jam setelah perdarahan, dan peningkatan
kadar ureum darah setelah 24-48 jam
akibat pemecahan protein darah oleh bakteri usus (Purwadianto & Sampurna,
2000)
Pemeriksaan
penunjang hematemesis
melena
-
Laboratorium
Pemeriksaan pendahuluan
arus mencakup hematokrit, hemoglobin, pemeriksaaan morfologi sel darah merah
yang teliti (sel darah merah hipokromik mikrositik menunjukan bahwa kehilangan
darah secara kronik) jumlah leukosit, hitung jenis dan jumlah trombosit, waktu
protrombin, waktu protomblastin parsial dan pemeriksaan koogulasi lainya
diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya kelainan pembekuan yg primer
atau sekunder, radiografi abdomen jarang membantu menegakan diagnosis kecuali
jika lesi iskemik atau perforasi dicurigai, meskipun uji awal berguna dan penting, evaluasi ulangan
data laboratorium penting untuk
mengikuti perjalanan klinis perdarahan (Buku Horrison Prinsip-prinsip ilmu
penyakit dalam volume 1 Prof .Dr .Ahmad H.Asdie,Sp .Pd-Ke).
Penatalaksanaan medis
hematemesis melena
Pengobatan
penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin dan
sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang
diteliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran
makan bagian atas meliputi :
1. Pengawasan
dan pengobatan umum.
1) Tirah
baring.
2) Diit
makanan lunak
3) Pemeriksaan
Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah
4) Pemberian
tranfusi darah bila terjadi perdarahan yang luas (hematemesis melena)
5) Infus
cairan lagsung dipasang untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
6) Pengawasan
terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu CVP monitor.
7) Pemeriksaan
kadar Hb dan Ht perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan perdarahan.
8) Tranfusi
darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang dan mempertahankan kadar Hb
50-70% harga normal.
2. Melena
Melena sebagai BAB berwarna
hitam, lembek karena mengandung darah yang sudah berubah bentuk. Pada melena
umumnya perdarahan berasal dari esofagus, lambung atau duodenum; tetapi karena
perjalanan usus lama, perdarahan dari yeyunum, ileum, dan bahkan kolon asenden
dapat juga menyebabkan melena sampai sekitar 7 hari. Warna hitam dari melena
berasal dari kontak darah dengan asam lambung yang membentuk hematin, tinja
akan berbentuk seperti ter, agak lengket dan berbau yang khas.
3. Pembesaran
hati. Pada awalnya perjalanan sirosis, hati cenderung membesar dan sel-sel nya dipenuhi oleh lemak. Hati
tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahaui melalui
palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang
cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada selubung
fibrosa hati (kapsula glissoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut,
ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan
jaringan hati. Apabila dapat di palpasi, permukaan hati akan teraba berbenjol-benjol
(noduler).
4. Obstruksi
portal dan asites. Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegalalan fungsi
hati yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal. Semua darah
dari organ-oragan di gestifpraktis akan berkumpul dalam vena porta dan dibawa
ke hati. Karena hati yang sirotik tidak memungkinkan perlintasan darah yang
bebas, maka aliran darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan traktus
gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini menjadi tempat
kongesti pasif yang kronis; dengan kata lain, kedua organ tersebut akan dipenuh
oleh darah dan dengan demikian tidak dapat bekerja dengan baik.
2.4 Penatalaksanaan keperawatan
Pemantauan
dan penatalaksanaan komplikasi potensial
Pencegahan
perdarahan. Perdarah dan hemorragic dapat terjadi akibat pernurunan produksi
protrombin dan penurunan kemampuan hati untuk mensintesis zat-zat yang
diperlukan bagi pembekuan darah.
Tindakan
penjagaan mencakup perlindungan pasien dengan memasang penghalang samping
tempat tidur yang diberi bantalan, menekan setiap lokasi penyuntikan, dan
menghindari cedera dari benda-benda tajam. Perawat harus mengamati kemungkinan
melena dan memeriksa feses untuk mengetahui jika terdapat darah yang merupakan
tanda perdarahan internal. Tanda-tanda vital juga perlu dipantau secara
teratur. Modifikasi diet dan penggunaan preparat pelunak fese yang tepat dapat
membantu pasien agar tidak mengejan pada saat buang air besar.
Jika
terjadi hemorragic, perawat membantu dokter dalam melakukan tindakan untuk menghentikan
perdarahan, memberikan terapi cairan serta komponen darah dan obat-obatan.
Pasien yang mengalami hemorragic masif akibat dari perdarahan varises esofagus
ataua lambung dapat dipindahkan ke unit perawatan intensif dan mungkin
memerlukan tindakan bedah emerjensi atau bentuk terapi lainnya.
Ensefalopati
hepatik merupakan komplikasi neurologi yang mungkin terjadi dan memncakup
kemunduran status mental serta demensia disamping adanya tanda-tanda fisik
seperti gerakan volunter dan involunter yang abnormal. Ensafalopati hepatik
terutama disebabkan oleh penumpukan amonia dalam darah dan akibat
ditimbulkannya pada metabolisme otak.
Terapi
dapat mencakup penggunaan laktulosa serta antibiotik saluran cerna yang tidak
dapat diserap untuk menurunkan kadar amonia, modifikasi obat-obat yang
digunakan untuk meniadakan obat yang dapat memicu atau memperburuk ensefalopati
hepatik, dan tirah baring untuk meminimalkan pengeluaran energi.
Pemantauan
merupakan pekerjaan keperawatan yang esensial untuk mengenali kemunduran dini
pada status mental. Perawat harus memantau status mental penderita dengan ketat
dan melaporkan perubahan yang terjadi sehingga terapi ensefalopati dapat
dimulai dengan segera. Karena gangguan elektrolit dapat turut menimbulkan
ensefalopati, kadar elektrolit serum harus dipantau dengan cermat dan dikoreksi
jika kadar tersebut abnormal.
2.5 Pemeriksaan Fisik
1. Spider angioma/spider nevi
adalah lesi arterial dg banyak percabangan yg berpulsasi dan menjadi pucat
kalau ditekan. Ia baru timbul pada stadium lanjut penyakit hati. Spider angioma
juga dapat ditemukan pula pada wanita hamil tanpa penyakit hati atau pada
wanita yg sedang meminum pil kb.
(Burnside & Mc Glynn. 1995.
Adams Diagnosis Fisik edisi 17. Jakarta : EGC)
Penyebabnya tidak ada, tetapi
diduga karena kelebihan estrogen dalam sirkulasi Mekanisme :
· Ciri-ciri
:
-
Jala-jala sarang laba-laba atau cabang
pohon,
-
Kelihatan halus dan berwarna merah, ungu
atau biru, menjadi pucat kalau ditekan.
-
Kerlihat pada kulit, terutama disekitar
leher, bahu, dada.
Penatalaksanaan
:
Spider
naevi biasanya tidak berbahaya dan tidak memerlukan penanganan.
Morton,
patricia gonce. 2005. Panduan pemeriksaan kesehatan dengan dokumentasi soapie.
Jakarta : EGC
SGPT
(Serum glutamic pyruvic transaminase) adalah enzim yang banyak ditemukan pada
sel hati serta efektif untuk mendeteksi adanya kerusakan hepatoseluler. Enzim
ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka.
Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan
parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya. SGPT/ALT
serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara semi
otomatis atau otomatis.
Nilai
normal SGPT :
-
Pria 10-32 U/l
-
Wanita 9-24 U/l
-
Bayi 2 kali nilai orang dewasa
2.
Abdomen
Acites
Asites adalah keadaan patologis
berupa terkumpulnya cairan dalam rongga peritoneal abdomen.
Ciri-ciri:
Asiteseksudatif: memilikikandungan
protein tinggidanterjadipadaperadangan (biasanyainfektif, misalnya TB) atau
proses keganasan.
Asitestransudatif:
terjadipadasirosisakibathipertens portal danperubahanbersihan (clearance)
natriumginjal. Konstriksi pericardium dan sindrom nefrotik juga bisa
menyebabkan asitestransudatif.
Penyebab:
Edema anasarka: peningkatan JVP,
efusi pleura. Contoh: sindromnefrotik, penyakithatikronis, gagaljantung.
Hipertensi portal: tanda-tanda hipertensi portal: kaput medusa,
stigmata penyakit hati kronis.
Penyebab lain: disertai pembesaran
KGB atau adanya massa: tumor, misalnya
ovarium,
pankreastitis.
Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan cairan asites :
memeriksa warna, protein, hitung sel bakteri dan keganasan. Asites biasanya
berwarna kekuningan pada sirosis, kemerahan pada keganasan, dan keruh pada infeksi.
USG abdomen : untuk mengukur ukuran
hati (kecilpadasirosis), tanda-tandahipertensi portal (splenomegaly),
danlebarnya vena hepatica (untuk menyingkirkan dugaan thrombosis vena hepatica
dansindrom Budd-Chiari).
Tes darah lainnya: tes biokimia dan
tes fungsi hati untuk mencari penanda
sirosishepatis (kadar albumin rendah, hiperbilirubinemia, kenaikanenzimhati,
trombositopenia, dan lain-lain.)
Penatalaksanaan:
-
Restriksi cairan dan garam: biasanya cukup
dengan retriksi cairan sampai< 1-1,5/hari dan diet tanpa tambahan garam.
-
Pemberian diuretic: umumnya spironolakton
+ furosemide (frusemid) dosis awal spironolakton adalah 1-3mg/kg/24jam dibagi
2-4 dosis dan furosemide sebesar 1-2mg/kgBB/dosis 4kali/hari, dapat ditingkatkan
menjadi 6mg/kgBB/dosis.
-
Parasentesist erapeutik untuk asitesrefrakter
(yaitu asites yang tidak merespon terhadap terapi diuretic atau mengalami efeksamping
yang takbisadihindari: hiponatremia, ensefalopatidan lain-lain). Pengambilan cairan
untuk mengurangi asites massif yang aman untuk anak adalah sebesar 50cc/kg
berat badan. Disarankan pemberian 10g albumin intravena untuk tiap 1 Liter
cairan yang diaspirasi untuk mencegah penurunan volume plasma dan gangguan elektrolit.
3.
Shifting
dullness
Shifting dullness
mendeskripsikan suara pekak yang berpindah-pindah pada saat perkusi akibat
adanya cairan bebas didalam rongga abdomen.
Perkusi dilakukan
dengan tekhnik yang sama seperti perkusi thorax. Suara perkusi abdomen yang
normal adalah timpani. Masa padat atau cairan akan menimbulkan suara pekak
(hepar, ascites, vesika urinaria, masa tumor). Perkusi dilakukan pada semua
kuadran.
Perkusi dimulai dari
tengah abdomen dengan pasien posisi terlentang, menyusuri dinding abdomen,
perkusi terus dilakukan menuju lateral. Perubahan suara dari timpani menjadi
pekak merupakan batas cairan ascites yang ada, kemudian pasien dipindah posisi
menjadi berbaring miring/lateral. Apabila memang ada cairan dalam rongga
abdomen tentu akan berpindah kebagian bawah mengikuti gaya gravitasi. Maka
daerah lateral abdomen yang semula tekak setelah berada diatas menjadi timpani
karena cairan berpindah, sebaiknya daerah umbillicus sekarang menjadi pekak
(shifting dullness).
4.
Icteric
Ikterus adalah kondisi
dimana tubuh memiliki terlalu banyak billirubin sehingga kulit dan putih pada
mata menjadi kuning.
Penyebabnya adalah
peningkatan billirubin
Proses billirubin
adalah bahan kimia kuning di hemoglobin, zat yang membawa oksigen dan sel darah
merah. Bila sel-sel darah merah rusak, tubuh membangun sel-sel baru diliver
(hati) untuk menggantikan mereka. Jika hati tidak dapat menangani sel sel darah
merah yang rusak, bilirubin menumpuk didalam tubuh dan kulit anda terlihat
kuning.
Pemeriksaan penunjang
-
Tes darah
-
Tes fungsi hati
-
Tes serologi hepatitis virus
-
USG
-
ErcP
-
Biopsi hati
Pemeriksaan
fisik
-
Tinja pucatnya atau urin gelap
-
Nyeri menjalar kepunggung
-
Skelera mata
Penatalaksanaan
Penatalaksaan pasien ikterus sangat
tergantung pada penyakit penyebabnya dan ada tidaknya gambaran klinis gagal
hati. Ikterus sendiri tidak selalu membutuhkan perawatan di Rumah Sakit.
Penyakit penyebab ikterus dan komplikasinyalah yang sering memerlukan perawatan
di rumah sakit.
5.
Edema
Definisi Arathur C.
Guyron :
Gelembung cairan dari
beberapa organ atau jaringan yang merupakan terkumpulnya kelebihan cairan
limfe, tanpa peningkatan jumlah sel dalam mempengaruhi jaringan. Edema bisa
terkumpul pada beberapa lokasi pada tubuh tetapi biasanya terdapat pada kaki
dan pergelangan kaki.
Klasifikasi Edema:
-
Peradangan: akibat naiknya permeabilitas
vaskuler
-
Velious: akibat naiknya tekanan
intravena
-
Limfatik: akibat obstruksi saluran limfe
-
Hipoalbuminamik: akibat turunnya tekanan
oskotik plasma
Ciri-ciri
:
-
Pembengkakan jaringan langsung dibawah
kulit
-
Kulit merenggang atau berkilau
-
Setelah ditekan selama beberapa detik,
kulit tidak kembali ke bentuk semula atau tetap membentuk cekung
-
Ukuran perut meningkat
Pemeriksaan
penunjang:
-
Darah rutin
-
Ureum
-
Kreatinin
-
AGD
-
Elektrolit
-
Foto toraks
-
EKG
-
CKMB
-
USG dopler
2.6 Pemeriksaan Penunjang
A. HbsAg
Pemeriksaan HbsAg
dilakukan untuk menentukan adanya virus hepatitis B di dalam darah baik dalam
kondisi aktif ataupun sebagai carrier. Ini secara rutin dilakukan pada
darah donor untuk mendentifikasi adanya hepatitis B antigen. Kira-kira 5% orang
dengan penyakit lain selain hepatitis B (serum hepatitis) akan ditemukan hasil
pemeriksaan positif.
Pada hepatitis B,
antigen dalam serum dalam dideteksi 2 sampai 24 minggu (rata-rata 4 sampai 8
minggu) setelah inkubasi virius. HbsAg positif dapat terjadi 2 sampai 6 minggu
setelah terpajan pada penyakit ini.
Pemeriksaan HbsAg tidak
mendiagnosa virus hepatitis A. dua pemeriksaan untuk hepatitis A adalah anti
HAV-IgM (indikasi infeksi akut) dan anti HAV-IgG (indikasi setelah pemajanan
sebelumnya). (Joyce LeFever Kee, 1997)
Tujuan
pemeriksaan HbsAg
Pemeriksaan ini
memastikan apakah seseorang menderita hepatitis B atau tidak. Hasil pemeriksaan
hepatitis B positif memastikan bahwa seseorang menderita infeksi VHB.
Pemeriksaan HbsAg positif yang menetap lebih dari enam bulan disebut sebagai
infeksi VHB kronis. (Suharjo B. Cahyono, 2014)
Adanya HbsAg dalam
serum merupakan petanda serologis infeksi hepatitis B. Titer HbsAg yang masih
positif lebih dari 6 bulan menunjukkan infeksi hepatitis kronis. Munculnya antibodi
terhadap HbsAg (anti HBs) menunjukkan imunitas dan atau penyembuhan proses
infeksi. (respiratory.usu.ac.id)
Prosedur
1. Ambil 5 sampai 7 mL
darah vena dan masukkan ke dalam tabung bertutup merah.
2. Tidak perlu
pembatasan makan dan cairan.
(Joyce LeFever Kee,
1997)
B. SGOT
Pengertian SGOT
SGOT merupakan
singkatan dari serum glutamik oksaloacetic transaminase. Beberapa laboratorium
sering juga memakai istilah AST (asparate aminotranferase). SGOT merupakan
enzim yang tidak hanya terdapat di hati melainkan juga terdapat di otot
jantung, otot ginjal dan otot-otot rangka (menurut Buku Panduan Pemeriksaan
Kesehatan Dengan Dokumentasi. Scopie edisi 2 penerbit buku kedokteran: EGC).
Tujuan pemeriksaan SGOT
Untuk memperlihatkan
dan memahami konsep aktivitas spesifik enzim glutamat privat transaminase dan
glutamate oksaloasetat transaminase (GOT).
Nilai normal SGOT
Dewasa: 8 – 20 u/l
Bayi: 4x nilai orang
dewasa (16 – 80 u/l)
Interpretasi SGOT dan
SGPT
Dalam uji SGOT dan
SGPT, hati yang dikatakan rusak bila jumlah tersebut dalam plasma lebih besar
daripada normalnya. Kondisi ini yang meningkatkan kadar SGOT atau SGPT adalah:
-
Peningkatan SGOT atau SGPT lebih dari 20
kali normal: hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitasobat atau kimia)
-
Peningkatan SGOT atau SGPT 3 sampai 10 kali normal: infeksi mononuklear,
hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom reye dan infark
miokard.
-
Peningkatan SGOT atau SGPT 1 sampai 3
kali normal: pankreatitis, perlemakan hati, sirosis leannec, sirosis bilaris.
C.
SGPT (Serum glutamic pyruvic transaminase) adalah enzim
yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendeteksi adanya kerusakan hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah
yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya
nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati
akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya. SGPT/ALT serum umumnya
diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara semi otomatis atau
otomatis.
Nilai normal SGPT :
-
Pria 10-32 U/l
-
Wanita 9-24 U/l
-
Bayi 2 kali nilai orang dewasa.
D. Alkali
posfatase
Pengertian
Fosfatase alkali (alkaline phosphatase, ALP) merupakan enzim yang
diproduksi terutama oleh epitel hati dan osteoblast (sel-sel pembentuk tulang
baru); enzim ini juga berasal dari usus, tubulus proksimalis ginjal, plasenta
dan kelenjar susu yang sedang membuat air susu. Fosfatase alkali disekresi
melalui saluran empedu. Meningkat dalam serum apabila ada hambatan pada saluran
empedu (kolestasis).
Nilai normal
·
Dewasa : 42 – 136 u/l, alp1 : 20 – 130 u/l, alp2
: 20 – 120 u/l,
·
Lansia : agak
lebih tinggi dari dewasa
·
Anak-anak : bayi
dan anak (usia 0 – 20 th) : 40 – 115 u/l),
·
Anak berusia lebih tua (13
– 18 th) : 50 – 230
u/l.
Fungsi : Tes ALP terutama digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyakit hati
(hepatobiliar) atau tulang.
Cara menginterprestasikan : pasien juga
diberi beta blocker (propanolol) 2x10mg untuk menurunkan tekanan vena porta
akibat hipertensi porta setelah drip omeprazole selesai.
E. Albumin
Albumin merupakan protein yang disintesis oleh hati dan juga terdapat di dalam aliran darah. Albumin adalah protein atau jenis protein yang paling banyak di dalam tubuh. Albumin ialah segala jenis protein monomer yang larut dalam air dan larutan garam.
Nilai normal albumin didalam darah sekitar 3,5-5 g/dl.
Fungsi ALBUMIN bagi
tubuh manusia :
-
Meransang hormon tiroid
-
Meransang hormon lain, khususnya yang dapat larut dalam lemak
-
Meransang asam lemak menuju hati
-
Meransang obat-obatan dan memperpendek waktu paruh obat tersebut
-
Meransang bilirubin
-
Mengikat ion Ca2+
-
Sebagai larutan penyangga
-
Sebagai protein radang fase-akut negatif.
F. HB
Pengertian Hb
Pigmen merah pembawa
oksigen pada butir darah merah, merupakan protein terkonjugasi merah yang dapat menghablur, terdiri atas perotein
globin yang bergabung dengan gugus prosetik hem (menurut Kamus Kimia).
Tujuan pemeriksaan Hb :
Untuk menetapkan kadar Hb dalam darah.
Nilai normal Hb
Pria: 13 – 17 g/dl
Wanita: 12 – 16 g/dl
G. Endoscopy (udah)
Definisi : Endoscopy
adalah suatu pemeriksaan dengan menggunakan alat seukuran tebal jari telunjuk
yang sangat lentur untuk melihat kelainan–kelainan pada saluran cerna atas
seperti (mulut, esofagus, lambung, usus halus) dan saluran cerna bawah (anus,
colon, dan usus besar) secara langsung.
Dengan alat ini juga
dapet dilakukan tindakan langsung seperti pengambilan jaringan/biopsi pada
bagian yang sakit (tumor, polip, atau kelainan yang dicurigai) sehingga
pengobatan dapat lebih cepat.
Hasil pemeriksaan bisa
dokumentasikan berupa foto atau vcd.
A. Saluran
cerna atas/esofagogastro duodenoscopy ?
Indikasi keluhan
pemeriksaan endoscopy pada :
-
Pucat (anemia)
-
Kembung, mual, nyeri ullu hati,
dyspepsia, yang berkepanjangan
-
Muntah terus tanpa sebab
-
Kesulitan menelan
-
Muntah darah atau BAB kehitaman
-
Tertelan benda asing
-
Dugaan adanya tumor disaluran cerna atas
dari hasil pemeriksaan X-ray.
Yang
dilakukan selama pemeriksaan
Tenggorokan
akan disemprot dengan suatu bius lokal dan menerima obat melalui urat darah
halus atau vena untuk membantu lebih santai selama dilakukkan pemeriksaan. Anda
akan dibaringkan kesamping pada kondisi nyaman ketika endospocy dimasukan
dengan hati-hati kedalam mulut.
Setelah
tindakan atau prosedur upper endoscopy
anda
diminta istirahat sekurang-kurangnya 15-30 menit dan boleh melakukan diet
normal lagi setelah 1 jam. Jika anda diberi obat penenang anda harus ditemani
oleh keluarga atau teman yang bisa bertanggung jawab dan dilarang mengemudi
atau mengoprasikan mesin atau minum alkohol selama 24 jam. Ketidaknyamanan selama
1 atau 2 hari.
B. Saluran
cerna bawah atau colonoscopy
-
Diare selama lebih dari 2 minggu
-
Keluar darah dari lubang anus atau dubur
-
Memastikan kelainan yang ditemukan pada
pemeriksaan x-ray
-
Nyeri atau rasa tidak nyaman perut
terus-menerus disertai perubahan pada buang air besar.
Apa
yang dilakukan selama pemeriksaan colonoscopy
Pada
tindakan colonoscopy dibutuhkan kesabaran pasien, sering muncul perasaan
tekanan, perut kembung karena gas atau kram sewaktu-waktu selama dilakukan
tindakan. Dokter akan membrikan obat melalui vena untuk membantu anda menjadi
santai. Anda berbaring kedepan (terlentang) disaat colonoscopy dimasukan naik
melalui usus besar. Tindakan tersebut biasanya berlangsung sekitar 15-45 menit.
Setelah
tindakan colonoscopy
Anda
perlu istirahat 1-2 jam karena kekembungan udara yang masuk suatu prosedur
tindakan dilakukan akan menjadi lebih lama, setelah anda keluarkan. Jika obat
penenang digunakan, anda sebaiknya ditemani oleh keluarga atau teman yang bisa
bertanggung jawab, anda dilarang mengemudi/mengoprasikan mesin/minum alkohol
selama 24 jam.
Kapan
hasil diperoleh?
dokter
akan memberitahukan kepada anda setelah pemeriksaan dilakukan tentang apa yang
terlihat dibagian usus besar anda. Jika dibutuhkan biopsi hasil akan selesai
selama 3-5 hari kerja. Hasil tersebut akan dikirim ke dokter yang merujuk.
Resiko
dan efeknya
Walaupun
colonoscopy adalah suatu prosedur yang sederhana. Anda harus mendiskusikan
faktor-faktor komplikasi dan resikonya dengan dkter anda atau menghubungi
bagian endoscopy di tempat ada akan memeriksa diri.
Persiapan
-
Beritau dokter/perawat jika anda
memiliki kondisi medis seperti: diabetes, hipertensi/sedang mengkonsumsi
obat-obatan/mengalami alergi.
-
Puasa, tidak boleh makan dan minum
selama 6-8 jam sebelum tindakan dilakukan
-
Diet rendah residu, ditambah dengan obat
pencahar untuk membersih usus besar bagian dalam terlihat dengan jelas.
-
Pastikan ada persetujuan tertulis dari
anda.
-
Melepaskan gigi palsu, kacamata,
perhiasan, dan benda logam.
-
Sebaiknya ditemani keluarga
2.7 Penatalaksanaan medis
1. Tranfusi
Darah
Adalah infus darah atau
komponen darah ke individu untuk pengobatan kondisi medis. Tranfusi dapat
homolog (dari donor) atau autolog (darah yang tersimpan sebelumnya dari
penerima.
Indikasi tranfusi darah
:
·
Untuk mengembalikan dan mempertahankan
suatu volume peredaran darah yang normal. Misal : pada anemia karena
perdarahan, trauma bedah, luka bakar luas.
·
Untuk mengganti kekurangan komponen
selular atau kimia darah. Misal : anemia, trombositopenia.
·
Anemia pada orang yang akan menjalani
operasi
Dosis :
Dosis tranfusi darah
didasarkan atas makin anemis seseorang resipien makin sedikit jumlah darah yang
diberikan per et mal didalam suatu seri tranfusi darah dan makin lambat pula
jumlah tetesan yang diberikan. Hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi
gagal jantung. Dosis yang diperlukan untuk menaikan hb ialah dengan menggunakan
rumus empiris : kebutuhan darah (mL)=6 X BB (Kg) X kenaikan Hb yang diinginkan.
Efek samping :
·
Reaksi alergi, anafikasis dengan gejala
syok disertai atau tanpa pireksia. Kegagalan sirkulasi primer akut, nadi cepat,
tekanan darah menurun, pernapasan berat.
·
Reaksi pyrogenik dapat timbul selama
atau setelah tranfusi reaksi khas berupa peningkatan 38̊ C-40̊ C bisa disertai dengan menggigil,
kemerahan, kegelisahan dan ketegangan. Jika tranfusi dihentikan reaksi dan
kegelisahan akan hilang.
2. Transamin
(tranexamic acid)
merupakan agen anti
fibrinolytic. Obat ini bekerja dengan menghalangi pemecehan bekuan darah, yang
mencegah perdarahan.
Tujuan diberikan
transamin
Digunakan untuk
membantu menghentikan koondisi perdarahan.
Komposisi
1. Capsule: setiap
capsule mengandung Tranexamic acid 250 mg.
2. Tablet: setiap
tablet mengandung Tranexamic acid 500 mg.
3. Injeksi: setiap ml
injeksi (5% w/v) mengandung Tranexamic acid 50 mg. Setiap ml injeksi (10% w/v)
mengandung Tranexamic acid 100 mg.
Indikasi
1. Untuk membantu
menghentikan perdarahan.
2. Pengelolaan jangka
panjang untuk angiodema herediter.
Kontraindikasi
1. Gagal ginjal berat.
2. Pembekuan
intravaskular aktif.
3. Penyakit
tromboemboli.
4. Gangguan penglihatan
warna.
5. Perdarahan
subarachnoid.
Dosis
1. Kasul 250 mg: dosis
lazim secara oral untuk dewasa: 3 – 4 kali sehari 1 – 2 kapsul.
2. Tablet 500 mg: dosis
lazim secara oral untuk dewasa 3 -4 kali 1 tablet
3. Injeksi 50 mg:
sehari 1 – 2 ampul (5 – 10 ml) disuntikkan secara IV atau IM, diibagi dalam 1 –
2 dosis.
4. Injeksi 100 mg: 2,5
– 5 ml perhari disuntikkan secara IV atau IM dibagi dalam 1 – 2 dosis.
Efek
samping
1. Gangguan-gangguan
gastrointestinal, mual, muntah, anoreksia, pusing, eksantema dan sakit kepala
dapat timbul pada pemberian secara oral. Gejala-gejala ini menghilang dengan
pengurangan dosis atau penghentian pengobatannya.
2. Dengan injeksi IV
yang cepat dapat menyebabkan pusing dan impotensi.
3. Inpepsa
Komposisi
Tiap
5 ml suspensimengandung:
Sukralfat 500 mg
Farmakologi
Sucralfat adalah suatu kompleks yang dibentuk dar isukrosaoktasulfat
dan polialuminiumhidroksida.
Aktifitas
sukralfat sebagai anti ulkus merupakan hasil dari pembentukan kompleks sukralfa
tdengan protein yang membentuk lapisan
pelindung menutupi ulkus serta melindungi dari serangan asam lambung,
pepsin dan garam empedu.
Percobaan
laboratorium dan klinis menunjukan bahwa sukralfat menyembuhkan tukak dengan
tiga cara :
1) Membentuk kompleks kimiawi yang
terikat pada pusat ulkus sehingga merupakan lapisan pelindung.
2) Menghambat aksiasam, pepsin dan garam
empedu.
3) Menghambat difusi asam lambung menembus
lapisan film sukralfat-albumin.
Penelitian
menunjukan bahwa sukralfat dapat berada dalam jangka waktu lama dalam saluran
cerna sehingga menghasilkan efekobat yang panjang.
Sukralfat sangat sedikit terabsorbsi disaluran pencernaan sehingga menghasilkan
efek samping sistemik yang minimal.
Indikasi
Pengobatan
jangka pendek (sampai 8 minggu) pada duodenal ulcer.
Dosis dan cara pemberian
Umunya
pada orang dewasa adalah :
2
sendok teh (10 ml), 4 kali sehari, sewaktu lambung kosong( 1 jam sebelum makan dan
tidur).
Pengobatan
harus dilanjutkan, kecuali apabila pemeriksaan endoskopi atau sinar x telah memperlihatkan
kesembuhan.
Peringatan dan perhatian
Inpepsa®harus diberikans ecara hati-hati pada pasien gagal ginjal kronis
dan pasien dialisis.
Penggunaan
inpepsa selama kehamilan jikabenar-benar diperlukan.
Jika
diperlukan, antasid adapat diberikan dalam jangka waktu ½ jam sebelum atau sesudah
pemberian inpepsa.
Keamanan
dan efektifitas pada anak-anak belum dapat ditetapkan.
Efek samping
Terjadinya
efek samping sangat jarang, yang relatif sering dilaporkan hanya konstipasi dan
mulut terasa kering. keluhan lain adalah diare, mual, muntah, tidak nyaman diperut,
flatulen, pruritus, rash, mengantuk, pening, nyeri pada bagian belakang dan sakit
kepala.
Kontra indikasi
Tidak
diketahui kontrain ikasi penggunaan sukralfat.
Interaksi obat
Inpepsa dapat mengurangi absorbsi atau bioavailabilitas obat-obatan
:simetidin, ciprofloxacin, digoxin, ketakonazol, norfoxacin, fenitoin,
ranitidin, tetraxyclindanteofilin, sehingga obat-obatan tersebut harus diberikan
dalam waktu dua jam sebelum pemberian inpepsa.
Penyimpanan
Simpan
pada suhu dibawah 300 c, terlindung dari cahaya.
Kemasan
Botolisi
100 ml dan 200 ml suspensi.
4.
Albumin
Protein
darah yang diproduksikan oleh hati dan berperan dalam mempertahankan volume
darah normal. Nilai normal: 3,5 sampai 5,0 g/dl
Tujuan :
Sebagai protein untuk
logam, asam lemak, billirubin dan obat-obatan, diantara zat lainnya.
Penatalaksanaan :
Pemeriksaan albumin
dilakukan untuk mendeteksi kemampuan albumin yang disintetis oleh hepar.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan adanya gangguan hepar seperti, luka
bakar, gangguan ginjal, atau kehilangan protein dalam jumlah yang banyak.
Cara :
a. ambil darah kurang
lebih 5-10 ml dari vena
b. masukan pada tabung
atau botol
c. berikan label nama
dan tanggal
5. Propranolol adalah tipe beta-blocker
non-selektif yang umumnya digunakan dalam pengobatan tekanan darah tinggi. Obat
ini adalah beta-blocker pertama yang sukses dikembangkan.
Indikasi:
Digunakan untuk mengobati atau mencegah gangguan yang meliputi migrain, arrhythmias, angina pectoris, hipertensi, menopause, dan gangguan kecemasan.
Digunakan untuk mengobati atau mencegah gangguan yang meliputi migrain, arrhythmias, angina pectoris, hipertensi, menopause, dan gangguan kecemasan.
Dosis:
Pemberian reguler:
Pemberian reguler:
1) Dosis sebesar 20-40 mg diberikan
melalui mulut (per oral), sebanyak 2-3 kali sehari.
2) Dosis boleh ditambah dengan jarak
mingguan sesuai dengan respon pasien.
3) Dosis maksimum: 480 mg/hari
Pemberian lanjutan:
1) Dosis sebesar 80 mg diberikan
melalui mulut (per oral), sebanyak 1 kali sehari.
2) Dosis maksimum: 320 mg/hari
Efek Samping:
Efek CNS (kelelahan, depresi,
pusing, kebingungan, gangguan tidur); Efek CV (gagal jantung, sumbatan jantung,
kedinginan, impotensi pada laki-laki); Efek berturut-turut (bronchospasma pada
pasien yang rentan & obat-obatan dengan beta1 harus digunakan secara
selektif pada pasien ini); Efek GI (N/V, diare, konstipasi); Efek metabolik
(bisa memproduksi hiper atau hipoglikemia, perubahan dalam serum kolesterol
& trigliserid.
Instruksi Khusus:
1) Berkontra-indikasi dengan bradycardia,
sebelumnya ada tingkatan AV block yang tinggi, sindrom sakit sinus dan
kegagalan LV yang tak stabil.
2) Gunakan dengan hati-hati pada pasien
bronchopasma, asma, atau penyakit sumbatan pernapasan. Gunakan dengan hati-hati
dengan tingkatan block pertama, depresi, pasien dengan PVD, dan pasien
yangmenggunakan insulin.
3) Beta-blocker mungkin menutupi gejala
hipertiroid & hipoglikemia dan mungkin memperburuk psoriasis.
4) Pasien jangka panjang sebaiknya
tidak berhenti dengan tiba-tiba, harus berhenti secara bertahap selama 1-2
minggu.
2.8 Komplikasi
a. Kongestif splenomegali
b. Perdarahan varises
c. Kegagalan hepatoselular (koma
hepatik)
d. Hepatoma/hepatocellular carcinoma (HCC)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Sirosis hati merupakan penyebab kematian
terbesar ketika
pada pasien yang berusia 45 – 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan
kanker.Secara lengkap
definisi sirosis hepastis dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
·
Sirosis hepatis ada 3 tipe sirosis atau
pembentukan parut dalam hati:
·
Sirosis portal laennec (alkohol,
nutrisional), dimana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal.
Sisrosis ini paling sering disebabkan oleh alkoholisme kronis dan merupakan
tipe sirosis yang paling sering ditemukan di negara barat.
·
Sirosis poscanekrotik, dimana terdapat
pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat – lanjut dari hepatitis virus
akut yang terjadi sebelumnya.
·
Sirosis bilier, dimana pembentukan
jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran empedu. Tipe ini biasanya
terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis;
insidensnya lebih rendah daripada insidens sirosis laennec dan poscanekrotik).
3.2 Saran
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penysun dan pembaca. Kritik dan saran kami
tunggu untuk pembelajaran ke depan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
(Buku:
At a glance ILMU BEDAH edisi 3,Pierce A.Grace dan Neil R.Borley)
(Buku
Harrison ,prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam volume 1 Prof .Dr .Ahmad
H.Asdie,Sp .Pd-Ke)
(Burnside
& Mc Glynn. 1995. Adams Diagnosis Fisik edisi 17. Jakarta : EGC)
(Morton,
patricia gonce. 2005. Panduan pemeriksaan kesehatan dengan dokumentasi soapie.
Jakarta : EGC)
(Buku
Panduan Pemeriksaan Kesehatan Dengan Dokumentasi. Scopie edisi 2 penerbit buku
kedokteran: EGC)
Asuhan
keperawatan gangguan hati dan kandung empedu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar