2.2
KATARAK
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PENGLIHATAN DAN
KATARAK
I.
ANATOMI
FISIOLOGI SISTEM PENGLIHATAN
a. STRUKTUR
& FUNGSI
Mata memiliki struktur sebagai
berikut:
1. Sklera
(bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan
relatif kuat.
2. Konjungtiva
: selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar sclera
3. Kornea :
struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris,
pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
4. Pupil :
daerah hitam di tengah-tengah iris.
5. Iris :
jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di
depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara
merubah ukuran pupil.
6. Lensa :
struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus;
berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
7. Retina :
lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata;
berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
8. Saraf
optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke
otak.
9. Humor aqueus
: cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi
segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea;
dihasilkan oleh prosesus siliaris.
10. Humor
vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina
(mengisi segmen posterior mata).
Cahaya yang
masuk melalui kornea diteruskan ke pupil.Iris mengatur jumlah cahaya
yang masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti halnya celah pada lensa
kamera. Jika lingkungan di sekitar gelap, maka cahaya yang masuk akan lebih
banyak; jika lingkungan di sekitar terang, maka cahaya yang masuk menjadi lebih
sedikit.Ukuran pupil dikontrol oleh otot sfingter pupil, yang membuka dan
menutup iris.
Lensa terdapat di
belakang iris.Dengan merubah bentuknya, lensa memfokuskan cahaya ke retina.
Jika mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot silier akan
berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata
memfokuskan pada objek yang jauh, maka otot silier akan mengendur dan lensa
menjadi lebih tipis dan lebih lemah.Sejalan dengan pertambahan usia, lensa
menjadi kurang lentur, kemampuannya untuk menebal menjadi berkurang sehingga kemampuannya
untuk memfokuskan objek yang dekat juga berkurang. Keadaan ini disebut
presbiopia.
Retina mengandung
saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah.Bagian retina yang paling sensitif adalah
makula, yang memiliki ratusan ujung saraf.Banyaknya ujung saraf ini menyebabkan
gambaran visuil yang tajam.Retina mengubah gambaran tersebut menjadi gelombang
listrik yang oleh saraf optikus dibawa ke otak.
Saraf
optikus menghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya. Sebagian serat saraf
menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma optikus (suatu daerah yang berada
tepat di bawah otak bagian depan).Kemudian sebelum sampai ke otak bagian
belakang, berkas saraf tersebut akan bergabung kembali.
Bola mata terbagi menjadi 2 bagian,
masing-masing terisi oleh cairan:
1.
Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa.
2.
Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian
belakang sampai ke retina.
Segmen anterior berisi humor aqueus
yang merupakan sumber energi bagi struktur matadi dalamnya.Segmen posterior
berisi humor vitreus.Cairan tersebut membantu menjagabentuk bola mata.Segmen
anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian:
1.
Bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris.
2.
Bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa.
Dalam keadaan normal, humor aqueus
dihasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior
kemudian keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung iris.
b. OTOT, SARAF
& PEMBULUH DARAH
Otot
Penggerak Bola Mata
Otot ini menggerakan mata dengan
fungsi ganda dan untuk pergerakan mata tergantung pada letak dan sumbu
penglihatan sewaktu aksi otot. Otot penggerak bola mata terdiri enam otot
yaitu:
1.
Muskulus oblik inferior memiliki aksi primer eksotorsi
dalam abduksi, dan memiliki aksi sekunder elevasi dalam adduksi, abduksi dalam
elevasi.
2.
Muskulus oblik superior memiliki aksi primer intorsi
dalam aduksi, dan aksi sekunder berupa depresi dalam aduksi, dan abduksi dalam
depresi.
3.
Muskulus rektus inferior memiliki aksi primer berupa
gerakan depresi pada abduksi, dan memiliki aksi sekunder berupa gerakan
ekstorsi pada abduksi, dan aduksi dalam depresi.
4.
Muskulus rektus lateral memiliki aksi gerakan abduksi.
5.
Muskulus rektus medius memiliki aksi gerakan aduksi
6.
Muskulus rektus superior memiliki aksi primer yaitu
elevasi dalam abduksi dan aksi sekunder berupa intorsi dalam aduksi serta
aduksi dalam elevasi.
Beberapa
otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial
tertentu.Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf
lainnya.
1.
Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan
di dalam retina ke otak.
2.
Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh
kelenjar air mata.
3.
Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata
yang lain dan merangsang otot pada tulang orbita.
Arteri oftalmika dan arteri
retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan, sedangkan darah dari
mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah ini masuk
dan keluar melalui mata bagian belakang.
2.2
KATARAK
2.2.1 Prevalensi
Berdasarkan
studi potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan
prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun (Vaughan
& Asbury, 2007).Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena
katarak dapat mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak
merupakan penyebab kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh
kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia
menderita kebutaan akibat katarak.Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil survey
kesehatan indera 1993-1996, katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu
sebesar 52%.
2.2.2 Definisi
Katarak
adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul
lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih
dari 65 tahun. (Marilynn Doengoes, dkk)
Katarak
merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga
menyebabkanpenurunan/gangguan penglihatan (Admin,2009).
Katarak
menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan keadaan
patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau
denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau
kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman
penglihatan berkurang (Corwin, 2000).
Definisi
lain katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh
akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini
terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada
berbagai usia tertentu (Iwan,2009)
2.2.3
Etiologi
Penyebab
katarak belum diketahui namun dicurigai ada beberapa faktor:
1.
Pertambahan usia
2.
Pelapisan luar lensa mencair
3.
Ganggian metabolisme DM
4.
Cacat bawaan lahir
5.
Trauma
2.2.4
Manifestasi
klinis
1.
Penurunan
ketajaman penglihatan dan silau.
2.
Pengembenunan
seperti mutiara keabuan ada pupil.
3.
Ketidak
mampuan mata untuk membelalak.
4.
Penglihatan
menjadi redup atau kabur.
5.
Penglihatan
menjadi tidak jelas
6.
Peka terhadap
sinar atau cahaya.
7.
Kesulitan
melihat pada malam hari.
8.
Memerlukan
pencahayaan yangg terang untuk dapat memebaca.
9.
Pupil tampak
abu-abu atau putih.
2.2.5
Klasifikasi
-
Secara umum
a.
Congenital
:Katarak yang terjadi sejak lahir dan berkembang pda mtahun pertama dalam
hidupnya.
b.
Traumatik
:Katarak yang terjadi karena kecelakaan pada mata.
c.
Sekunder
:Katarak yang disebebkan oleh konsumsi obat seperti predmison atau
kortikosstreroid, serta penderita diabetes.
-
Berdasarkan
umur katarak terdiri dari:
a.
Katarak
kongenital : Katarak yang telah terlihat pada usia dibawah 1 tahun.
b.
Katarak
juvenile : Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
c.
Katarak senile
: Katarak setelah usia 50 tahun.
-
Berdasarkan
lokasi katarak terdiri dari:
a.
Nuklear
sclerosis : Perubahan lensa secara perlahan sehingga menjadi keras dan berwarna
kekuningan.
b.
Katarak
kortikal : Katarak yang terjadi bila serat-serat lensa menjadi keruh, dapat
menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam hari.
c.
Katarak
posterior subcasural : Terjadi karena kekeruhan disisi belakang lensa. Katarak
ini meyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi caya terang, serta pandangan
bawa menurun.
2.2.6
Komplikasi
-
Glukoma
a. Katarak imatur: Menyerap cairan sehingga ukurannya
membesar maka akan menjadi penyumbatan dusut bilik mata.
b. Katarak hipermatur: Lensa akan pecah dan komposisi
lensa dapat meyumbat sudut bilik mata.
c. Katarak uveitis kronik: Terjadi karena terdapatnya
bakteri patogen yang seperti propionibacterium acnes dan stapilococus
epidermis.
