Sabtu, 25 Oktober 2014

SISTEM PENCERNAAN



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. di dalam hati terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita. yaitu proses penyimpanan energi, pengaturan metabolisme kolesterol, dan peneralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita. sehingga dapat kita bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.Sirosis hepatis adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh system arsitekture hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat ( firosis ) di sekitar paremkin hati yang mengalami regenerasi. sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis.dan perubahan strukture hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal.Peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel menyebabkan banyaknya terbentuk jaringan ikat dan regenerasi noduler dengan berbagai ukuran yang di bentuk oleh sel paremkim hati yang masih sehat.akibatnya bentuk hati yang normal akan berubahdisertai terjadinya penekanan pada pembuluh darah dan terganggunya aliran darah vena pota yang akhirnya menyebakan hipertensi portal. Penyebab sirosis hati beragam. selain disebabkan oleh virus hepatitis B ataupun C, bisa juga di akibatkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, bergai macam penyakit metabolik, adanya ganguan imunologis, dan sebagainya. Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ke tiga pada pasien yang berusia 45 – 46 tahun ( setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker ). di seluruh dunia sirosis menempati urutan ketujuh penyebab kematian, 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit in. sirosis hati merupakan penyakit hati yang sering di temukan dalam ruangan perawatan bagian penyakit dalam.di indonesia sirosis hati lebih sering di jumpai pada laki – laki dari pada perempuan. dengan perbandingan 2 – 4 : 1.Peran dan fungsi perawat adalah memberi penyuluhan kesehatan agar mayakakat dapat mewaspadai bahaya penyakit sirosis hepatis. Sedangkan peran perawat dalam merawat pasien dengan penyakit sirosis hepatis adalah mencakup perbaikan masukan nutrisi klien, membantu klien mendapatkan citra diri yang positif dan pemahaman dengan penyakit dan pengobatanya. Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit sirosis hepatis untuk memudahkan kita sebagai calon perawat dalam merawat pasien dengan penyakit sirosis hepatis  
1.2  Rumusan masalah
a.   Apa definisi sirosis?
b.  Apa etiologi sirosis?
c.   Apa manifestasi sirosis?
d.  Apa penatalakasanaan sirisis?
e.   Apa pemeriksaan fsik sirosis?

1.3  Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulis mengangkat masalah sirosis hepatis dalam makalah ini adalah:
a.    Tujuan khusus :
Mahasiswa mampu memberikan penjelasan dengan tanggap dan benar bagi penderita sirosis
b.    Tujuan umum :
-       Mahasiswa mampu memahami pengertian dari Sirosis.
-       Mahasiswa mampu memahami etiologi dari Sirosis
-       Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis dari Sirosis.
-       Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari Sirosis
-       Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan fisik dari Sirosis








BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Definisi
Sirosis hepatis ada 3 tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati.
1.      Sirosis portal laennec (alkohol, nutrisional), dimana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sisrosis ini paling sering disebabkan oleh alkoholisme kronis dan merupakan tipe sirosis yang paling sering ditemukan di negara barat.
2.      Sirosis poscanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat – lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3.      Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis; insidensnya lebih rendah daripada insidens sirosis laennec dan poscanekrotik).

2.2  Etiologi
1.      Meskipun ada beberapa faktor yang terlibat dalam etiologi sirosis, konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama. Sirosis terjadi dengan frekuensi yang paling tinggi pada peminum minuman keras. Meskipun defisiensi gizi dengan penurunan asupan protein turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis, namun asupan alkohol yang berlebihan merupakan faktor penyebab yang utama pada perlemakan hati dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Namun demikian, sirosis juga pernah terjadi pada individiu yang tidak memiliki kebiasaan minum minuman keras dan pada individu yang dietnya normal tetapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.

2.      Perdarahan Varises Esofagus
Perdarahan atau hemoragi dari varises esofagus terjadi pada kurang lebih sepertiga penderita sirosis hepatis dan varises. Angka mortalitas yang terjadi akibat episode perdarahan pertama adalah 45% hingga 50% perdarahan ini merupakan salah satu penyebab kematian yang utama pada penderita sirosis hepatis.


Patofisiologi dan manifestasi klinik
Varises esofagus merupakan pembuluh vena yang berdilatasi, berkelok-kelok dan biasanya dijumpai dalam submukosa pada esofagus bagian baawah, namun, varises ini dapat terjadi pada bagian esofagus yang lebih tinggi atau meluas sampai kedalam lambung. Keadaan semacam ini hampir selalu disebabkan oleh hipertensi portal yang terjadi akibat obstruksi pada sirkulasi vena porta, pada hati yang mengalami sirosis.
      Karena peningkatan obstruksi pada vena porta, darah vena dari traktus intestinal dan limpa akan mencari jalan keluar melalui sirkulasi kolateral ( lintasan baru untuk kembali ke atrium kanan ). Akibat yang ditimbulkan adalah peningkatan tekanan, khusunya dalam pembuluh darah pada lapisan submukosa esofagus bagian bawah dan lambung bagian atas. Pembuluh-pembuluh kolateral ini tidak begitu elastis tetapi bersifat rapuh, berkelok-kelok, dan mudah mengalami perdarahan. Penyebab varises lainnya yang lebih jaarang ditemukan adalah kelainan sirkulasi dalam vena lienalis atau vena kava superior dan trombosis vena hepatika.
      Varises esofagus yang mengalami perdarahan dapat menimbulkan kematian dan mengakibatkan syok hemoragik yang menyebabkan penurunan perfusi serebral, heoatik serta ginjal. Selanjutnya akan terjadi peingkatan beban nitrogen akibat perdarahan kedalam traktus gastrointestinal dan kenaikan kadar amonia serum yang meningkatkan risiko ensefalopati. Kemungkinan adanya perdarahan varises esofagus harus dicurigai jika terjadi hematemesis dan melena, khusunya pada pasien yang biasa mengkonsumsi minuman keras. Vena yang mengalami dilatasi biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali jika terjadi peningkatan tekanan porta yang tajam dan mukosa atau struktur yang menyangganya menjadi tipis. Kemudian akan timbul hemoragi masif.

EVALUASI DIAGNOSTIK (varises esophagus)
Riwayat pasien dan hasil pemeriksaan jasmani akan membantu mengenali penyebab perdarahan. Endoskopi dilakukan untuk mengidentifikasi tempat perdarahan bersama dengan pemeriksaan barium meal, ultrasound (USG), pemindai CT danangiografi.
Endoskopi, endoskopi yg segera merupakan indikasi untuk me ngenali penyebab dan tempat perdarahan sedikitnya terdapat 30 persen penderita yg dicurigai mengalami perdarhan dari varises esophagus ternyata juga mengalaami perdarahan darisumber lain (gastritis,ulkus)
Dukungan keperawatan sebelum dan selama pemeriksaan endoskopi dapat menjadi tindakan yg efektif untuk mengurangi kecemasan selama menjalani pemeriksaan yg sering menimbulkan stress ini . pemantauan yg cermat dapat mendeteksi secara dini tanda-tandadisritmia jantung ,perforasi,dan hemoragi
Setelah pemeriksaan pemberiancairan baru dilakukan setelah reflek muntah (gag reflek) muncul kembali lozenges dan obat kumur untuk mengurangi gangguan rasa nyaman dalam tenggorokan dapat digunakan bila kondisi fisik dan status mental pasien memungkinkan, jika pasien mengalami perdarahan aktif asupan oral tidak dibolehkan dan pasien dipersiapkan untuk menjalani tindakan diagnostic serta terpaeutik selanjutnya.
Pengkajian neurologi akan membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan ensefalopati  hepatic yang terjadi akibat pemecahan darah dalam traktus gastrointestinal dan kenaikan kadar ammonia serum. Manifestasinya berkisar dari perasaaan seperti mengantuk hingga ensefalopati dan koma. Pemeriksaan hipertensi portal .kemungkinan hipertensi portal harus dicurigai jika ditemukan dilatasi vena-vena abdiominalis dan hemoroid rektal. Pembesaran limpa yg teraba (splnomegali) dan asites dapat juga dijumpai.
Tekanan vena portal dapat diukur secara langsung (direk) pengukuran indirek gradien tekanan vena hepatilka merupakan prosedur yg paling sering digunakan prosedur ini memerlukan pemasangan kateter balon berisi cairan ke  dalam vena antekubiti atau vena femoralis kateter tersebut didorong maju dibawah pengarahan fluooroskopi hingga mencapai vena hepatika. Tekanan “baji” (yg serupa dengan tekanan baji arteri pulmonalis) akan diperoleh melalui penyumbatan (oklusi) aliran darah dalam pembuluh darah: tekanan dalam pembuluh darah yg tidak disumbat juga diukur. Meskipun nilai-nilai HPVG yg diperoleh dapat mengabaikan tekanan portal.pengukuran ini mungkin harus dilakukan beberpa kali untuk mengevaluasi hsil terapi.
Pemeriksaan langsung tekanan vena portal ddapat dilakukan melalui beberpa metode. Salah satu  metode dikerjakan ketika pasien menjalani laparotomi metode ini dilakukan dengan memasukan sebilah jarum kedalam llimpa dan apabila manometer menunuukan angka diatas 20 ml  saline maka hasil tersebut adalah abnormal.
Pemeriksaan laboratorium ,pemerikssan laboratorium yg diperlukan mencakup berbagai transferase tes faal hati seperti pemeriksaan pada serum amino  (transamino ). Bilirubin, alakalifosfatase dan serum protein, pemeriksaan aliran darah dan klirens juga dapat dilakukan untuk mengkaji curah jantung serta aliran darah hepatik.
Penatalaksanaan keperawatan: (varises esophagus)
1.      Keseluruhan pengkajian keperawatan mencangkup pemantauan kondisi fisik pasien dan evaluasi respon emosional serta status kognitif.
2.      Tanda-tanda vital dipantau serta direrkam dan status pasien dikaji.
3.      Perawatan harus memberikan dukungan dan penjelasan dengan penuh kesabaran tentang intervensi medis serta kperawwatan yg dilaksanakan.
4.      Pemantauan pasien dengan ketat akan membantu dalam pendeteksian dan penatalaksaanan komunikasi.

2.3     Manifestasi Klinis
1.      Hematemesis
Hematemesis adalah muntah darah dan biasanya disebabkan oleh penyakit saluran cerna bagian atas.(Buku: At a glance ILMU BEDAH edisi 3,Pierce A.Grace dan Neil R.Borley)
Penyebab Hematemesis
a.      Varises dan gastropati hipertensi portal, perdarahan dari pecahnya varises umumnya mendadak dan masif, perdarahan karena pecahnya varises esofagus atau lambung umumnya akibat hipertensi portal sekunder dari sirosis hati,selain sirosis hati hal lain yg dapat pula menyebabkan varises esofagus atau lambung adalah hepatitis akut dan perlemakan hati yg berat yang menghilang bila fungsi hati membaik meskipun perdarahan saluran makan bagian atas dari penderita sirosis hepatitis umumnya diduga karena pecahnya varises esofagus  pada penelitian di amerika ditemukan sebagian perdarahan SMBA karena tukak petik dan gastropati hipertensi portal.
b.      Tukak peptik, merupakan sebab utama perdarahan SMBA diluar negri, kemungkinan pula perdarahan ini merupakan gejala pertama dari tukak peptik sebelum gejala yang lain ,hendaknya kemungkinan perdarahan dari tukak peptik selalu di pertimbangkan meskipun anamnesis dari tukak peptik tidak ada.
c.       Gastritis, dapat dipertimbangkan sebagai perdarahan SMBA pada penderita dengan anamnesis adanya dispepsia kebiasaan makan yang tidak tertatur atau kebiasaan minum alkohol atau obat-obatan OAINS (obat anti inflamasi non steroid).
d.      Robeknya mukosa esofago-gastrik (robekan malory weiss) hal ini sering terjadi pada penderita yang muntah terus-meneus yg semula tidak berdarah, kemudian terjadi erosi mukosa oeshopagho-gastic junction sehingga dapat terjadi hematemesis.
(Buku Harrison ,prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam volume 1 Prof .Dr .Ahmad H.Asdie,Sp .Pd-Ke)

Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis yang dapat di temukan pada pasien hematemesis melena adalah syok (frekuensi denyut jantung,suhu tubuh), penyakit hati kronis (sirosis hepatis), dan koagulopati purpura serta memar, demam ringan antara 38-39oC, nyeri pada lambung, hiperperistaltik, penurunan Hb dan Ht yang tampak setelah beberapa jam, leukositosis dan trombositosis pada 2-5 jam setelah perdarahan, dan peningkatan kadar ureum darah setelah 24-48  jam akibat pemecahan protein darah oleh bakteri usus (Purwadianto & Sampurna, 2000)

Pemeriksaan penunjang  hematemesis melena
-          Laboratorium
Pemeriksaan pendahuluan arus mencakup hematokrit, hemoglobin, pemeriksaaan morfologi sel darah merah yang teliti (sel darah merah hipokromik mikrositik menunjukan bahwa kehilangan darah secara kronik) jumlah leukosit, hitung jenis dan jumlah trombosit, waktu protrombin, waktu protomblastin parsial dan pemeriksaan koogulasi lainya diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya kelainan pembekuan yg primer atau sekunder, radiografi abdomen jarang membantu menegakan diagnosis kecuali jika lesi iskemik atau perforasi dicurigai, meskipun uji awal  berguna dan penting, evaluasi ulangan data  laboratorium penting untuk mengikuti perjalanan klinis perdarahan (Buku Horrison Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam volume 1 Prof .Dr .Ahmad H.Asdie,Sp .Pd-Ke).


Penatalaksanaan medis hematemesis melena
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan  yang diteliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan  saluran makan bagian atas meliputi :
1.      Pengawasan dan pengobatan umum.
1)      Tirah baring.
2)      Diit makanan lunak
3)      Pemeriksaan Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah
4)      Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan yang luas (hematemesis melena)
5)      Infus cairan lagsung dipasang untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
6)      Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu CVP monitor.
7)      Pemeriksaan kadar Hb dan Ht perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan perdarahan.
8)      Tranfusi darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang dan mempertahankan kadar Hb 50-70% harga normal.
2.      Melena
Melena sebagai BAB berwarna hitam, lembek karena mengandung darah yang sudah berubah bentuk. Pada melena umumnya perdarahan berasal dari esofagus, lambung atau duodenum; tetapi karena perjalanan usus lama, perdarahan dari yeyunum, ileum, dan bahkan kolon asenden dapat juga menyebabkan melena sampai sekitar 7 hari. Warna hitam dari melena berasal dari kontak darah dengan asam lambung yang membentuk hematin, tinja akan berbentuk seperti ter, agak lengket dan berbau yang khas.
3.      Pembesaran hati. Pada awalnya perjalanan sirosis, hati cenderung membesar  dan sel-sel nya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahaui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula glissoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat di palpasi, permukaan hati akan teraba berbenjol-benjol (noduler).
4.      Obstruksi portal dan asites. Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegalalan fungsi hati yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal. Semua darah dari organ-oragan di gestifpraktis akan berkumpul dalam vena porta dan dibawa ke hati. Karena hati yang sirotik tidak memungkinkan perlintasan darah yang bebas, maka aliran darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan traktus gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini menjadi tempat kongesti pasif yang kronis; dengan kata lain, kedua organ tersebut akan dipenuh oleh darah dan dengan demikian tidak dapat bekerja dengan baik.

2.4  Penatalaksanaan keperawatan
Pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi potensial
Pencegahan perdarahan. Perdarah dan hemorragic dapat terjadi akibat pernurunan produksi protrombin dan penurunan kemampuan hati untuk mensintesis zat-zat yang diperlukan bagi pembekuan darah.
Tindakan penjagaan mencakup perlindungan pasien dengan memasang penghalang samping tempat tidur yang diberi bantalan, menekan setiap lokasi penyuntikan, dan menghindari cedera dari benda-benda tajam. Perawat harus mengamati kemungkinan melena dan memeriksa feses untuk mengetahui jika terdapat darah yang merupakan tanda perdarahan internal. Tanda-tanda vital juga perlu dipantau secara teratur. Modifikasi diet dan penggunaan preparat pelunak fese yang tepat dapat membantu pasien agar tidak mengejan pada saat buang air besar.
Jika terjadi hemorragic, perawat membantu dokter dalam melakukan tindakan untuk menghentikan perdarahan, memberikan terapi cairan serta komponen darah dan obat-obatan. Pasien yang mengalami hemorragic masif akibat dari perdarahan varises esofagus ataua lambung dapat dipindahkan ke unit perawatan intensif dan mungkin memerlukan tindakan bedah emerjensi atau bentuk terapi lainnya.
Ensefalopati hepatik merupakan komplikasi neurologi yang mungkin terjadi dan memncakup kemunduran status mental serta demensia disamping adanya tanda-tanda fisik seperti gerakan volunter dan involunter yang abnormal. Ensafalopati hepatik terutama disebabkan oleh penumpukan amonia dalam darah dan akibat ditimbulkannya pada metabolisme otak.
Terapi dapat mencakup penggunaan laktulosa serta antibiotik saluran cerna yang tidak dapat diserap untuk menurunkan kadar amonia, modifikasi obat-obat yang digunakan untuk meniadakan obat yang dapat memicu atau memperburuk ensefalopati hepatik, dan tirah baring untuk meminimalkan pengeluaran energi.
Pemantauan merupakan pekerjaan keperawatan yang esensial untuk mengenali kemunduran dini pada status mental. Perawat harus memantau status mental penderita dengan ketat dan melaporkan perubahan yang terjadi sehingga terapi ensefalopati dapat dimulai dengan segera. Karena gangguan elektrolit dapat turut menimbulkan ensefalopati, kadar elektrolit serum harus dipantau dengan cermat dan dikoreksi jika kadar tersebut abnormal.

2.5  Pemeriksaan Fisik
1.      Spider angioma/spider nevi adalah lesi arterial dg banyak percabangan yg berpulsasi dan menjadi pucat kalau ditekan. Ia baru timbul pada stadium lanjut penyakit hati. Spider angioma juga dapat ditemukan pula pada wanita hamil tanpa penyakit hati atau pada wanita yg sedang meminum pil kb.
(Burnside & Mc Glynn. 1995. Adams Diagnosis Fisik edisi 17. Jakarta : EGC)
Penyebabnya tidak ada, tetapi diduga karena kelebihan estrogen dalam sirkulasi Mekanisme :
·      Ciri-ciri :
-          Jala-jala sarang laba-laba atau cabang pohon,
-          Kelihatan halus dan berwarna merah, ungu atau biru, menjadi pucat kalau ditekan.
-          Kerlihat pada kulit, terutama disekitar leher, bahu, dada.
Penatalaksanaan :
Spider naevi biasanya tidak berbahaya dan tidak memerlukan penanganan.
Morton, patricia gonce. 2005. Panduan pemeriksaan kesehatan dengan dokumentasi soapie. Jakarta : EGC

SGPT (Serum glutamic pyruvic transaminase) adalah enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendeteksi adanya kerusakan hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya. SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis.
Nilai normal SGPT :
-          Pria 10-32 U/l
-          Wanita 9-24 U/l
-          Bayi 2 kali nilai orang dewasa
2.      Abdomen Acites
Asites adalah keadaan patologis berupa terkumpulnya cairan dalam rongga peritoneal abdomen.
Ciri-ciri:
Asiteseksudatif: memilikikandungan protein tinggidanterjadipadaperadangan (biasanyainfektif, misalnya TB) atau proses keganasan.
Asitestransudatif: terjadipadasirosisakibathipertens portal danperubahanbersihan (clearance) natriumginjal. Konstriksi pericardium dan sindrom nefrotik juga bisa menyebabkan asitestransudatif.
Penyebab:
Edema anasarka: peningkatan JVP, efusi pleura. Contoh: sindromnefrotik, penyakithatikronis, gagaljantung.
Hipertensi portal: tanda-tanda hipertensi portal: kaput medusa, stigmata penyakit hati kronis.
Penyebab lain: disertai pembesaran KGB atau adanya massa: tumor, misalnya ovarium, pankreastitis.
Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan cairan asites : memeriksa warna, protein, hitung sel bakteri dan keganasan. Asites biasanya berwarna kekuningan pada sirosis, kemerahan pada keganasan, dan keruh pada infeksi.
USG abdomen : untuk mengukur ukuran hati (kecilpadasirosis), tanda-tandahipertensi portal (splenomegaly), danlebarnya vena hepatica (untuk menyingkirkan dugaan thrombosis vena hepatica dansindrom Budd-Chiari).
Tes darah lainnya: tes biokimia dan tes fungsi hati  untuk mencari penanda sirosishepatis (kadar albumin rendah, hiperbilirubinemia, kenaikanenzimhati, trombositopenia, dan lain-lain.)
Penatalaksanaan:
-          Restriksi cairan dan garam: biasanya cukup dengan retriksi cairan sampai< 1-1,5/hari dan diet tanpa tambahan garam.
-          Pemberian diuretic: umumnya spironolakton + furosemide (frusemid) dosis awal spironolakton adalah 1-3mg/kg/24jam dibagi 2-4 dosis dan furosemide sebesar 1-2mg/kgBB/dosis 4kali/hari, dapat ditingkatkan menjadi 6mg/kgBB/dosis.
-          Parasentesist erapeutik untuk asitesrefrakter (yaitu asites yang tidak merespon terhadap terapi diuretic atau mengalami efeksamping yang takbisadihindari: hiponatremia, ensefalopatidan lain-lain). Pengambilan cairan untuk mengurangi asites massif yang aman untuk anak adalah sebesar 50cc/kg berat badan. Disarankan pemberian 10g albumin intravena untuk tiap 1 Liter cairan yang diaspirasi untuk mencegah penurunan volume plasma dan gangguan elektrolit.
3.      Shifting dullness
Shifting dullness mendeskripsikan suara pekak yang berpindah-pindah pada saat perkusi akibat adanya cairan bebas didalam rongga abdomen.
Perkusi dilakukan dengan tekhnik yang sama seperti perkusi thorax. Suara perkusi abdomen yang normal adalah timpani. Masa padat atau cairan akan menimbulkan suara pekak (hepar, ascites, vesika urinaria, masa tumor). Perkusi dilakukan pada semua kuadran.
Perkusi dimulai dari tengah abdomen dengan pasien posisi terlentang, menyusuri dinding abdomen, perkusi terus dilakukan menuju lateral. Perubahan suara dari timpani menjadi pekak merupakan batas cairan ascites yang ada, kemudian pasien dipindah posisi menjadi berbaring miring/lateral. Apabila memang ada cairan dalam rongga abdomen tentu akan berpindah kebagian bawah mengikuti gaya gravitasi. Maka daerah lateral abdomen yang semula tekak setelah berada diatas menjadi timpani karena cairan berpindah, sebaiknya daerah umbillicus sekarang menjadi pekak (shifting dullness).
4.      Icteric
Ikterus adalah kondisi dimana tubuh memiliki terlalu banyak billirubin sehingga kulit dan putih pada mata menjadi kuning.
Penyebabnya adalah peningkatan billirubin
Proses billirubin adalah bahan kimia kuning di hemoglobin, zat yang membawa oksigen dan sel darah merah. Bila sel-sel darah merah rusak, tubuh membangun sel-sel baru diliver (hati) untuk menggantikan mereka. Jika hati tidak dapat menangani sel sel darah merah yang rusak, bilirubin menumpuk didalam tubuh dan kulit anda terlihat kuning.
Pemeriksaan penunjang
-          Tes darah
-          Tes fungsi hati
-          Tes serologi hepatitis virus
-          USG
-          ErcP
-          Biopsi hati
Pemeriksaan fisik
-          Tinja pucatnya atau urin gelap
-          Nyeri menjalar kepunggung
-          Skelera mata
Penatalaksanaan
Penatalaksaan pasien ikterus sangat tergantung pada penyakit penyebabnya dan ada tidaknya gambaran klinis gagal hati. Ikterus sendiri tidak selalu membutuhkan perawatan di Rumah Sakit. Penyakit penyebab ikterus dan komplikasinyalah yang sering memerlukan perawatan di rumah sakit.
5.      Edema
Definisi Arathur C. Guyron :
Gelembung cairan dari beberapa organ atau jaringan yang merupakan terkumpulnya kelebihan cairan limfe, tanpa peningkatan jumlah sel dalam mempengaruhi jaringan. Edema bisa terkumpul pada beberapa lokasi pada tubuh tetapi biasanya terdapat pada kaki dan pergelangan kaki.
Klasifikasi Edema:
-          Peradangan: akibat naiknya permeabilitas vaskuler
-          Velious: akibat naiknya tekanan intravena
-          Limfatik: akibat obstruksi saluran limfe
-          Hipoalbuminamik: akibat turunnya tekanan oskotik plasma
Ciri-ciri :
-          Pembengkakan jaringan langsung dibawah kulit
-          Kulit merenggang atau berkilau
-          Setelah ditekan selama beberapa detik, kulit tidak kembali ke bentuk semula atau tetap membentuk cekung
-          Ukuran perut meningkat
Pemeriksaan penunjang:
-          Darah rutin
-          Ureum
-          Kreatinin
-          AGD
-          Elektrolit
-          Foto toraks
-          EKG
-          CKMB
-          USG  dopler

2.6  Pemeriksaan Penunjang
A.    HbsAg
Pemeriksaan HbsAg dilakukan untuk menentukan adanya virus hepatitis B di dalam darah baik dalam kondisi aktif ataupun sebagai carrier. Ini secara rutin dilakukan pada darah donor untuk mendentifikasi adanya hepatitis B antigen. Kira-kira 5% orang dengan penyakit lain selain hepatitis B (serum hepatitis) akan ditemukan hasil pemeriksaan positif.
Pada hepatitis B, antigen dalam serum dalam dideteksi 2 sampai 24 minggu (rata-rata 4 sampai 8 minggu) setelah inkubasi virius. HbsAg positif dapat terjadi 2 sampai 6 minggu setelah terpajan pada penyakit ini.
Pemeriksaan HbsAg tidak mendiagnosa virus hepatitis A. dua pemeriksaan untuk hepatitis A adalah anti HAV-IgM (indikasi infeksi akut) dan anti HAV-IgG (indikasi setelah pemajanan sebelumnya). (Joyce LeFever Kee, 1997)
Tujuan pemeriksaan HbsAg
Pemeriksaan ini memastikan apakah seseorang menderita hepatitis B atau tidak. Hasil pemeriksaan hepatitis B positif memastikan bahwa seseorang menderita infeksi VHB. Pemeriksaan HbsAg positif yang menetap lebih dari enam bulan disebut sebagai infeksi VHB kronis. (Suharjo B. Cahyono, 2014)
Adanya HbsAg dalam serum merupakan petanda serologis infeksi hepatitis B. Titer HbsAg yang masih positif lebih dari 6 bulan menunjukkan infeksi hepatitis kronis. Munculnya antibodi terhadap HbsAg (anti HBs) menunjukkan imunitas dan atau penyembuhan proses infeksi. (respiratory.usu.ac.id)
Prosedur
1. Ambil 5 sampai 7 mL darah vena dan masukkan ke dalam tabung bertutup merah.
2. Tidak perlu pembatasan makan dan cairan.
(Joyce LeFever Kee, 1997)
B.     SGOT
Pengertian SGOT
SGOT merupakan singkatan dari serum glutamik oksaloacetic transaminase. Beberapa laboratorium sering juga memakai istilah AST (asparate aminotranferase). SGOT merupakan enzim yang tidak hanya terdapat di hati melainkan juga terdapat di otot jantung, otot ginjal dan otot-otot rangka (menurut Buku Panduan Pemeriksaan Kesehatan Dengan Dokumentasi. Scopie edisi 2 penerbit buku kedokteran: EGC).

Tujuan pemeriksaan SGOT          
Untuk memperlihatkan dan memahami konsep aktivitas spesifik enzim glutamat privat transaminase dan glutamate oksaloasetat transaminase (GOT).
Nilai normal SGOT
Dewasa: 8 – 20 u/l
Bayi: 4x nilai orang dewasa (16 – 80 u/l)
Interpretasi SGOT dan SGPT
Dalam uji SGOT dan SGPT, hati yang dikatakan rusak bila jumlah tersebut dalam plasma lebih besar daripada normalnya. Kondisi ini yang meningkatkan kadar SGOT atau SGPT adalah:
-          Peningkatan SGOT atau SGPT lebih dari 20 kali normal: hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitasobat atau kimia)
-          Peningkatan SGOT atau SGPT  3 sampai 10 kali normal: infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom reye dan infark miokard.
-          Peningkatan SGOT atau SGPT 1 sampai 3 kali normal: pankreatitis, perlemakan hati, sirosis leannec, sirosis bilaris.
C.     SGPT (Serum glutamic pyruvic transaminase) adalah enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendeteksi adanya kerusakan hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya. SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis.
Nilai normal SGPT :         
-          Pria 10-32 U/l
-          Wanita 9-24 U/l
-          Bayi 2 kali nilai orang dewasa.
D.    Alkali posfatase
Pengertian
Fosfatase alkali (alkaline phosphatase, ALP) merupakan enzim yang diproduksi terutama oleh epitel hati dan osteoblast (sel-sel pembentuk tulang baru); enzim ini juga berasal dari usus, tubulus proksimalis ginjal, plasenta dan kelenjar susu yang sedang membuat air susu. Fosfatase alkali disekresi melalui saluran empedu. Meningkat dalam serum apabila ada hambatan pada saluran empedu (kolestasis).

Nilai normal
·         Dewasa : 42 – 136 u/l, alp1 : 20 – 130 u/l, alp2 : 20 – 120 u/l,
·         Lansia : agak lebih tinggi dari dewasa
·         Anak-anak : bayi dan anak (usia 0 – 20 th) : 40 – 115 u/l),
·         Anak berusia lebih tua (13 – 18 th) : 50 – 230 u/l.
Fungsi : Tes ALP terutama digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyakit hati (hepatobiliar) atau tulang.
Cara menginterprestasikan : pasien juga diberi beta blocker (propanolol) 2x10mg untuk menurunkan tekanan vena porta akibat hipertensi porta setelah drip omeprazole selesai.
E.     Albumin
Albumin merupakan protein yang disintesis oleh hati dan juga terdapat di dalam aliran darah. Albumin adalah protein atau jenis protein yang paling banyak di dalam tubuh. Albumin ialah segala jenis protein monomer yang larut dalam air dan larutan garam.
Nilai normal albumin didalam darah sekitar 3,5-5 g/dl.
Fungsi ALBUMIN bagi tubuh manusia :
-          Meransang hormon tiroid
-          Meransang hormon lain, khususnya yang dapat larut dalam lemak
-          Meransang asam lemak menuju hati
-          Meransang obat-obatan dan memperpendek waktu paruh obat tersebut
-          Meransang bilirubin
-          Mengikat ion Ca2+
-          Sebagai larutan penyangga
-          Sebagai protein radang fase-akut negatif.
F.      HB
Pengertian Hb
Pigmen merah pembawa oksigen pada butir darah merah, merupakan protein terkonjugasi merah  yang dapat menghablur, terdiri atas perotein globin yang bergabung dengan gugus prosetik hem (menurut Kamus Kimia).
Tujuan pemeriksaan Hb : Untuk menetapkan kadar Hb dalam darah.
Nilai normal Hb
Pria: 13 – 17 g/dl
Wanita: 12 – 16 g/dl
G.    Endoscopy (udah)
Definisi : Endoscopy adalah suatu pemeriksaan dengan menggunakan alat seukuran tebal jari telunjuk yang sangat lentur untuk melihat kelainan–kelainan pada saluran cerna atas seperti (mulut, esofagus, lambung, usus halus) dan saluran cerna bawah (anus, colon, dan usus besar) secara langsung.
Dengan alat ini juga dapet dilakukan tindakan langsung seperti pengambilan jaringan/biopsi pada bagian yang sakit (tumor, polip, atau kelainan yang dicurigai) sehingga pengobatan dapat lebih cepat.
Hasil pemeriksaan bisa dokumentasikan berupa foto atau vcd.
A.    Saluran cerna atas/esofagogastro duodenoscopy ?
Indikasi keluhan pemeriksaan endoscopy pada :
-          Pucat (anemia)
-          Kembung, mual, nyeri ullu hati, dyspepsia, yang berkepanjangan
-          Muntah terus tanpa sebab
-          Kesulitan menelan
-          Muntah darah atau BAB kehitaman
-          Tertelan benda asing
-          Dugaan adanya tumor disaluran cerna atas dari hasil pemeriksaan X-ray.
Yang dilakukan selama pemeriksaan
Tenggorokan akan disemprot dengan suatu bius lokal dan menerima obat melalui urat darah halus atau vena untuk membantu lebih santai selama dilakukkan pemeriksaan. Anda akan dibaringkan kesamping pada kondisi nyaman ketika endospocy dimasukan dengan hati-hati kedalam mulut.
Setelah tindakan atau prosedur upper endoscopy
anda diminta istirahat sekurang-kurangnya 15-30 menit dan boleh melakukan diet normal lagi setelah 1 jam. Jika anda diberi obat penenang anda harus ditemani oleh keluarga atau teman yang bisa bertanggung jawab dan dilarang mengemudi atau mengoprasikan mesin atau minum alkohol selama 24 jam. Ketidaknyamanan selama 1 atau 2 hari.
B.     Saluran cerna bawah atau colonoscopy
-          Diare selama lebih dari 2 minggu
-          Keluar darah dari lubang anus atau dubur
-          Memastikan kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan x-ray
-          Nyeri atau rasa tidak nyaman perut terus-menerus disertai perubahan pada buang air besar.
Apa yang dilakukan selama pemeriksaan colonoscopy
Pada tindakan colonoscopy dibutuhkan kesabaran pasien, sering muncul perasaan tekanan, perut kembung karena gas atau kram sewaktu-waktu selama dilakukan tindakan. Dokter akan membrikan obat melalui vena untuk membantu anda menjadi santai. Anda berbaring kedepan (terlentang) disaat colonoscopy dimasukan naik melalui usus besar. Tindakan tersebut biasanya berlangsung sekitar 15-45 menit.
Setelah tindakan colonoscopy
Anda perlu istirahat 1-2 jam karena kekembungan udara yang masuk suatu prosedur tindakan dilakukan akan menjadi lebih lama, setelah anda keluarkan. Jika obat penenang digunakan, anda sebaiknya ditemani oleh keluarga atau teman yang bisa bertanggung jawab, anda dilarang mengemudi/mengoprasikan mesin/minum alkohol selama 24 jam.
Kapan hasil diperoleh?
dokter akan memberitahukan kepada anda setelah pemeriksaan dilakukan tentang apa yang terlihat dibagian usus besar anda. Jika dibutuhkan biopsi hasil akan selesai selama 3-5 hari kerja. Hasil tersebut akan dikirim ke dokter yang merujuk.
Resiko dan efeknya
Walaupun colonoscopy adalah suatu prosedur yang sederhana. Anda harus mendiskusikan faktor-faktor komplikasi dan resikonya dengan dkter anda atau menghubungi bagian endoscopy di tempat ada akan memeriksa diri.
Persiapan
-          Beritau dokter/perawat jika anda memiliki kondisi medis seperti: diabetes, hipertensi/sedang mengkonsumsi obat-obatan/mengalami alergi.
-          Puasa, tidak boleh makan dan minum selama 6-8 jam sebelum tindakan dilakukan
-          Diet rendah residu, ditambah dengan obat pencahar untuk membersih usus besar bagian dalam terlihat dengan jelas.
-          Pastikan ada persetujuan tertulis dari anda.
-          Melepaskan gigi palsu, kacamata, perhiasan, dan benda logam.
-          Sebaiknya ditemani keluarga

2.7  Penatalaksanaan medis
1.      Tranfusi Darah
Adalah infus darah atau komponen darah ke individu untuk pengobatan kondisi medis. Tranfusi dapat homolog (dari donor) atau autolog (darah yang tersimpan sebelumnya dari penerima.
Indikasi tranfusi darah :
·         Untuk mengembalikan dan mempertahankan suatu volume peredaran darah yang normal. Misal : pada anemia karena perdarahan, trauma bedah, luka bakar luas.
·         Untuk mengganti kekurangan komponen selular atau kimia darah. Misal : anemia, trombositopenia.
·         Anemia pada orang yang akan menjalani operasi
Dosis :
Dosis tranfusi darah didasarkan atas makin anemis seseorang resipien makin sedikit jumlah darah yang diberikan per et mal didalam suatu seri tranfusi darah dan makin lambat pula jumlah tetesan yang diberikan. Hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi gagal jantung. Dosis yang diperlukan untuk menaikan hb ialah dengan menggunakan rumus empiris : kebutuhan darah (mL)=6 X BB (Kg) X kenaikan Hb yang diinginkan.
Efek samping :
·         Reaksi alergi, anafikasis dengan gejala syok disertai atau tanpa pireksia. Kegagalan sirkulasi primer akut, nadi cepat, tekanan darah menurun, pernapasan berat.
·         Reaksi pyrogenik dapat timbul selama atau setelah tranfusi reaksi khas berupa peningkatan 38̊  C-40̊ C bisa disertai dengan menggigil, kemerahan, kegelisahan dan ketegangan. Jika tranfusi dihentikan reaksi dan kegelisahan akan hilang.
2.      Transamin (tranexamic acid)
merupakan agen anti fibrinolytic. Obat ini bekerja dengan menghalangi pemecehan bekuan darah, yang mencegah perdarahan.
Tujuan diberikan transamin
Digunakan untuk membantu menghentikan koondisi perdarahan.
Komposisi
1. Capsule: setiap capsule mengandung Tranexamic acid 250 mg.
2. Tablet: setiap tablet mengandung Tranexamic acid 500 mg.
3. Injeksi: setiap ml injeksi (5% w/v) mengandung Tranexamic acid 50 mg. Setiap ml injeksi (10% w/v) mengandung Tranexamic acid 100 mg.
Indikasi
1. Untuk membantu menghentikan perdarahan.
2. Pengelolaan jangka panjang untuk angiodema herediter.
Kontraindikasi
1. Gagal ginjal berat.
2. Pembekuan intravaskular aktif.
3. Penyakit tromboemboli.
4. Gangguan penglihatan warna.
5. Perdarahan subarachnoid.
Dosis
1. Kasul 250 mg: dosis lazim secara oral untuk dewasa: 3 – 4 kali sehari 1 – 2 kapsul.
2. Tablet 500 mg: dosis lazim secara oral untuk dewasa 3 -4 kali 1 tablet
3. Injeksi 50 mg: sehari 1 – 2 ampul (5 – 10 ml) disuntikkan secara IV atau IM, diibagi dalam 1 – 2 dosis.
4. Injeksi 100 mg: 2,5 – 5 ml perhari disuntikkan secara IV atau IM dibagi dalam 1 – 2 dosis.

Efek samping
1. Gangguan-gangguan gastrointestinal, mual, muntah, anoreksia, pusing, eksantema dan sakit kepala dapat timbul pada pemberian secara oral. Gejala-gejala ini menghilang dengan pengurangan dosis atau penghentian pengobatannya.
2. Dengan injeksi IV yang cepat dapat menyebabkan pusing dan impotensi.

3.      Inpepsa
Komposisi
Tiap 5 ml suspensimengandung:
Sukralfat 500 mg
Farmakologi
Sucralfat adalah suatu kompleks yang dibentuk dar isukrosaoktasulfat dan polialuminiumhidroksida.
Aktifitas sukralfat sebagai anti ulkus merupakan hasil dari pembentukan kompleks sukralfa tdengan protein yang membentuk lapisan  pelindung menutupi ulkus serta melindungi dari serangan asam lambung, pepsin dan garam empedu.
Percobaan laboratorium dan klinis menunjukan bahwa sukralfat menyembuhkan tukak dengan tiga cara :
1)      Membentuk kompleks kimiawi yang terikat pada pusat ulkus sehingga merupakan lapisan pelindung.
2)      Menghambat aksiasam, pepsin dan garam empedu.
3)      Menghambat difusi asam lambung menembus lapisan film sukralfat-albumin.
Penelitian menunjukan bahwa sukralfat dapat berada dalam jangka waktu lama dalam saluran cerna sehingga menghasilkan efekobat yang panjang.
Sukralfat sangat sedikit terabsorbsi disaluran pencernaan sehingga menghasilkan efek samping sistemik yang minimal.
Indikasi
Pengobatan jangka pendek (sampai 8 minggu) pada duodenal ulcer.
Dosis dan cara pemberian
Umunya pada orang dewasa adalah :
2 sendok teh (10 ml), 4 kali sehari, sewaktu lambung kosong( 1 jam sebelum makan dan tidur).
Pengobatan harus dilanjutkan, kecuali apabila pemeriksaan endoskopi atau sinar x telah memperlihatkan kesembuhan.



Peringatan dan perhatian
Inpepsa®harus diberikans ecara hati-hati pada pasien gagal ginjal kronis dan pasien dialisis.
Penggunaan inpepsa selama kehamilan jikabenar-benar diperlukan.
Jika diperlukan, antasid adapat diberikan dalam jangka waktu ½ jam sebelum atau sesudah pemberian inpepsa.
Keamanan dan efektifitas pada anak-anak belum dapat ditetapkan.
Efek samping
Terjadinya efek samping sangat jarang, yang relatif sering dilaporkan hanya konstipasi dan mulut terasa kering. keluhan lain adalah diare, mual, muntah, tidak nyaman diperut, flatulen, pruritus, rash, mengantuk, pening, nyeri pada bagian belakang dan sakit kepala.
Kontra indikasi
Tidak diketahui kontrain ikasi penggunaan sukralfat.
Interaksi obat
Inpepsa dapat mengurangi absorbsi atau bioavailabilitas obat-obatan :simetidin, ciprofloxacin, digoxin, ketakonazol, norfoxacin, fenitoin, ranitidin, tetraxyclindanteofilin, sehingga obat-obatan tersebut harus diberikan dalam waktu dua jam sebelum pemberian inpepsa.
Penyimpanan
Simpan pada suhu dibawah 300 c, terlindung dari cahaya.
Kemasan
Botolisi 100 ml dan 200 ml suspensi.
4.      Albumin
Protein darah yang diproduksikan oleh hati dan berperan dalam mempertahankan volume darah normal. Nilai normal: 3,5 sampai 5,0 g/dl
Tujuan :
Sebagai protein untuk logam, asam lemak, billirubin dan obat-obatan, diantara zat lainnya.
Penatalaksanaan :
Pemeriksaan albumin dilakukan untuk mendeteksi kemampuan albumin yang disintetis oleh hepar. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan adanya gangguan hepar seperti, luka bakar, gangguan ginjal, atau kehilangan protein dalam jumlah yang banyak.
Cara :
a. ambil darah kurang lebih 5-10 ml dari vena
b. masukan pada tabung atau botol
c. berikan label nama dan tanggal
5.      Propranolol adalah tipe beta-blocker non-selektif yang umumnya digunakan dalam pengobatan tekanan darah tinggi. Obat ini adalah beta-blocker pertama yang sukses dikembangkan.
Indikasi:
Digunakan untuk mengobati atau mencegah gangguan yang meliputi migrain, arrhythmias, angina pectoris, hipertensi, menopause, dan gangguan kecemasan.
Dosis:
Pemberian reguler:
1)      Dosis sebesar 20-40 mg diberikan melalui mulut (per oral), sebanyak 2-3 kali sehari.
2)      Dosis boleh ditambah dengan jarak mingguan sesuai dengan respon pasien.
3)      Dosis maksimum: 480 mg/hari
Pemberian lanjutan:
1)      Dosis sebesar 80 mg diberikan melalui mulut (per oral), sebanyak 1 kali sehari.
2)      Dosis maksimum: 320 mg/hari
Efek Samping:
Efek CNS (kelelahan, depresi, pusing, kebingungan, gangguan tidur); Efek CV (gagal jantung, sumbatan jantung, kedinginan, impotensi pada laki-laki); Efek berturut-turut (bronchospasma pada pasien yang rentan & obat-obatan dengan beta1 harus digunakan secara selektif pada pasien ini); Efek GI (N/V, diare, konstipasi); Efek metabolik (bisa memproduksi hiper atau hipoglikemia, perubahan dalam serum kolesterol & trigliserid.
Instruksi Khusus:
1)      Berkontra-indikasi dengan bradycardia, sebelumnya ada tingkatan AV block yang tinggi, sindrom sakit sinus dan kegagalan LV yang tak stabil.
2)      Gunakan dengan hati-hati pada pasien bronchopasma, asma, atau penyakit sumbatan pernapasan. Gunakan dengan hati-hati dengan tingkatan block pertama, depresi, pasien dengan PVD, dan pasien yangmenggunakan insulin.
3)      Beta-blocker mungkin menutupi gejala hipertiroid & hipoglikemia dan mungkin memperburuk psoriasis.
4)      Pasien jangka panjang sebaiknya tidak berhenti dengan tiba-tiba, harus berhenti secara bertahap selama 1-2 minggu.

2.8  Komplikasi
a.       Kongestif splenomegali
b.      Perdarahan varises
c.       Kegagalan hepatoselular (koma hepatik)
d.      Hepatoma/hepatocellular carcinoma (HCC)






                              














BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
·      Sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketika pada pasien yang berusia 45 – 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.Secara lengkap definisi sirosis hepastis dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
·      Sirosis hepatis ada 3 tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati:
·      Sirosis portal laennec (alkohol, nutrisional), dimana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sisrosis ini paling sering disebabkan oleh alkoholisme kronis dan merupakan tipe sirosis yang paling sering ditemukan di negara barat.
·      Sirosis poscanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat – lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
·      Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis; insidensnya lebih rendah daripada insidens sirosis laennec dan poscanekrotik).

3.2  Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penysun dan pembaca. Kritik dan saran kami tunggu untuk pembelajaran ke depan yang lebih baik.










                                             DAFTAR PUSTAKA

(Buku: At a glance ILMU BEDAH edisi 3,Pierce A.Grace dan Neil R.Borley)
(Buku Harrison ,prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam volume 1 Prof .Dr .Ahmad H.Asdie,Sp .Pd-Ke)
(Burnside & Mc Glynn. 1995. Adams Diagnosis Fisik edisi 17. Jakarta : EGC)
(Morton, patricia gonce. 2005. Panduan pemeriksaan kesehatan dengan dokumentasi soapie. Jakarta : EGC)
(Buku Panduan Pemeriksaan Kesehatan Dengan Dokumentasi. Scopie edisi 2 penerbit buku kedokteran: EGC)
Asuhan keperawatan gangguan hati dan kandung empedu




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. di dalam hati terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita. yaitu proses penyimpanan energi, pengaturan metabolisme kolesterol, dan peneralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita. sehingga dapat kita bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.Sirosis hepatis adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh system arsitekture hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat ( firosis ) di sekitar paremkin hati yang mengalami regenerasi. sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis.dan perubahan strukture hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal.Peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel menyebabkan banyaknya terbentuk jaringan ikat dan regenerasi noduler dengan berbagai ukuran yang di bentuk oleh sel paremkim hati yang masih sehat.akibatnya bentuk hati yang normal akan berubahdisertai terjadinya penekanan pada pembuluh darah dan terganggunya aliran darah vena pota yang akhirnya menyebakan hipertensi portal. Penyebab sirosis hati beragam. selain disebabkan oleh virus hepatitis B ataupun C, bisa juga di akibatkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, bergai macam penyakit metabolik, adanya ganguan imunologis, dan sebagainya. Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ke tiga pada pasien yang berusia 45 – 46 tahun ( setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker ). di seluruh dunia sirosis menempati urutan ketujuh penyebab kematian, 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit in. sirosis hati merupakan penyakit hati yang sering di temukan dalam ruangan perawatan bagian penyakit dalam.di indonesia sirosis hati lebih sering di jumpai pada laki – laki dari pada perempuan. dengan perbandingan 2 – 4 : 1.Peran dan fungsi perawat adalah memberi penyuluhan kesehatan agar mayakakat dapat mewaspadai bahaya penyakit sirosis hepatis. Sedangkan peran perawat dalam merawat pasien dengan penyakit sirosis hepatis adalah mencakup perbaikan masukan nutrisi klien, membantu klien mendapatkan citra diri yang positif dan pemahaman dengan penyakit dan pengobatanya. Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit sirosis hepatis untuk memudahkan kita sebagai calon perawat dalam merawat pasien dengan penyakit sirosis hepatis  
1.2  Rumusan masalah
a.   Apa definisi sirosis?
b.  Apa etiologi sirosis?
c.   Apa manifestasi sirosis?
d.  Apa penatalakasanaan sirisis?
e.   Apa pemeriksaan fsik sirosis?

1.3  Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulis mengangkat masalah sirosis hepatis dalam makalah ini adalah:
a.    Tujuan khusus :
Mahasiswa mampu memberikan penjelasan dengan tanggap dan benar bagi penderita sirosis
b.    Tujuan umum :
-       Mahasiswa mampu memahami pengertian dari Sirosis.
-       Mahasiswa mampu memahami etiologi dari Sirosis
-       Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis dari Sirosis.
-       Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari Sirosis
-       Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan fisik dari Sirosis








BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Definisi
Sirosis hepatis ada 3 tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati.
1.      Sirosis portal laennec (alkohol, nutrisional), dimana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sisrosis ini paling sering disebabkan oleh alkoholisme kronis dan merupakan tipe sirosis yang paling sering ditemukan di negara barat.
2.      Sirosis poscanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat – lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3.      Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis; insidensnya lebih rendah daripada insidens sirosis laennec dan poscanekrotik).

2.2  Etiologi
1.      Meskipun ada beberapa faktor yang terlibat dalam etiologi sirosis, konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama. Sirosis terjadi dengan frekuensi yang paling tinggi pada peminum minuman keras. Meskipun defisiensi gizi dengan penurunan asupan protein turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis, namun asupan alkohol yang berlebihan merupakan faktor penyebab yang utama pada perlemakan hati dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Namun demikian, sirosis juga pernah terjadi pada individiu yang tidak memiliki kebiasaan minum minuman keras dan pada individu yang dietnya normal tetapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.

2.      Perdarahan Varises Esofagus
Perdarahan atau hemoragi dari varises esofagus terjadi pada kurang lebih sepertiga penderita sirosis hepatis dan varises. Angka mortalitas yang terjadi akibat episode perdarahan pertama adalah 45% hingga 50% perdarahan ini merupakan salah satu penyebab kematian yang utama pada penderita sirosis hepatis.


Patofisiologi dan manifestasi klinik
Varises esofagus merupakan pembuluh vena yang berdilatasi, berkelok-kelok dan biasanya dijumpai dalam submukosa pada esofagus bagian baawah, namun, varises ini dapat terjadi pada bagian esofagus yang lebih tinggi atau meluas sampai kedalam lambung. Keadaan semacam ini hampir selalu disebabkan oleh hipertensi portal yang terjadi akibat obstruksi pada sirkulasi vena porta, pada hati yang mengalami sirosis.
      Karena peningkatan obstruksi pada vena porta, darah vena dari traktus intestinal dan limpa akan mencari jalan keluar melalui sirkulasi kolateral ( lintasan baru untuk kembali ke atrium kanan ). Akibat yang ditimbulkan adalah peningkatan tekanan, khusunya dalam pembuluh darah pada lapisan submukosa esofagus bagian bawah dan lambung bagian atas. Pembuluh-pembuluh kolateral ini tidak begitu elastis tetapi bersifat rapuh, berkelok-kelok, dan mudah mengalami perdarahan. Penyebab varises lainnya yang lebih jaarang ditemukan adalah kelainan sirkulasi dalam vena lienalis atau vena kava superior dan trombosis vena hepatika.
      Varises esofagus yang mengalami perdarahan dapat menimbulkan kematian dan mengakibatkan syok hemoragik yang menyebabkan penurunan perfusi serebral, heoatik serta ginjal. Selanjutnya akan terjadi peingkatan beban nitrogen akibat perdarahan kedalam traktus gastrointestinal dan kenaikan kadar amonia serum yang meningkatkan risiko ensefalopati. Kemungkinan adanya perdarahan varises esofagus harus dicurigai jika terjadi hematemesis dan melena, khusunya pada pasien yang biasa mengkonsumsi minuman keras. Vena yang mengalami dilatasi biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali jika terjadi peningkatan tekanan porta yang tajam dan mukosa atau struktur yang menyangganya menjadi tipis. Kemudian akan timbul hemoragi masif.

EVALUASI DIAGNOSTIK (varises esophagus)
Riwayat pasien dan hasil pemeriksaan jasmani akan membantu mengenali penyebab perdarahan. Endoskopi dilakukan untuk mengidentifikasi tempat perdarahan bersama dengan pemeriksaan barium meal, ultrasound (USG), pemindai CT danangiografi.
Endoskopi, endoskopi yg segera merupakan indikasi untuk me ngenali penyebab dan tempat perdarahan sedikitnya terdapat 30 persen penderita yg dicurigai mengalami perdarhan dari varises esophagus ternyata juga mengalaami perdarahan darisumber lain (gastritis,ulkus)
Dukungan keperawatan sebelum dan selama pemeriksaan endoskopi dapat menjadi tindakan yg efektif untuk mengurangi kecemasan selama menjalani pemeriksaan yg sering menimbulkan stress ini . pemantauan yg cermat dapat mendeteksi secara dini tanda-tandadisritmia jantung ,perforasi,dan hemoragi
Setelah pemeriksaan pemberiancairan baru dilakukan setelah reflek muntah (gag reflek) muncul kembali lozenges dan obat kumur untuk mengurangi gangguan rasa nyaman dalam tenggorokan dapat digunakan bila kondisi fisik dan status mental pasien memungkinkan, jika pasien mengalami perdarahan aktif asupan oral tidak dibolehkan dan pasien dipersiapkan untuk menjalani tindakan diagnostic serta terpaeutik selanjutnya.
Pengkajian neurologi akan membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan ensefalopati  hepatic yang terjadi akibat pemecahan darah dalam traktus gastrointestinal dan kenaikan kadar ammonia serum. Manifestasinya berkisar dari perasaaan seperti mengantuk hingga ensefalopati dan koma. Pemeriksaan hipertensi portal .kemungkinan hipertensi portal harus dicurigai jika ditemukan dilatasi vena-vena abdiominalis dan hemoroid rektal. Pembesaran limpa yg teraba (splnomegali) dan asites dapat juga dijumpai.
Tekanan vena portal dapat diukur secara langsung (direk) pengukuran indirek gradien tekanan vena hepatilka merupakan prosedur yg paling sering digunakan prosedur ini memerlukan pemasangan kateter balon berisi cairan ke  dalam vena antekubiti atau vena femoralis kateter tersebut didorong maju dibawah pengarahan fluooroskopi hingga mencapai vena hepatika. Tekanan “baji” (yg serupa dengan tekanan baji arteri pulmonalis) akan diperoleh melalui penyumbatan (oklusi) aliran darah dalam pembuluh darah: tekanan dalam pembuluh darah yg tidak disumbat juga diukur. Meskipun nilai-nilai HPVG yg diperoleh dapat mengabaikan tekanan portal.pengukuran ini mungkin harus dilakukan beberpa kali untuk mengevaluasi hsil terapi.
Pemeriksaan langsung tekanan vena portal ddapat dilakukan melalui beberpa metode. Salah satu  metode dikerjakan ketika pasien menjalani laparotomi metode ini dilakukan dengan memasukan sebilah jarum kedalam llimpa dan apabila manometer menunuukan angka diatas 20 ml  saline maka hasil tersebut adalah abnormal.
Pemeriksaan laboratorium ,pemerikssan laboratorium yg diperlukan mencakup berbagai transferase tes faal hati seperti pemeriksaan pada serum amino  (transamino ). Bilirubin, alakalifosfatase dan serum protein, pemeriksaan aliran darah dan klirens juga dapat dilakukan untuk mengkaji curah jantung serta aliran darah hepatik.
Penatalaksanaan keperawatan: (varises esophagus)
1.      Keseluruhan pengkajian keperawatan mencangkup pemantauan kondisi fisik pasien dan evaluasi respon emosional serta status kognitif.
2.      Tanda-tanda vital dipantau serta direrkam dan status pasien dikaji.
3.      Perawatan harus memberikan dukungan dan penjelasan dengan penuh kesabaran tentang intervensi medis serta kperawwatan yg dilaksanakan.
4.      Pemantauan pasien dengan ketat akan membantu dalam pendeteksian dan penatalaksaanan komunikasi.

2.3     Manifestasi Klinis
1.      Hematemesis
Hematemesis adalah muntah darah dan biasanya disebabkan oleh penyakit saluran cerna bagian atas.(Buku: At a glance ILMU BEDAH edisi 3,Pierce A.Grace dan Neil R.Borley)
Penyebab Hematemesis
a.      Varises dan gastropati hipertensi portal, perdarahan dari pecahnya varises umumnya mendadak dan masif, perdarahan karena pecahnya varises esofagus atau lambung umumnya akibat hipertensi portal sekunder dari sirosis hati,selain sirosis hati hal lain yg dapat pula menyebabkan varises esofagus atau lambung adalah hepatitis akut dan perlemakan hati yg berat yang menghilang bila fungsi hati membaik meskipun perdarahan saluran makan bagian atas dari penderita sirosis hepatitis umumnya diduga karena pecahnya varises esofagus  pada penelitian di amerika ditemukan sebagian perdarahan SMBA karena tukak petik dan gastropati hipertensi portal.
b.      Tukak peptik, merupakan sebab utama perdarahan SMBA diluar negri, kemungkinan pula perdarahan ini merupakan gejala pertama dari tukak peptik sebelum gejala yang lain ,hendaknya kemungkinan perdarahan dari tukak peptik selalu di pertimbangkan meskipun anamnesis dari tukak peptik tidak ada.
c.       Gastritis, dapat dipertimbangkan sebagai perdarahan SMBA pada penderita dengan anamnesis adanya dispepsia kebiasaan makan yang tidak tertatur atau kebiasaan minum alkohol atau obat-obatan OAINS (obat anti inflamasi non steroid).
d.      Robeknya mukosa esofago-gastrik (robekan malory weiss) hal ini sering terjadi pada penderita yang muntah terus-meneus yg semula tidak berdarah, kemudian terjadi erosi mukosa oeshopagho-gastic junction sehingga dapat terjadi hematemesis.
(Buku Harrison ,prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam volume 1 Prof .Dr .Ahmad H.Asdie,Sp .Pd-Ke)

Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis yang dapat di temukan pada pasien hematemesis melena adalah syok (frekuensi denyut jantung,suhu tubuh), penyakit hati kronis (sirosis hepatis), dan koagulopati purpura serta memar, demam ringan antara 38-39oC, nyeri pada lambung, hiperperistaltik, penurunan Hb dan Ht yang tampak setelah beberapa jam, leukositosis dan trombositosis pada 2-5 jam setelah perdarahan, dan peningkatan kadar ureum darah setelah 24-48  jam akibat pemecahan protein darah oleh bakteri usus (Purwadianto & Sampurna, 2000)

Pemeriksaan penunjang  hematemesis melena
-          Laboratorium
Pemeriksaan pendahuluan arus mencakup hematokrit, hemoglobin, pemeriksaaan morfologi sel darah merah yang teliti (sel darah merah hipokromik mikrositik menunjukan bahwa kehilangan darah secara kronik) jumlah leukosit, hitung jenis dan jumlah trombosit, waktu protrombin, waktu protomblastin parsial dan pemeriksaan koogulasi lainya diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya kelainan pembekuan yg primer atau sekunder, radiografi abdomen jarang membantu menegakan diagnosis kecuali jika lesi iskemik atau perforasi dicurigai, meskipun uji awal  berguna dan penting, evaluasi ulangan data  laboratorium penting untuk mengikuti perjalanan klinis perdarahan (Buku Horrison Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam volume 1 Prof .Dr .Ahmad H.Asdie,Sp .Pd-Ke).


Penatalaksanaan medis hematemesis melena
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan  yang diteliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan  saluran makan bagian atas meliputi :
1.      Pengawasan dan pengobatan umum.
1)      Tirah baring.
2)      Diit makanan lunak
3)      Pemeriksaan Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah
4)      Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan yang luas (hematemesis melena)
5)      Infus cairan lagsung dipasang untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
6)      Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu CVP monitor.
7)      Pemeriksaan kadar Hb dan Ht perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan perdarahan.
8)      Tranfusi darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang dan mempertahankan kadar Hb 50-70% harga normal.
2.      Melena
Melena sebagai BAB berwarna hitam, lembek karena mengandung darah yang sudah berubah bentuk. Pada melena umumnya perdarahan berasal dari esofagus, lambung atau duodenum; tetapi karena perjalanan usus lama, perdarahan dari yeyunum, ileum, dan bahkan kolon asenden dapat juga menyebabkan melena sampai sekitar 7 hari. Warna hitam dari melena berasal dari kontak darah dengan asam lambung yang membentuk hematin, tinja akan berbentuk seperti ter, agak lengket dan berbau yang khas.
3.      Pembesaran hati. Pada awalnya perjalanan sirosis, hati cenderung membesar  dan sel-sel nya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahaui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula glissoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat di palpasi, permukaan hati akan teraba berbenjol-benjol (noduler).
4.      Obstruksi portal dan asites. Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegalalan fungsi hati yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal. Semua darah dari organ-oragan di gestifpraktis akan berkumpul dalam vena porta dan dibawa ke hati. Karena hati yang sirotik tidak memungkinkan perlintasan darah yang bebas, maka aliran darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan traktus gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini menjadi tempat kongesti pasif yang kronis; dengan kata lain, kedua organ tersebut akan dipenuh oleh darah dan dengan demikian tidak dapat bekerja dengan baik.

2.4  Penatalaksanaan keperawatan
Pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi potensial
Pencegahan perdarahan. Perdarah dan hemorragic dapat terjadi akibat pernurunan produksi protrombin dan penurunan kemampuan hati untuk mensintesis zat-zat yang diperlukan bagi pembekuan darah.
Tindakan penjagaan mencakup perlindungan pasien dengan memasang penghalang samping tempat tidur yang diberi bantalan, menekan setiap lokasi penyuntikan, dan menghindari cedera dari benda-benda tajam. Perawat harus mengamati kemungkinan melena dan memeriksa feses untuk mengetahui jika terdapat darah yang merupakan tanda perdarahan internal. Tanda-tanda vital juga perlu dipantau secara teratur. Modifikasi diet dan penggunaan preparat pelunak fese yang tepat dapat membantu pasien agar tidak mengejan pada saat buang air besar.
Jika terjadi hemorragic, perawat membantu dokter dalam melakukan tindakan untuk menghentikan perdarahan, memberikan terapi cairan serta komponen darah dan obat-obatan. Pasien yang mengalami hemorragic masif akibat dari perdarahan varises esofagus ataua lambung dapat dipindahkan ke unit perawatan intensif dan mungkin memerlukan tindakan bedah emerjensi atau bentuk terapi lainnya.
Ensefalopati hepatik merupakan komplikasi neurologi yang mungkin terjadi dan memncakup kemunduran status mental serta demensia disamping adanya tanda-tanda fisik seperti gerakan volunter dan involunter yang abnormal. Ensafalopati hepatik terutama disebabkan oleh penumpukan amonia dalam darah dan akibat ditimbulkannya pada metabolisme otak.
Terapi dapat mencakup penggunaan laktulosa serta antibiotik saluran cerna yang tidak dapat diserap untuk menurunkan kadar amonia, modifikasi obat-obat yang digunakan untuk meniadakan obat yang dapat memicu atau memperburuk ensefalopati hepatik, dan tirah baring untuk meminimalkan pengeluaran energi.
Pemantauan merupakan pekerjaan keperawatan yang esensial untuk mengenali kemunduran dini pada status mental. Perawat harus memantau status mental penderita dengan ketat dan melaporkan perubahan yang terjadi sehingga terapi ensefalopati dapat dimulai dengan segera. Karena gangguan elektrolit dapat turut menimbulkan ensefalopati, kadar elektrolit serum harus dipantau dengan cermat dan dikoreksi jika kadar tersebut abnormal.

2.5  Pemeriksaan Fisik
1.      Spider angioma/spider nevi adalah lesi arterial dg banyak percabangan yg berpulsasi dan menjadi pucat kalau ditekan. Ia baru timbul pada stadium lanjut penyakit hati. Spider angioma juga dapat ditemukan pula pada wanita hamil tanpa penyakit hati atau pada wanita yg sedang meminum pil kb.
(Burnside & Mc Glynn. 1995. Adams Diagnosis Fisik edisi 17. Jakarta : EGC)
Penyebabnya tidak ada, tetapi diduga karena kelebihan estrogen dalam sirkulasi Mekanisme :
·      Ciri-ciri :
-          Jala-jala sarang laba-laba atau cabang pohon,
-          Kelihatan halus dan berwarna merah, ungu atau biru, menjadi pucat kalau ditekan.
-          Kerlihat pada kulit, terutama disekitar leher, bahu, dada.
Penatalaksanaan :
Spider naevi biasanya tidak berbahaya dan tidak memerlukan penanganan.
Morton, patricia gonce. 2005. Panduan pemeriksaan kesehatan dengan dokumentasi soapie. Jakarta : EGC

SGPT (Serum glutamic pyruvic transaminase) adalah enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendeteksi adanya kerusakan hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya. SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis.
Nilai normal SGPT :
-          Pria 10-32 U/l
-          Wanita 9-24 U/l
-          Bayi 2 kali nilai orang dewasa
2.      Abdomen Acites
Asites adalah keadaan patologis berupa terkumpulnya cairan dalam rongga peritoneal abdomen.
Ciri-ciri:
Asiteseksudatif: memilikikandungan protein tinggidanterjadipadaperadangan (biasanyainfektif, misalnya TB) atau proses keganasan.
Asitestransudatif: terjadipadasirosisakibathipertens portal danperubahanbersihan (clearance) natriumginjal. Konstriksi pericardium dan sindrom nefrotik juga bisa menyebabkan asitestransudatif.
Penyebab:
Edema anasarka: peningkatan JVP, efusi pleura. Contoh: sindromnefrotik, penyakithatikronis, gagaljantung.
Hipertensi portal: tanda-tanda hipertensi portal: kaput medusa, stigmata penyakit hati kronis.
Penyebab lain: disertai pembesaran KGB atau adanya massa: tumor, misalnya ovarium, pankreastitis.
Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan cairan asites : memeriksa warna, protein, hitung sel bakteri dan keganasan. Asites biasanya berwarna kekuningan pada sirosis, kemerahan pada keganasan, dan keruh pada infeksi.
USG abdomen : untuk mengukur ukuran hati (kecilpadasirosis), tanda-tandahipertensi portal (splenomegaly), danlebarnya vena hepatica (untuk menyingkirkan dugaan thrombosis vena hepatica dansindrom Budd-Chiari).
Tes darah lainnya: tes biokimia dan tes fungsi hati  untuk mencari penanda sirosishepatis (kadar albumin rendah, hiperbilirubinemia, kenaikanenzimhati, trombositopenia, dan lain-lain.)
Penatalaksanaan:
-          Restriksi cairan dan garam: biasanya cukup dengan retriksi cairan sampai< 1-1,5/hari dan diet tanpa tambahan garam.
-          Pemberian diuretic: umumnya spironolakton + furosemide (frusemid) dosis awal spironolakton adalah 1-3mg/kg/24jam dibagi 2-4 dosis dan furosemide sebesar 1-2mg/kgBB/dosis 4kali/hari, dapat ditingkatkan menjadi 6mg/kgBB/dosis.
-          Parasentesist erapeutik untuk asitesrefrakter (yaitu asites yang tidak merespon terhadap terapi diuretic atau mengalami efeksamping yang takbisadihindari: hiponatremia, ensefalopatidan lain-lain). Pengambilan cairan untuk mengurangi asites massif yang aman untuk anak adalah sebesar 50cc/kg berat badan. Disarankan pemberian 10g albumin intravena untuk tiap 1 Liter cairan yang diaspirasi untuk mencegah penurunan volume plasma dan gangguan elektrolit.
3.      Shifting dullness
Shifting dullness mendeskripsikan suara pekak yang berpindah-pindah pada saat perkusi akibat adanya cairan bebas didalam rongga abdomen.
Perkusi dilakukan dengan tekhnik yang sama seperti perkusi thorax. Suara perkusi abdomen yang normal adalah timpani. Masa padat atau cairan akan menimbulkan suara pekak (hepar, ascites, vesika urinaria, masa tumor). Perkusi dilakukan pada semua kuadran.
Perkusi dimulai dari tengah abdomen dengan pasien posisi terlentang, menyusuri dinding abdomen, perkusi terus dilakukan menuju lateral. Perubahan suara dari timpani menjadi pekak merupakan batas cairan ascites yang ada, kemudian pasien dipindah posisi menjadi berbaring miring/lateral. Apabila memang ada cairan dalam rongga abdomen tentu akan berpindah kebagian bawah mengikuti gaya gravitasi. Maka daerah lateral abdomen yang semula tekak setelah berada diatas menjadi timpani karena cairan berpindah, sebaiknya daerah umbillicus sekarang menjadi pekak (shifting dullness).
4.      Icteric
Ikterus adalah kondisi dimana tubuh memiliki terlalu banyak billirubin sehingga kulit dan putih pada mata menjadi kuning.
Penyebabnya adalah peningkatan billirubin
Proses billirubin adalah bahan kimia kuning di hemoglobin, zat yang membawa oksigen dan sel darah merah. Bila sel-sel darah merah rusak, tubuh membangun sel-sel baru diliver (hati) untuk menggantikan mereka. Jika hati tidak dapat menangani sel sel darah merah yang rusak, bilirubin menumpuk didalam tubuh dan kulit anda terlihat kuning.
Pemeriksaan penunjang
-          Tes darah
-          Tes fungsi hati
-          Tes serologi hepatitis virus
-          USG
-          ErcP
-          Biopsi hati
Pemeriksaan fisik
-          Tinja pucatnya atau urin gelap
-          Nyeri menjalar kepunggung
-          Skelera mata
Penatalaksanaan
Penatalaksaan pasien ikterus sangat tergantung pada penyakit penyebabnya dan ada tidaknya gambaran klinis gagal hati. Ikterus sendiri tidak selalu membutuhkan perawatan di Rumah Sakit. Penyakit penyebab ikterus dan komplikasinyalah yang sering memerlukan perawatan di rumah sakit.
5.      Edema
Definisi Arathur C. Guyron :
Gelembung cairan dari beberapa organ atau jaringan yang merupakan terkumpulnya kelebihan cairan limfe, tanpa peningkatan jumlah sel dalam mempengaruhi jaringan. Edema bisa terkumpul pada beberapa lokasi pada tubuh tetapi biasanya terdapat pada kaki dan pergelangan kaki.
Klasifikasi Edema:
-          Peradangan: akibat naiknya permeabilitas vaskuler
-          Velious: akibat naiknya tekanan intravena
-          Limfatik: akibat obstruksi saluran limfe
-          Hipoalbuminamik: akibat turunnya tekanan oskotik plasma
Ciri-ciri :
-          Pembengkakan jaringan langsung dibawah kulit
-          Kulit merenggang atau berkilau
-          Setelah ditekan selama beberapa detik, kulit tidak kembali ke bentuk semula atau tetap membentuk cekung
-          Ukuran perut meningkat
Pemeriksaan penunjang:
-          Darah rutin
-          Ureum
-          Kreatinin
-          AGD
-          Elektrolit
-          Foto toraks
-          EKG
-          CKMB
-          USG  dopler

2.6  Pemeriksaan Penunjang
A.    HbsAg
Pemeriksaan HbsAg dilakukan untuk menentukan adanya virus hepatitis B di dalam darah baik dalam kondisi aktif ataupun sebagai carrier. Ini secara rutin dilakukan pada darah donor untuk mendentifikasi adanya hepatitis B antigen. Kira-kira 5% orang dengan penyakit lain selain hepatitis B (serum hepatitis) akan ditemukan hasil pemeriksaan positif.
Pada hepatitis B, antigen dalam serum dalam dideteksi 2 sampai 24 minggu (rata-rata 4 sampai 8 minggu) setelah inkubasi virius. HbsAg positif dapat terjadi 2 sampai 6 minggu setelah terpajan pada penyakit ini.
Pemeriksaan HbsAg tidak mendiagnosa virus hepatitis A. dua pemeriksaan untuk hepatitis A adalah anti HAV-IgM (indikasi infeksi akut) dan anti HAV-IgG (indikasi setelah pemajanan sebelumnya). (Joyce LeFever Kee, 1997)
Tujuan pemeriksaan HbsAg
Pemeriksaan ini memastikan apakah seseorang menderita hepatitis B atau tidak. Hasil pemeriksaan hepatitis B positif memastikan bahwa seseorang menderita infeksi VHB. Pemeriksaan HbsAg positif yang menetap lebih dari enam bulan disebut sebagai infeksi VHB kronis. (Suharjo B. Cahyono, 2014)
Adanya HbsAg dalam serum merupakan petanda serologis infeksi hepatitis B. Titer HbsAg yang masih positif lebih dari 6 bulan menunjukkan infeksi hepatitis kronis. Munculnya antibodi terhadap HbsAg (anti HBs) menunjukkan imunitas dan atau penyembuhan proses infeksi. (respiratory.usu.ac.id)
Prosedur
1. Ambil 5 sampai 7 mL darah vena dan masukkan ke dalam tabung bertutup merah.
2. Tidak perlu pembatasan makan dan cairan.
(Joyce LeFever Kee, 1997)
B.     SGOT
Pengertian SGOT
SGOT merupakan singkatan dari serum glutamik oksaloacetic transaminase. Beberapa laboratorium sering juga memakai istilah AST (asparate aminotranferase). SGOT merupakan enzim yang tidak hanya terdapat di hati melainkan juga terdapat di otot jantung, otot ginjal dan otot-otot rangka (menurut Buku Panduan Pemeriksaan Kesehatan Dengan Dokumentasi. Scopie edisi 2 penerbit buku kedokteran: EGC).

Tujuan pemeriksaan SGOT          
Untuk memperlihatkan dan memahami konsep aktivitas spesifik enzim glutamat privat transaminase dan glutamate oksaloasetat transaminase (GOT).
Nilai normal SGOT
Dewasa: 8 – 20 u/l
Bayi: 4x nilai orang dewasa (16 – 80 u/l)
Interpretasi SGOT dan SGPT
Dalam uji SGOT dan SGPT, hati yang dikatakan rusak bila jumlah tersebut dalam plasma lebih besar daripada normalnya. Kondisi ini yang meningkatkan kadar SGOT atau SGPT adalah:
-          Peningkatan SGOT atau SGPT lebih dari 20 kali normal: hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitasobat atau kimia)
-          Peningkatan SGOT atau SGPT  3 sampai 10 kali normal: infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom reye dan infark miokard.
-          Peningkatan SGOT atau SGPT 1 sampai 3 kali normal: pankreatitis, perlemakan hati, sirosis leannec, sirosis bilaris.
C.     SGPT (Serum glutamic pyruvic transaminase) adalah enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendeteksi adanya kerusakan hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya. SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis.
Nilai normal SGPT :         
-          Pria 10-32 U/l
-          Wanita 9-24 U/l
-          Bayi 2 kali nilai orang dewasa.
D.    Alkali posfatase
Pengertian
Fosfatase alkali (alkaline phosphatase, ALP) merupakan enzim yang diproduksi terutama oleh epitel hati dan osteoblast (sel-sel pembentuk tulang baru); enzim ini juga berasal dari usus, tubulus proksimalis ginjal, plasenta dan kelenjar susu yang sedang membuat air susu. Fosfatase alkali disekresi melalui saluran empedu. Meningkat dalam serum apabila ada hambatan pada saluran empedu (kolestasis).

Nilai normal
·         Dewasa : 42 – 136 u/l, alp1 : 20 – 130 u/l, alp2 : 20 – 120 u/l,
·         Lansia : agak lebih tinggi dari dewasa
·         Anak-anak : bayi dan anak (usia 0 – 20 th) : 40 – 115 u/l),
·         Anak berusia lebih tua (13 – 18 th) : 50 – 230 u/l.
Fungsi : Tes ALP terutama digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyakit hati (hepatobiliar) atau tulang.
Cara menginterprestasikan : pasien juga diberi beta blocker (propanolol) 2x10mg untuk menurunkan tekanan vena porta akibat hipertensi porta setelah drip omeprazole selesai.
E.     Albumin
Albumin merupakan protein yang disintesis oleh hati dan juga terdapat di dalam aliran darah. Albumin adalah protein atau jenis protein yang paling banyak di dalam tubuh. Albumin ialah segala jenis protein monomer yang larut dalam air dan larutan garam.
Nilai normal albumin didalam darah sekitar 3,5-5 g/dl.
Fungsi ALBUMIN bagi tubuh manusia :
-          Meransang hormon tiroid
-          Meransang hormon lain, khususnya yang dapat larut dalam lemak
-          Meransang asam lemak menuju hati
-          Meransang obat-obatan dan memperpendek waktu paruh obat tersebut
-          Meransang bilirubin
-          Mengikat ion Ca2+
-          Sebagai larutan penyangga
-          Sebagai protein radang fase-akut negatif.
F.      HB
Pengertian Hb
Pigmen merah pembawa oksigen pada butir darah merah, merupakan protein terkonjugasi merah  yang dapat menghablur, terdiri atas perotein globin yang bergabung dengan gugus prosetik hem (menurut Kamus Kimia).
Tujuan pemeriksaan Hb : Untuk menetapkan kadar Hb dalam darah.
Nilai normal Hb
Pria: 13 – 17 g/dl
Wanita: 12 – 16 g/dl
G.    Endoscopy (udah)
Definisi : Endoscopy adalah suatu pemeriksaan dengan menggunakan alat seukuran tebal jari telunjuk yang sangat lentur untuk melihat kelainan–kelainan pada saluran cerna atas seperti (mulut, esofagus, lambung, usus halus) dan saluran cerna bawah (anus, colon, dan usus besar) secara langsung.
Dengan alat ini juga dapet dilakukan tindakan langsung seperti pengambilan jaringan/biopsi pada bagian yang sakit (tumor, polip, atau kelainan yang dicurigai) sehingga pengobatan dapat lebih cepat.
Hasil pemeriksaan bisa dokumentasikan berupa foto atau vcd.
A.    Saluran cerna atas/esofagogastro duodenoscopy ?
Indikasi keluhan pemeriksaan endoscopy pada :
-          Pucat (anemia)
-          Kembung, mual, nyeri ullu hati, dyspepsia, yang berkepanjangan
-          Muntah terus tanpa sebab
-          Kesulitan menelan
-          Muntah darah atau BAB kehitaman
-          Tertelan benda asing
-          Dugaan adanya tumor disaluran cerna atas dari hasil pemeriksaan X-ray.
Yang dilakukan selama pemeriksaan
Tenggorokan akan disemprot dengan suatu bius lokal dan menerima obat melalui urat darah halus atau vena untuk membantu lebih santai selama dilakukkan pemeriksaan. Anda akan dibaringkan kesamping pada kondisi nyaman ketika endospocy dimasukan dengan hati-hati kedalam mulut.
Setelah tindakan atau prosedur upper endoscopy
anda diminta istirahat sekurang-kurangnya 15-30 menit dan boleh melakukan diet normal lagi setelah 1 jam. Jika anda diberi obat penenang anda harus ditemani oleh keluarga atau teman yang bisa bertanggung jawab dan dilarang mengemudi atau mengoprasikan mesin atau minum alkohol selama 24 jam. Ketidaknyamanan selama 1 atau 2 hari.
B.     Saluran cerna bawah atau colonoscopy
-          Diare selama lebih dari 2 minggu
-          Keluar darah dari lubang anus atau dubur
-          Memastikan kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan x-ray
-          Nyeri atau rasa tidak nyaman perut terus-menerus disertai perubahan pada buang air besar.
Apa yang dilakukan selama pemeriksaan colonoscopy
Pada tindakan colonoscopy dibutuhkan kesabaran pasien, sering muncul perasaan tekanan, perut kembung karena gas atau kram sewaktu-waktu selama dilakukan tindakan. Dokter akan membrikan obat melalui vena untuk membantu anda menjadi santai. Anda berbaring kedepan (terlentang) disaat colonoscopy dimasukan naik melalui usus besar. Tindakan tersebut biasanya berlangsung sekitar 15-45 menit.
Setelah tindakan colonoscopy
Anda perlu istirahat 1-2 jam karena kekembungan udara yang masuk suatu prosedur tindakan dilakukan akan menjadi lebih lama, setelah anda keluarkan. Jika obat penenang digunakan, anda sebaiknya ditemani oleh keluarga atau teman yang bisa bertanggung jawab, anda dilarang mengemudi/mengoprasikan mesin/minum alkohol selama 24 jam.
Kapan hasil diperoleh?
dokter akan memberitahukan kepada anda setelah pemeriksaan dilakukan tentang apa yang terlihat dibagian usus besar anda. Jika dibutuhkan biopsi hasil akan selesai selama 3-5 hari kerja. Hasil tersebut akan dikirim ke dokter yang merujuk.
Resiko dan efeknya
Walaupun colonoscopy adalah suatu prosedur yang sederhana. Anda harus mendiskusikan faktor-faktor komplikasi dan resikonya dengan dkter anda atau menghubungi bagian endoscopy di tempat ada akan memeriksa diri.
Persiapan
-          Beritau dokter/perawat jika anda memiliki kondisi medis seperti: diabetes, hipertensi/sedang mengkonsumsi obat-obatan/mengalami alergi.
-          Puasa, tidak boleh makan dan minum selama 6-8 jam sebelum tindakan dilakukan
-          Diet rendah residu, ditambah dengan obat pencahar untuk membersih usus besar bagian dalam terlihat dengan jelas.
-          Pastikan ada persetujuan tertulis dari anda.
-          Melepaskan gigi palsu, kacamata, perhiasan, dan benda logam.
-          Sebaiknya ditemani keluarga

2.7  Penatalaksanaan medis
1.      Tranfusi Darah
Adalah infus darah atau komponen darah ke individu untuk pengobatan kondisi medis. Tranfusi dapat homolog (dari donor) atau autolog (darah yang tersimpan sebelumnya dari penerima.
Indikasi tranfusi darah :
·         Untuk mengembalikan dan mempertahankan suatu volume peredaran darah yang normal. Misal : pada anemia karena perdarahan, trauma bedah, luka bakar luas.
·         Untuk mengganti kekurangan komponen selular atau kimia darah. Misal : anemia, trombositopenia.
·         Anemia pada orang yang akan menjalani operasi
Dosis :
Dosis tranfusi darah didasarkan atas makin anemis seseorang resipien makin sedikit jumlah darah yang diberikan per et mal didalam suatu seri tranfusi darah dan makin lambat pula jumlah tetesan yang diberikan. Hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi gagal jantung. Dosis yang diperlukan untuk menaikan hb ialah dengan menggunakan rumus empiris : kebutuhan darah (mL)=6 X BB (Kg) X kenaikan Hb yang diinginkan.
Efek samping :
·         Reaksi alergi, anafikasis dengan gejala syok disertai atau tanpa pireksia. Kegagalan sirkulasi primer akut, nadi cepat, tekanan darah menurun, pernapasan berat.
·         Reaksi pyrogenik dapat timbul selama atau setelah tranfusi reaksi khas berupa peningkatan 38̊  C-40̊ C bisa disertai dengan menggigil, kemerahan, kegelisahan dan ketegangan. Jika tranfusi dihentikan reaksi dan kegelisahan akan hilang.
2.      Transamin (tranexamic acid)
merupakan agen anti fibrinolytic. Obat ini bekerja dengan menghalangi pemecehan bekuan darah, yang mencegah perdarahan.
Tujuan diberikan transamin
Digunakan untuk membantu menghentikan koondisi perdarahan.
Komposisi
1. Capsule: setiap capsule mengandung Tranexamic acid 250 mg.
2. Tablet: setiap tablet mengandung Tranexamic acid 500 mg.
3. Injeksi: setiap ml injeksi (5% w/v) mengandung Tranexamic acid 50 mg. Setiap ml injeksi (10% w/v) mengandung Tranexamic acid 100 mg.
Indikasi
1. Untuk membantu menghentikan perdarahan.
2. Pengelolaan jangka panjang untuk angiodema herediter.
Kontraindikasi
1. Gagal ginjal berat.
2. Pembekuan intravaskular aktif.
3. Penyakit tromboemboli.
4. Gangguan penglihatan warna.
5. Perdarahan subarachnoid.
Dosis
1. Kasul 250 mg: dosis lazim secara oral untuk dewasa: 3 – 4 kali sehari 1 – 2 kapsul.
2. Tablet 500 mg: dosis lazim secara oral untuk dewasa 3 -4 kali 1 tablet
3. Injeksi 50 mg: sehari 1 – 2 ampul (5 – 10 ml) disuntikkan secara IV atau IM, diibagi dalam 1 – 2 dosis.
4. Injeksi 100 mg: 2,5 – 5 ml perhari disuntikkan secara IV atau IM dibagi dalam 1 – 2 dosis.

Efek samping
1. Gangguan-gangguan gastrointestinal, mual, muntah, anoreksia, pusing, eksantema dan sakit kepala dapat timbul pada pemberian secara oral. Gejala-gejala ini menghilang dengan pengurangan dosis atau penghentian pengobatannya.
2. Dengan injeksi IV yang cepat dapat menyebabkan pusing dan impotensi.

3.      Inpepsa
Komposisi
Tiap 5 ml suspensimengandung:
Sukralfat 500 mg
Farmakologi
Sucralfat adalah suatu kompleks yang dibentuk dar isukrosaoktasulfat dan polialuminiumhidroksida.
Aktifitas sukralfat sebagai anti ulkus merupakan hasil dari pembentukan kompleks sukralfa tdengan protein yang membentuk lapisan  pelindung menutupi ulkus serta melindungi dari serangan asam lambung, pepsin dan garam empedu.
Percobaan laboratorium dan klinis menunjukan bahwa sukralfat menyembuhkan tukak dengan tiga cara :
1)      Membentuk kompleks kimiawi yang terikat pada pusat ulkus sehingga merupakan lapisan pelindung.
2)      Menghambat aksiasam, pepsin dan garam empedu.
3)      Menghambat difusi asam lambung menembus lapisan film sukralfat-albumin.
Penelitian menunjukan bahwa sukralfat dapat berada dalam jangka waktu lama dalam saluran cerna sehingga menghasilkan efekobat yang panjang.
Sukralfat sangat sedikit terabsorbsi disaluran pencernaan sehingga menghasilkan efek samping sistemik yang minimal.
Indikasi
Pengobatan jangka pendek (sampai 8 minggu) pada duodenal ulcer.
Dosis dan cara pemberian
Umunya pada orang dewasa adalah :
2 sendok teh (10 ml), 4 kali sehari, sewaktu lambung kosong( 1 jam sebelum makan dan tidur).
Pengobatan harus dilanjutkan, kecuali apabila pemeriksaan endoskopi atau sinar x telah memperlihatkan kesembuhan.



Peringatan dan perhatian
Inpepsa®harus diberikans ecara hati-hati pada pasien gagal ginjal kronis dan pasien dialisis.
Penggunaan inpepsa selama kehamilan jikabenar-benar diperlukan.
Jika diperlukan, antasid adapat diberikan dalam jangka waktu ½ jam sebelum atau sesudah pemberian inpepsa.
Keamanan dan efektifitas pada anak-anak belum dapat ditetapkan.
Efek samping
Terjadinya efek samping sangat jarang, yang relatif sering dilaporkan hanya konstipasi dan mulut terasa kering. keluhan lain adalah diare, mual, muntah, tidak nyaman diperut, flatulen, pruritus, rash, mengantuk, pening, nyeri pada bagian belakang dan sakit kepala.
Kontra indikasi
Tidak diketahui kontrain ikasi penggunaan sukralfat.
Interaksi obat
Inpepsa dapat mengurangi absorbsi atau bioavailabilitas obat-obatan :simetidin, ciprofloxacin, digoxin, ketakonazol, norfoxacin, fenitoin, ranitidin, tetraxyclindanteofilin, sehingga obat-obatan tersebut harus diberikan dalam waktu dua jam sebelum pemberian inpepsa.
Penyimpanan
Simpan pada suhu dibawah 300 c, terlindung dari cahaya.
Kemasan
Botolisi 100 ml dan 200 ml suspensi.
4.      Albumin
Protein darah yang diproduksikan oleh hati dan berperan dalam mempertahankan volume darah normal. Nilai normal: 3,5 sampai 5,0 g/dl
Tujuan :
Sebagai protein untuk logam, asam lemak, billirubin dan obat-obatan, diantara zat lainnya.
Penatalaksanaan :
Pemeriksaan albumin dilakukan untuk mendeteksi kemampuan albumin yang disintetis oleh hepar. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan adanya gangguan hepar seperti, luka bakar, gangguan ginjal, atau kehilangan protein dalam jumlah yang banyak.
Cara :
a. ambil darah kurang lebih 5-10 ml dari vena
b. masukan pada tabung atau botol
c. berikan label nama dan tanggal
5.      Propranolol adalah tipe beta-blocker non-selektif yang umumnya digunakan dalam pengobatan tekanan darah tinggi. Obat ini adalah beta-blocker pertama yang sukses dikembangkan.
Indikasi:
Digunakan untuk mengobati atau mencegah gangguan yang meliputi migrain, arrhythmias, angina pectoris, hipertensi, menopause, dan gangguan kecemasan.
Dosis:
Pemberian reguler:
1)      Dosis sebesar 20-40 mg diberikan melalui mulut (per oral), sebanyak 2-3 kali sehari.
2)      Dosis boleh ditambah dengan jarak mingguan sesuai dengan respon pasien.
3)      Dosis maksimum: 480 mg/hari
Pemberian lanjutan:
1)      Dosis sebesar 80 mg diberikan melalui mulut (per oral), sebanyak 1 kali sehari.
2)      Dosis maksimum: 320 mg/hari
Efek Samping:
Efek CNS (kelelahan, depresi, pusing, kebingungan, gangguan tidur); Efek CV (gagal jantung, sumbatan jantung, kedinginan, impotensi pada laki-laki); Efek berturut-turut (bronchospasma pada pasien yang rentan & obat-obatan dengan beta1 harus digunakan secara selektif pada pasien ini); Efek GI (N/V, diare, konstipasi); Efek metabolik (bisa memproduksi hiper atau hipoglikemia, perubahan dalam serum kolesterol & trigliserid.
Instruksi Khusus:
1)      Berkontra-indikasi dengan bradycardia, sebelumnya ada tingkatan AV block yang tinggi, sindrom sakit sinus dan kegagalan LV yang tak stabil.
2)      Gunakan dengan hati-hati pada pasien bronchopasma, asma, atau penyakit sumbatan pernapasan. Gunakan dengan hati-hati dengan tingkatan block pertama, depresi, pasien dengan PVD, dan pasien yangmenggunakan insulin.
3)      Beta-blocker mungkin menutupi gejala hipertiroid & hipoglikemia dan mungkin memperburuk psoriasis.
4)      Pasien jangka panjang sebaiknya tidak berhenti dengan tiba-tiba, harus berhenti secara bertahap selama 1-2 minggu.

2.8  Komplikasi
a.       Kongestif splenomegali
b.      Perdarahan varises
c.       Kegagalan hepatoselular (koma hepatik)
d.      Hepatoma/hepatocellular carcinoma (HCC)






                              














BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
·      Sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketika pada pasien yang berusia 45 – 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.Secara lengkap definisi sirosis hepastis dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
·      Sirosis hepatis ada 3 tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati:
·      Sirosis portal laennec (alkohol, nutrisional), dimana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sisrosis ini paling sering disebabkan oleh alkoholisme kronis dan merupakan tipe sirosis yang paling sering ditemukan di negara barat.
·      Sirosis poscanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat – lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
·      Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis; insidensnya lebih rendah daripada insidens sirosis laennec dan poscanekrotik).

3.2  Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penysun dan pembaca. Kritik dan saran kami tunggu untuk pembelajaran ke depan yang lebih baik.










                                             DAFTAR PUSTAKA

(Buku: At a glance ILMU BEDAH edisi 3,Pierce A.Grace dan Neil R.Borley)
(Buku Harrison ,prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam volume 1 Prof .Dr .Ahmad H.Asdie,Sp .Pd-Ke)
(Burnside & Mc Glynn. 1995. Adams Diagnosis Fisik edisi 17. Jakarta : EGC)
(Morton, patricia gonce. 2005. Panduan pemeriksaan kesehatan dengan dokumentasi soapie. Jakarta : EGC)
(Buku Panduan Pemeriksaan Kesehatan Dengan Dokumentasi. Scopie edisi 2 penerbit buku kedokteran: EGC)
Asuhan keperawatan gangguan hati dan kandung empedu































Tidak ada komentar:

Posting Komentar