-
Kerusakan
endotel kornea
-
Sumbatan pupil
-
Perdarahan
-
Fistula luka
operasi
2.2.7
Pemeriksaan Penunjang
1.
Kartu mata snellen /mesin telebinokuler
: mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor,
kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2.
Lapang Penglihatan : penuruan mungkin
karena massa tumor, karotis, glukoma.
3.
Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25
mmHg)
4.
Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut
terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5.
Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe
gllukoma
6.
Oftalmoskopi : mengkaji struktur
internal okuler, atrofi lempeng optik, papilledema, perdarahan.
7.
USG : untuk memerika segmen posterior,
untuk memeriksa lensa dengan kekeruhan sudah merata dan dapat memperkirakan
sumbu bola mata.
8.
Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi
sistemik / infeksi.
9.
EKG, kolesterol serum, lipid
10. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
2.2.8
Penatalaksanaan
Medis
1. ICCE
( Intra Capsular Cataract Extraction) yaitu dengan mengangkat semua lensa
termasukkapsulnya. Sampai akhir tahun 1960 hanya itulah teknikoperasi yg
tersedia.
2. ECCE
(Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiridari 2 macam yakni
a. Standar
ECCE atau planned ECCE dilakukan denganmengeluarkan lensa secara manual setelah
membukakapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yanglebar sehingga
penyembuhan lebih lama.
b. Fekoemulsifikasi
(Phaco Emulsification). Bentuk ECCEyang terbaru dimana menggunakan
getaranultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehinggamaterial nucleus dan
kortek dapat diaspirasi melaluiinsisi ± 3 mm. Operasi katarak ini dijalankan
dengancukup dengan bius lokal atau menggunakan tetes mataanti nyeri pada kornea
(selaput bening mata), danbahkan tanpa menjalani rawat inap. Sayatan
sangatminimal, sekitar 2,7 mm. Lensa
mata yang keruhdihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum)dan diganti
dengan lensa buatan yang telah diukurkekuatan lensanya dan ditanam secara
permanen.Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanyamemerlukan waktu 10
menit disertai waktu pemulihanyang lebih cepat.
Pascaoperasi
pasien diberikan tetes mata steroid danantibiotik jangka pendek.Kacamata baru
dapatdiresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekasinsisi telah
sembuh.Rehabilitasi visual dan peresepankacamata baru dapat dilakukan lebih
cepat denganmetode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapatberakomodasi maka
pasien akan membutuhkankacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski
tidakdibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat inidigunakan lensa intraokular
multifokal.Lensaintraokular yang dapat berakomodasi sedang dalamtahap
pengembangan.Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina,saraf mata atau
masalah mata lainnya, tingkatkeberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi,
yaitumencapai 95%, dan kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat
jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa intra okular terpasang padamata
orang yang pernah menjalani operasi katarakdapat menjadi keruh.Untuk itu perlu
terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar penglihatan dapat
kembali menjadi jelas.
3. Patofosiologi
|
|





|
|





|
![]() |
![]() |
||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
|
|




![]() |
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
![]() |
KASUS
Seorang klien usia 55
tahun diawat diruangan perawatan umum dirumah sakit pemerintah . klien dirawat
dengan keluhan pengelihatan kabur dan sering silau . seorang perawat melakukan
anamnesa , didapatkan hasil sebagai berikut : klien mengatakan mempunyai riwayat
penyakit DM tidak terkontrol sejak 4 tahun yang lalu . TTV : TD:110/70 Mmhg ,
HR :80kali/menit . hasil lab menunjukkan GDS : 245 . hasil pemeriksaan
opthalmoscope terlihat adanya pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil . klien direncanakan untuk dilakukan
operasi katarak . klien dan keluarga bertanya kenapa bias terkena penyakit ini
. diagnose medis klien adalah katarak , perawat dan dokter serta paramedic
lainnya yang terkait melakukan perawatan secara integrasi untuk menghindari
atau mengurangi resiko komplikasi lebih lanjut .
Pre Operasi
1. DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF
|
DATA OBJEKTIF
|
1.
Klien mengeluh penglihatan kabur dan sering silau
2.
Klien
mengatakan mempunyai riwayat DM tidak terkontrol sejak 4 tahun yang lalu
Data tambahan :
3.
Kemungkinan klien kesulitan
untuk beraktivitas
4.
Kemungkinan klien mengatakan penglihatannya tidak jelas
5.
Kemungkinan klien mengatakan jika melihat sesuatu
berbayang-bayang/menjadi dua bayangan.
6.
Kemungkinan klien mengeluh jarak pandangnya berkurang
7.
Kemungkinan klien mengatakan tidak dapat melihat dengan jarak dekat
8.
Kemungkinan klien mengatakan takut akan kondisinya.
9.
Kemungkinan klien mengatakan cemas takut tidak berhasil menjalankan
operasinya.
10. Kemungkinan klien mengatakan gelisah
11. Kemungkinan klien mengatakan cemas terhadap penyakit
yang dideritanya apakah sembuh/tidak.
|
1.
Hasil
pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope terlihat adanya pengembunan seperti
mutiara keabuan pada pupil
2.
Vital sign :
a)
TD : 110/70 mmhg
b)
N: 80x/menit
c) RR:
20x/menit
3. GDS terakhir 254
Data tambahan :
4. Kemungkinan klien terlihat sulit
untuk beraktivitas.
5. Kemungkinanterlihat klien terlihat wajah tampak gelisah
.
6. Kemungkinan
klien
terlihat bingung.
7. Kemungkinan
klien
terlihat cemas.
8. Kemungkinan klien terlihat takut
9. Kemungkinan klien terlihat tegang.
|
2. ANALISA DATA
DATA
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
PRA OPERASI
|
||
DS :
·
Klien mengeluh penglihatan
kabur dan sering silau
Data tambahan :
·
Kemungkinan klien kesulitan untuk beraktivitas
·
Kemungkinan klien mengatakan
penglihatannya tidak jelas
·
Kemungkinan klien mengatakan
jika melihat sesuatu berbayang-bayang/menjadi dua bayangan.
·
Kemungkinan klien mengeluh
jarak pandangnya berkurang
·
Kemungkinan klien mengatakan
tidak dapat melihat dengan jarak dekat
DO:
·
Hasil pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope
terlihat adanya penyembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
·
Vital
sign :
TD
: 110/70 mmhg
N: 80x/menit
RR: 20x/menit
Data tambahan :
·
Kemungkinan
klien terlihat sulit untuk beraktivitas.
|
Gangguan persepsi
sensori-perseptual penglihatan
|
Gangguan penerimaan
sensori/status organ indera ditandai dengan menurunnya ketajaman penglihatan.
|
DS
·
Klien mengatakan mengeluh penglihatan kabur dan sering silau
·
Kemungkinan klien mengatakan kesulitan untuk beraktivitas
·
Kemungkinan klien mengatakan penglihatannya tidak jelas
·
Kemungkinan klien mengatakan jika melihat sesuatu
berbayang-bayang/menjadi dua bayangan
·
Kemungkinan klien mengeluh jarak pandangnya berkurang
·
Kemungkinan klien mengatakan tidak dapat melihat dengan jarak dekat
DO
·
Hasil
pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope terlihat adanya pengembunan seperti
mutiara keabuan pada pupil
·
Vital sign :
TD : 110/70
mmhg
N:
80x/menit
RR: 20x/menit
Data tambahan :
·
Kemungkinan klien terlihat sulit untuk beraktivitas
|
Resiko tinggi terhadap
cidera
|
Keterbatasan penglihatan
|
DS
·
Kemungkinan klien mengatakan cemas takut tidak berhasil menjalankan
operasinya
·
Kemungkinan klien mengatakan gelisah
·
Kemungkinan klien mengatakan cemas terhadap penyakit yang dideritanya.
DO
·
Kemungkinan klien terlihat wajah tampak gelisah.
·
Kemungkinan klien terlihat tegang.
·
Kemungkinan klien terlihat cemas.
·
Kemungkinan klien terlihat takut
|
Ansietas
|
Perubahan pada status kesehatan
|
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TANGGAL
DITEMUKAN
|
TANGGAL TERATASI
|
1.
|
Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.d Gangguan penerimaan sensori/status organ indera ditandai dengan menurunnya
ketajaman
|
2 juni 2014
|
5 juni2014
|
2.
|
Resiko tinggi terhadap cidera b.d keterbatasan penglihatan
|
2 juni 2014
|
5 juni 2014
|
3.
|
ansietas b.d perubahan pd status kesehatan
|
2 juni 2014
|
5 juni 2014
|
NO DX
|
TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
1
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah presepsi
sensori penglihatan teratasi dengan kriteria hasil :
·
Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
·
Klien sudah tidak mengeluh penglihatan kabur dan sering silau
·
Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
|
3.2
Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.
Rasional : Kebutuhan tiap individu danpilihan intervensi
bervariasisebab kehilanganpenglihatan terjadi lambatdan progresif
3.3
Orientasikan klien tehadaplingkungan.
Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan,
menurunkan cemas dan disorientasi pasca operasi
3.4
Observasi tanda-tanda disorientasi.
Rasional :Terbangun dalam lingkungan yang tidak dikenal dan mengalami keterbatasan
penglihatan dapat mengakibatkan kebingungan terhadap orang tua.
3.5
Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicaradengan menyentuh.
Rasional: Memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan
menurunkan bingung
3.6
Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar
kurang lebih 25%, penglihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.
Rasional :Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan
bingung penglihatan danmeningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk
mengkompensasi.
3.7
Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi
yang tidak dioperasi
Rasional :Memungkinkan pasienmelihat objek lebih mudah dan memudahkan
panggilan untuk pertolongan bila diperlukan.
|
2.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah cedera teratasi
dengan kriteria hasil :
·
Menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
·
Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
·
Klien mengatakan sudah tidak mengeluh penglihatan kabur dan sering
silau
|
1. Diskusikan
apa yang terjadi pada pasca operasi
tentang nyeri, pembatasan aktivitas, penampilan, balutan mata.
Rasional : Membantu
mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerja sama dalam pembatasan yang
diperlukan.
2. Beri
pasien posisi bersandar, kepala tinggi atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai
keinginan.
Rasional : istirahat
hanya beberapa menit sampai beberapa jam pada bedah rawat jalan atau menginap
semalam bila terjadi komplikasi. Menurunkan tekanan pada mata yang sakit,
meminimalkan risiko perdarahan atau stres pada jahitan/jahitan terbuka.
3. Batasi
aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.
Rasional : menurunkan
stres pada area operasi/menurunkan TIO.
4. Ambulasi
dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anastesi.
Rasional : memerlukan
sedikit regangan daripada penggunaan pispot, yang dapat meningkatkan TIO.
|
3.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah ansietas teratasi
dengan kriteria hasil ;
·
Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya.
·
Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan kecemasannya berkurang
sampai pada tingkat dapat diatasi
|
1. Kaji tingkat kecemasanpasien dan catat adanyatanda-
tanda verbal dan nonverbal.
Rasional: Derajat kecemasan akan dipengaruhi
bagaimana informasi tersebut diterima oleh individu
2. Beri kesempatan pasienuntuk mengungkapkan isi pikiran
dan perasaan takutnya
Rasional : Mengungkapkan rasa takut secara terbuka
dimana rasa takut dapat ditujukan
3. Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien.
Rasional : Mengetahui respon fisiologis yang
ditimbulkan akibat kecemasan
4. Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan
operasi, harapan dan akibatnya.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasien dalam
rangka mengurangi kecemasan dan kooperatif
5. Lakukan orientasi dan perkenalan pasien terhadap
ruangan, petugas, dan peralatan yang akan digunakan
Rasional : Mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan.
6. Beri penjelasan dan support pada pasien padasetiap
melakukan prosedur tindakan.
Rasional : Mengurangi perasaan takut dan cemas
|
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/ Tanggal
|
No.DX
|
Implementasi dan Hasil
|
Paraf
|
2 Juni 2014
|
1
|
1.
Mengkaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata
terlibat.
2.
Mengorientasikan klien tehadap lingkungan
3.
Mengbservasi tanda-tandadisorientasi.
4.
Mendekatan dari sisi yangtak dioperasi, bicaradengan menyentuh.
5.
Mengingatkan klienmenggunakan kacamatakatarak yangtujuannyamemperbesar
kurang lebih 25%, penglihatanperifer hilang dan buta titik mungkin ada.
6.
Meletakkan barang yangdibutuhkan/posisi bel pemanggil
dalamjangkauan/posisi yang tidak dioperasi.
|
Ns.dewi
|
2 Juni 2014
|
2
|
1.
Mendiskusikan apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri,
pembatasan aktivitas, penampilan, balutan mata
2.
Memberi pasien posisi bersandar, kepala tinggi atau miring ke sisi
yang tak sakit sesuai keinginan
3.
Membatasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk
mata, membongkok
4.
Mengambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh
dari anastesi.
|
Ns.dewi
|
2 Juni 2014
|
3
|
1.
Mengkaji tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal
dan nonverbal.
2.
Memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan isipikiran dan perasaan
takutnya.
3.
Mengobservasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien.
4.
Memberi penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan
dan akibatnya
5.
Melakukan orientasi dan perkenalan pasien terhadap ruangan,petugas,
dan peralatan yang akan digunakan
6.
Memberi penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan
prosedur tindakan.
|
Ns.dewi
|
5. EVALUASI
Hari / Tanggal
|
No. DX
|
Evaluasi
|
Paraf
|
2 Juni 2014
|
1
|
S : Klien mengatakan penglihatannya buram, kabur, dan silau.
O : Klien terlihat bagian matanya masih putih.
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
ü
Lakukan
pembedahan
|
Ns.dewi
|
2 Juni 2014
|
2
|
S : Klien mengatakan beraktivitas sudah seperti biasanya.
O :Hasil pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope
bagian kornea sudah tidak ada
selaput putih.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
|
Ns.dewi
|
2 Juni 2014
|
3
|
S : Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi.
O :Klien terlihat lebih rileks
A : Masalah teratasi
P : Intervensi
dihentikan
|
Ns.dewi
|
Post
Operasi
1.
DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF
|
DATA OBJEKTIF
|
1.
Klien mengatakan nyeri pada bagian mata.
2.
Klien mengatakan tidak tahan terhadap nyerinya
3.
O : klien mengatakan nyeri ketika malam
hari.
P
: Nyeri dirasakan ketika klien menyentuh area luka
Q
: Nyeri akut
R
: Nyeri mata kanan
S
: Nyeri skala 7 dari 10
T
: Hilang Timbul
4. Klien mengatakan kesulitan untuk beraktivitas
5. Klien mengatakan penglihatannya tidak jelas
6. Klien mengatakan jika melihat sesuatu
berbayang-bayang
7. Klien
mengataan terganggu karena ada perban di mata kanannya.
8.
Klien mengatakan mata kanannya terasa
gatal
9.
Klien mengatakan mata kanannya terasa
panas
10. Klien
mengatakan tidak tahu cara merawat lukanya
11. Klien
bertanya efek dari operasi katarak
|
1. Klien
tampak meringis kesakitan sambil menyentuh bagian mata kanannya.
2. Klien
tampak gelisah
3. Hasil
TTV :
a. TD
: 110/80
b. HR
: 88x/menit
4. Aktivitas
klien tampak dibantu keluarga
5. Klien
tampak terpasang perban di mata sebelah kanan.
6. Klien
terlihat-tertatih saat berjalan.
7. Klien
terihat jalannya meraba-raba.
8. Tampak
kemerahan di
sekitar perban klien
9. Tampak
bengkak di sekitar perban klien
10. Tampak
kemerahan di
sekitar perban klien
11. Tampak
bengkak di sekitar perban klien
12. Klien
tampak kebingungan terhadap cara merawat mata setelah operasi
|
2.
ANALISA DATA
POST OPERASI
|
|||
DATA
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
|
DS :
1. Klien mengatakan
nyeri pada bagian mata.
2. Klien mengatakan tidak tahan ternhadap nyerinya
3.
O : klien mengatakan nyeri ketika malam
hari.
P
: Nyeri dirasakan ketika klien menyentuh area luka
Q
: Nyeri akut
R
: Nyeri mata kanan
S
: Nyeri skala 7 dari 10
T
: Hilang Timbul
DO :
1. Klien
tampak meringis kesakitan sambil menyentuh bagian mata kanannya.
2. Klien
tampak gelisah
3. Hasil
TTV :
a. TD
: 110/80
b. HR
: 88x/menit
|
Nyeri akut
|
Terputusmya
kontinuitas jaringan sekunder akibat operasi.
|
|
DS
1.
Klien mengatakan kesulitan untuk beraktivitas
2.
Klien mengatakan penglihatannya tidak jelas
3.
Klien mengatakan jika melihat sesuatu berbayang-bayang
4.
Klien mengataan terganggu karena ada
perban di mata kanannya.
DO
·
Aktivitas klien tampak dibantu keluarga
·
Klien tampak terpasang perban di mata
sebelah kanan.
·
Klien terlihat-tertatih saat berjalan.
Klien
terihat jalannya meraba-raba
|
Resiko tinggi terhadap cidera
|
Keterbatasan penglihatan
|
|
DS :
1. Klien
mengatakan mata kanannya terasa gatal
2. Klien
mengatakan mata kanannya terasa panas
DO :
1. Hasil
TTV :
a. TD
: 110/80
b. HR
: 88x/menit
2.
Tampak kemerahan di sekitar perban
klien
3.
Tampak bengkak di sekitar perban klien
DS
:
1. Klien
mengatakan tidak tahu cara merawat lukanya
2. Klien
bertanya efek dari operasi katarak
DO
:
1. Tampak
kemerahan di
sekitar perban klien
2. Tampak
bengkak di sekitar perban klien
Klien
tampak kebingungan terhadap cara merawat mata setelah operasi
|
Risiko infeksi
Defisiensi
pengetahuan
|
Prosedur invasif ( operasi katarak )
Keterbatasan kognitif
|
|
3. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
NO
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TANGGAL DITEMUKAN
|
TANGGAL TERATASI
|
4.
|
Nyeri Akut
b.d Terputusmya kontinuitas jaringan sekunder
akibat operasi.
|
2
Juni 2014
|
5
Juni 2014
|
5.
|
Resiko tinggi terhadap cidera b.d
Keterbatasan penglihatan
|
2
Juni 2014
|
5
Juni 2014
|
6.
|
Risiko infeksi b.d prosedur invansif ( operasi katarak )
|
2
Juni 2014
|
5
Juni 2014
|
7.
|
Defisiensi
pengetahuan b.d Keterbatasan kognitif
|
2
Juni 2014
|
5
Juni 2014
|
4.
INTERVENSI
NO DX
|
TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
1
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah nyeri
teratasi dengan kriteria hasil :
1. Nyeri berkurang.
2. Klien terlihat lebih rileks
3. skala
nyeri 0 dari 10
|
1.
Dorong
pasien untuk melaporkan tipe, lokasi dan intensitas nyeri, rentang skala.
Rasional
:Nyeri dirasakan dimanifestasikan dan ditoleransi secara individual.
2.
Pantau
TTV
Rasionalisasi
: Kecepatan jantung biasanya meningkat karena nyeri
3.
Atur posisi klien
Rasionalisasi
: meningkatkan relaksasi.
4.
Berikan teknik relaksasi nafas dalam
Rasional : relaksasi nafas dalam
dapat mengrangi nyeri
KOLABORASI
1.
Berikan
obat
analgesik sesuai indikasi
Rasionalisasi
: Untuk mengurangi rasa nyeri
|
2
2
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah resiko
cidera dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1. Menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam kemungkinan
cedera.
2. Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk
meningkatkan keamanan.
3. Penglihatannya
jelas
|
5. Diskusikan
apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas,
penampilan, balutan mata.
Rasional : Membantu
mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerja sama dalam pembatasan yang
diperlukan.
6. Beri
pasien posisi bersandar, kepala tinggi atau miring ke sisi yang tak sakit
sesuai keinginan.
Rasional : istirahat
hanya beberapa menit sampai beberapa jam pada bedah rawat jalan atau menginap
semalam bila terjadi komplikasi. Menurunkan tekanan pada mata yang sakit,
meminimalkan risiko perdarahan atau stres pada jahitan/jahitan terbuka.
7. Batasi
aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.
Rasional : menurunkan
stres pada area operasi/menurunkan TIO.
8. Ambulasi
dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anastesi.
Rasional : memerlukan
sedikit regangan daripada penggunaan pispot, yang dapat meningkatkan TIO.
|
3
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah infeksi
teratasi dengan kriteria hasil :
1.
Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan,
dan tidak lagi terasa gatal
2.
Mata kanan klien tidak tampak bengkak
|
1.
Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh / mengobati
mata
Rasional : Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi
area operasi
1.
Gunakan / tunjukkan tekhnik yang tepat untuk membersihkan bola mata
Rasional : Tekhnik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan
kontaminasi silang
2.
Tekankan pentingnya tidak menyentuh / menggaruk mata yang dioperasi
Rasional : Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi
3.
Berikan obat sesuai indikasi
Rasional : Digunakan untuk menurunkan inflamasi
4. Anjurkan
klien untuk menjaga daerah mata yang diperban kering
|
4
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah kurang
pengetahuan teratasi dengan kriteria hasil :
1. Klien menyatakan pemahaman mengenai kondisi/proses
penyakit & pengobatan.
2. Mengetahui
cara perawatan mata post operasi
|
1.
Kaji
informasi tentang kondisi individu, prgnosis, tipe prosedur/lensa.
Rasional
: meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dengan perawat.
2.
Informasikan
pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
Rasional
: klien
tidak menggunakan obat tetes mata sembarangan.
3.
Tekankan
pentingnya evaluasi perawatan rutin. Beri tahu untuk melaporkan penglihatan
berawan.
Rasional
: pengawasan periodik menurunkan risiko komplikasi serius.
4.
Anjurkan
pasien menghindari membaca, berkedip; mengangkat berat, mengejan saat
defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung.
Rasional
: aktivitas yang menyebabkan mata lelah/regang, manuver Valsalva, atau
meningkatkan TIO dapat mempengaruhi hasil bedah dan mencetuskan perdarahan.
|
5.
EVALUASI
Hari / Tanggal
|
No. DX
|
Evaluasi
|
Paraf
|
5
Juni 2014
|
1
|
S : klien mengatakan sudah tidak nyeri.
O : Skala nyeri (0)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi
dihentikan
|
|
5
Juni 2014
|
2
|
S : Klien mengatakan beraktivitas sudah seperti biasanya.
O : Klien dapat beraktivitas tanpa
bantuan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
|
|
5
Juni 2014
|
3
|
S : Klien mengatakan matanya sudah tidak gatal
O :Klien terlihat tidak ada tanda kemerahan
atau iritasi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
|
|
5
Juni 2014
|
4
|
S :Klien mengatakan sudah mengerti dengan
penyakitnya.
O :Klien
terlihat rileks/tidak bingung.
A :Masalah
teratsi
P : Intervensi
di hentikan
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar