Sabtu, 25 Oktober 2014

SENSORI PERSEPSI




2.2 KATARAK
 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PENGLIHATAN DAN KATARAK

       I.            ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENGLIHATAN
a.      STRUKTUR & FUNGSI
Mata memiliki struktur sebagai berikut:
1.      Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif kuat.
2.      Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar sclera
3.      Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
4.      Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
5.      Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.
6.      Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
7.      Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
8.      Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke otak.
9.      Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
10.  Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior mata).
Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil.Iris mengatur jumlah cahaya yang masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti halnya celah pada lensa kamera. Jika lingkungan di sekitar gelap, maka cahaya yang masuk akan lebih banyak; jika lingkungan di sekitar terang, maka cahaya yang masuk menjadi lebih sedikit.Ukuran pupil dikontrol oleh otot sfingter pupil, yang membuka dan menutup iris.
Lensa terdapat di belakang iris.Dengan merubah bentuknya, lensa memfokuskan cahaya ke retina. Jika mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot silier akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata memfokuskan pada objek yang jauh, maka otot silier akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah.Sejalan dengan pertambahan usia, lensa menjadi kurang lentur, kemampuannya untuk menebal menjadi berkurang sehingga kemampuannya untuk memfokuskan objek yang dekat juga berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia.
Retina mengandung saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah.Bagian retina yang paling sensitif adalah makula, yang memiliki ratusan ujung saraf.Banyaknya ujung saraf ini menyebabkan gambaran visuil yang tajam.Retina mengubah gambaran tersebut menjadi gelombang listrik yang oleh saraf optikus dibawa ke otak.
Saraf optikus menghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya. Sebagian serat saraf menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma optikus (suatu daerah yang berada tepat di bawah otak bagian depan).Kemudian sebelum sampai ke otak bagian belakang, berkas saraf tersebut akan bergabung kembali.
Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:
1.      Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa.
2.      Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina.
Segmen anterior berisi humor aqueus yang merupakan sumber energi bagi struktur matadi dalamnya.Segmen posterior berisi humor vitreus.Cairan tersebut membantu menjagabentuk bola mata.Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian:
1.      Bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris.
2.      Bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa.
Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung iris.
b.      OTOT, SARAF & PEMBULUH DARAH
Otot Penggerak Bola Mata
Otot ini menggerakan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakan mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot. Otot penggerak bola mata terdiri enam otot yaitu:
1.      Muskulus oblik inferior memiliki aksi primer eksotorsi dalam abduksi, dan memiliki aksi sekunder elevasi dalam adduksi, abduksi dalam elevasi.
2.      Muskulus oblik superior memiliki aksi primer intorsi dalam aduksi, dan aksi sekunder berupa depresi dalam aduksi, dan abduksi dalam depresi.
3.      Muskulus rektus inferior memiliki aksi primer berupa gerakan depresi pada abduksi, dan memiliki aksi sekunder berupa gerakan ekstorsi pada abduksi, dan aduksi dalam depresi.
4.      Muskulus rektus lateral memiliki aksi gerakan abduksi.
5.      Muskulus rektus medius memiliki aksi gerakan aduksi
6.      Muskulus rektus superior memiliki aksi primer yaitu elevasi dalam abduksi dan aksi sekunder berupa intorsi dalam aduksi serta aduksi dalam elevasi.
Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu.Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya.
1.      Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak.
2.      Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata.
3.      Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot pada tulang orbita.
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.
2.2          KATARAK
2.2.1   Prevalensi
Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2007).Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita kebutaan akibat katarak.Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil survey kesehatan indera 1993-1996, katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%.
     
2.2.2 Definisi
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun. (Marilynn Doengoes, dkk)
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga menyebabkanpenurunan/gangguan penglihatan (Admin,2009).
Katarak menyebabkan penglihatan  menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 2000).
Definisi lain katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu (Iwan,2009)

2.2.3        Etiologi
Penyebab katarak belum diketahui namun dicurigai ada beberapa faktor:
1.        Pertambahan usia
2.        Pelapisan luar lensa mencair
3.        Ganggian metabolisme DM
4.        Cacat bawaan lahir
5.        Trauma

2.2.4        Manifestasi klinis
1.      Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
2.      Pengembenunan seperti mutiara keabuan ada pupil.
3.      Ketidak mampuan mata untuk membelalak.
4.      Penglihatan menjadi redup atau kabur.
5.      Penglihatan menjadi tidak jelas
6.      Peka terhadap sinar atau cahaya.
7.      Kesulitan melihat pada malam hari.
8.      Memerlukan pencahayaan yangg terang untuk dapat memebaca.
9.      Pupil tampak abu-abu atau putih.

2.2.5        Klasifikasi
-          Secara umum
a.    Congenital :Katarak yang terjadi sejak lahir dan berkembang pda mtahun pertama dalam hidupnya.
b.    Traumatik :Katarak yang terjadi karena kecelakaan pada mata.
c.    Sekunder :Katarak yang disebebkan oleh konsumsi obat seperti predmison atau kortikosstreroid, serta penderita diabetes.

-          Berdasarkan umur katarak terdiri dari:
a.    Katarak kongenital : Katarak yang telah terlihat pada usia dibawah 1 tahun.
b.    Katarak juvenile : Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
c.    Katarak senile : Katarak setelah usia 50 tahun.

-          Berdasarkan lokasi katarak terdiri dari:
a.    Nuklear sclerosis : Perubahan lensa secara perlahan sehingga menjadi keras dan berwarna kekuningan.
b.    Katarak kortikal : Katarak yang terjadi bila serat-serat lensa menjadi keruh, dapat menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam hari.
c.    Katarak posterior subcasural : Terjadi karena kekeruhan disisi belakang lensa. Katarak ini meyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi caya terang, serta pandangan bawa menurun.

2.2.6        Komplikasi
-          Glukoma
a.    Katarak imatur: Menyerap cairan sehingga ukurannya membesar maka akan menjadi penyumbatan dusut bilik mata.
b.   Katarak hipermatur: Lensa akan pecah dan komposisi lensa dapat meyumbat sudut bilik mata.
c.    Katarak uveitis kronik: Terjadi karena terdapatnya bakteri patogen yang seperti propionibacterium acnes dan stapilococus epidermis.
-          Kerusakan endotel kornea
-          Sumbatan pupil
-          Perdarahan
-          Fistula luka operasi

2.2.7        Pemeriksaan Penunjang
1.        Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2.        Lapang Penglihatan : penuruan mungkin karena massa tumor, karotis,  glukoma.
3.        Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4.        Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5.        Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma
6.        Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papilledema, perdarahan.
7.        USG : untuk memerika segmen posterior, untuk memeriksa lensa dengan kekeruhan sudah merata dan dapat memperkirakan sumbu bola mata.
8.        Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
9.        EKG, kolesterol serum, lipid
10.     Tes toleransi glukosa : kotrol DM

2.2.8        Penatalaksanaan Medis
1.      ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction) yaitu dengan mengangkat semua lensa termasukkapsulnya. Sampai akhir tahun 1960 hanya itulah teknikoperasi yg tersedia.
2.      ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiridari 2 macam yakni
a.    Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan denganmengeluarkan lensa secara manual setelah membukakapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yanglebar sehingga penyembuhan lebih lama.
b.    Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCEyang terbaru dimana menggunakan getaranultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehinggamaterial nucleus dan kortek dapat diaspirasi melaluiinsisi ± 3 mm. Operasi katarak ini dijalankan dengancukup dengan bius lokal atau menggunakan tetes mataanti nyeri pada kornea (selaput bening mata), danbahkan tanpa menjalani rawat inap. Sayatan sangatminimal, sekitar 2,7 mm.  Lensa mata yang keruhdihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum)dan diganti dengan lensa buatan yang telah diukurkekuatan lensanya dan ditanam secara permanen.Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanyamemerlukan waktu 10 menit disertai waktu pemulihanyang lebih cepat.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid danantibiotik jangka pendek.Kacamata baru dapatdiresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekasinsisi telah sembuh.Rehabilitasi visual dan peresepankacamata baru dapat dilakukan lebih cepat denganmetode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapatberakomodasi maka pasien akan membutuhkankacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidakdibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat inidigunakan lensa intraokular multifokal.Lensaintraokular yang dapat berakomodasi sedang dalamtahap pengembangan.Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina,saraf mata atau masalah mata lainnya, tingkatkeberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitumencapai 95%, dan kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa intra okular terpasang padamata orang yang pernah menjalani operasi katarakdapat menjadi keruh.Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar penglihatan dapat kembali menjadi jelas.







3.      Patofosiologi
Gangguan metabolisme DM (hiperglikemi)
Viskositas darah meningkat (darah mengental)
Menyumbat aliran darah kepembuluh darah mata
Suplay O ke mata menurun
Kematian jaringan pada lensa
 
Trauma
Benturan pada lensa
Kerusakan sel sabit di retina
Deposisi pigmen pada lensa
katarak
 
Cacat bawaan Lahir
Ibu saat hamil terinfeksi virus (cytomegali virus)
Perkembangan penglihatan terjadi masalah
Pembentukan bayangan pada retina buruk
Pandangan kabur
 
Usia
 
Etiologi
Kongenital          Juvenile               senile
(<1thn)                 (>1-12 thn)         (>56tahun)
 
         





































 




Ansietas, resiko penyebaran infeksi
 
Tindakan pembedahan
 
                                                        


































 















KASUS
Seorang klien usia 55 tahun diawat diruangan perawatan umum dirumah sakit pemerintah . klien dirawat dengan keluhan pengelihatan kabur dan sering silau . seorang perawat melakukan anamnesa , didapatkan hasil sebagai berikut : klien mengatakan mempunyai riwayat penyakit DM tidak terkontrol sejak 4 tahun yang lalu . TTV : TD:110/70 Mmhg , HR :80kali/menit . hasil lab menunjukkan GDS : 245 . hasil pemeriksaan opthalmoscope terlihat adanya pengembunan seperti mutiara keabuan pada  pupil . klien direncanakan untuk dilakukan operasi katarak . klien dan keluarga bertanya kenapa bias terkena penyakit ini . diagnose medis klien adalah katarak , perawat dan dokter serta paramedic lainnya yang terkait melakukan perawatan secara integrasi untuk menghindari atau mengurangi resiko komplikasi lebih lanjut .

Pre Operasi
1.      DATA FOKUS

DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
1.      Klien mengeluh penglihatan kabur dan sering silau
2.      Klien mengatakan mempunyai riwayat DM tidak terkontrol sejak 4 tahun yang lalu
Data tambahan :
3.      Kemungkinan klien  kesulitan untuk beraktivitas
4.      Kemungkinan klien mengatakan penglihatannya tidak jelas
5.      Kemungkinan klien mengatakan jika melihat sesuatu berbayang-bayang/menjadi dua bayangan.
6.      Kemungkinan klien mengeluh jarak pandangnya berkurang
7.      Kemungkinan klien mengatakan tidak dapat melihat dengan jarak dekat
8.      Kemungkinan klien mengatakan takut akan kondisinya.
9.      Kemungkinan klien mengatakan cemas takut tidak berhasil menjalankan operasinya.
10.  Kemungkinan klien mengatakan gelisah
11.  Kemungkinan klien mengatakan cemas terhadap penyakit yang dideritanya apakah sembuh/tidak.

1.      Hasil pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope terlihat adanya pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
2.      Vital sign :
a)      TD    : 110/70 mmhg
b)      N: 80x/menit
c)      RR: 20x/menit
3.      GDS terakhir 254

Data tambahan :
4.      Kemungkinan klien terlihat sulit untuk beraktivitas.
5.      Kemungkinanterlihat klien terlihat wajah tampak gelisah
.
6.      Kemungkinan klien terlihat bingung.
7.      Kemungkinan klien terlihat cemas.
8.      Kemungkinan klien terlihat takut
9.      Kemungkinan klien terlihat tegang.
















2.      ANALISA DATA

DATA
PROBLEM
ETIOLOGI
PRA OPERASI
DS :
·         Klien mengeluh penglihatan kabur dan sering silau
Data tambahan :
·         Kemungkinan klien  kesulitan untuk beraktivitas
·         Kemungkinan klien mengatakan penglihatannya tidak jelas
·         Kemungkinan klien mengatakan jika melihat sesuatu berbayang-bayang/menjadi dua bayangan.
·         Kemungkinan klien mengeluh jarak pandangnya berkurang
·         Kemungkinan klien mengatakan tidak dapat melihat dengan jarak dekat

DO:
·         Hasil pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope terlihat adanya penyembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
·         Vital sign :
 TD    : 110/70 mmhg
N: 80x/menit
RR: 20x/menit

Data tambahan :
·         Kemungkinan klien terlihat sulit untuk beraktivitas.
Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan















Gangguan penerimaan sensori/status organ indera ditandai dengan menurunnya ketajaman penglihatan.
DS
·         Klien mengatakan mengeluh penglihatan kabur dan sering silau
·         Kemungkinan klien mengatakan kesulitan untuk beraktivitas
·         Kemungkinan klien mengatakan penglihatannya tidak jelas
·         Kemungkinan klien mengatakan jika melihat sesuatu berbayang-bayang/menjadi dua bayangan
·         Kemungkinan klien mengeluh jarak pandangnya berkurang
·         Kemungkinan klien mengatakan tidak dapat melihat dengan jarak dekat


DO
·         Hasil pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope terlihat adanya pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
·         Vital sign :
TD    : 110/70 mmhg
N: 80x/menit
RR: 20x/menit
Data tambahan :
·         Kemungkinan klien terlihat sulit untuk beraktivitas
Resiko tinggi terhadap cidera
Keterbatasan penglihatan
DS
·         Kemungkinan klien mengatakan cemas takut tidak berhasil menjalankan operasinya
·         Kemungkinan klien mengatakan gelisah
·         Kemungkinan klien mengatakan cemas terhadap penyakit yang dideritanya.

DO
·         Kemungkinan klien terlihat wajah tampak gelisah.
·         Kemungkinan klien terlihat tegang.
·         Kemungkinan klien terlihat cemas.
·         Kemungkinan klien terlihat takut

Ansietas
Perubahan pada status kesehatan

3.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TANGGAL DITEMUKAN
TANGGAL TERATASI
1.       
Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.d Gangguan penerimaan sensori/status organ indera ditandai dengan menurunnya ketajaman
2 juni 2014
5 juni2014
2.       
Resiko tinggi terhadap cidera b.d keterbatasan penglihatan
2 juni  2014
5 juni 2014
3.       
ansietas b.d perubahan pd status kesehatan
    2 juni 2014
5 juni 2014






NO DX
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI
1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah presepsi sensori penglihatan teratasi dengan kriteria hasil :
·         Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
·         Klien sudah tidak mengeluh penglihatan kabur dan sering silau
·         Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
3.2      Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.
Rasional : Kebutuhan tiap individu danpilihan intervensi bervariasisebab kehilanganpenglihatan terjadi lambatdan progresif
3.3      Orientasikan klien tehadaplingkungan.
Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pasca operasi
3.4      Observasi tanda-tanda disorientasi.
Rasional :Terbangun dalam lingkungan yang tidak dikenal dan mengalami keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan kebingungan terhadap orang tua.
3.5      Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicaradengan menyentuh.
Rasional: Memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung
3.6      Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.
Rasional :Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung penglihatan danmeningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.
3.7      Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak dioperasi
Rasional :Memungkinkan pasienmelihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk pertolongan bila diperlukan.
2.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah cedera teratasi dengan kriteria hasil :
·         Menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
·         Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
·         Klien mengatakan sudah tidak mengeluh penglihatan kabur dan sering silau
1.      Diskusikan apa yang terjadi pada pasca operasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas, penampilan, balutan mata.
Rasional : Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerja sama dalam pembatasan yang diperlukan.
2.      Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.
Rasional : istirahat hanya beberapa menit sampai beberapa jam pada bedah rawat jalan atau menginap semalam bila terjadi komplikasi. Menurunkan tekanan pada mata yang sakit, meminimalkan risiko perdarahan atau stres pada jahitan/jahitan terbuka.
3.      Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.
Rasional : menurunkan stres pada area operasi/menurunkan TIO.
4.      Ambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anastesi.
Rasional : memerlukan sedikit regangan daripada penggunaan pispot, yang dapat meningkatkan TIO.
3.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah ansietas teratasi dengan kriteria hasil ;
·         Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya.
·         Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan kecemasannya berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi
1.      Kaji tingkat kecemasanpasien dan catat adanyatanda- tanda verbal dan nonverbal.
Rasional: Derajat kecemasan akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut diterima oleh individu
2.      Beri kesempatan pasienuntuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya
Rasional : Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan
3.      Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien.
Rasional : Mengetahui respon fisiologis yang ditimbulkan akibat kecemasan
4.      Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasien dalam rangka mengurangi kecemasan dan kooperatif
5.      Lakukan orientasi dan perkenalan pasien terhadap ruangan, petugas, dan peralatan yang akan digunakan
Rasional : Mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan.
6.      Beri penjelasan dan support pada pasien padasetiap melakukan prosedur tindakan.
Rasional : Mengurangi perasaan takut dan cemas





4.    IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/ Tanggal
No.DX
Implementasi dan Hasil
Paraf
2 Juni 2014
1
1.      Mengkaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.
2.      Mengorientasikan klien tehadap lingkungan
3.      Mengbservasi tanda-tandadisorientasi.
4.      Mendekatan dari sisi yangtak dioperasi, bicaradengan menyentuh.
5.      Mengingatkan klienmenggunakan kacamatakatarak yangtujuannyamemperbesar kurang lebih 25%, penglihatanperifer hilang dan buta titik mungkin ada.
6.      Meletakkan barang yangdibutuhkan/posisi bel pemanggil dalamjangkauan/posisi yang tidak dioperasi.
Ns.dewi
2 Juni 2014
2
1.      Mendiskusikan apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas, penampilan, balutan mata
2.      Memberi pasien posisi bersandar, kepala tinggi atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan
3.      Membatasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok
4.      Mengambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anastesi.
Ns.dewi
2 Juni 2014
3
1.      Mengkaji tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan nonverbal.
2.      Memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan isipikiran dan perasaan takutnya.
3.      Mengobservasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien.
4.      Memberi penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya
5.      Melakukan orientasi dan perkenalan pasien terhadap ruangan,petugas, dan peralatan yang akan digunakan
6.      Memberi penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur tindakan.
Ns.dewi
















5. EVALUASI
Hari / Tanggal
No. DX
Evaluasi
Paraf
2 Juni 2014
1
S          : Klien mengatakan penglihatannya buram, kabur, dan silau.
O         : Klien terlihat bagian matanya masih putih.
A         : Masalah belum teratasi
P          : Intervensi dilanjutkan
ü   Lakukan pembedahan
Ns.dewi
2 Juni 2014
2
S          : Klien mengatakan beraktivitas sudah seperti             biasanya.
O         :Hasil pemeriksaan fisik dengan             opthalmoscope bagian kornea sudah tidak             ada selaput      putih.
A         : Masalah teratasi
P          : Intervensi dihentikan
Ns.dewi
2 Juni 2014
3
S          : Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi.
O         :Klien terlihat lebih rileks
A         : Masalah teratasi
P          : Intervensi dihentikan
Ns.dewi











Post Operasi
1.      DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
1.      Klien mengatakan nyeri pada bagian mata.
2.      Klien mengatakan tidak tahan terhadap nyerinya
3.      O : klien mengatakan nyeri ketika malam hari.
P : Nyeri dirasakan ketika klien menyentuh area luka
Q : Nyeri akut
R : Nyeri mata kanan
S : Nyeri skala 7 dari 10
T : Hilang Timbul
4.      Klien mengatakan kesulitan untuk beraktivitas
5.      Klien mengatakan penglihatannya tidak jelas
6.      Klien mengatakan jika melihat sesuatu berbayang-bayang
7.      Klien mengataan terganggu karena ada perban di mata kanannya.
8.      Klien mengatakan mata kanannya terasa gatal
9.      Klien mengatakan mata kanannya terasa panas
10.  Klien mengatakan tidak tahu cara merawat lukanya
11.  Klien bertanya efek dari operasi katarak
1.      Klien tampak meringis kesakitan sambil menyentuh bagian mata kanannya.
2.      Klien tampak gelisah
3.      Hasil TTV :
a.       TD : 110/80
b.      HR : 88x/menit
4.      Aktivitas klien tampak dibantu keluarga
5.      Klien tampak terpasang perban di mata sebelah kanan.
6.      Klien terlihat-tertatih saat berjalan.
7.      Klien terihat jalannya meraba-raba.
8.      Tampak kemerahan di sekitar perban klien
9.      Tampak bengkak di sekitar perban klien
10.  Tampak kemerahan di sekitar perban klien
11.  Tampak bengkak di sekitar perban klien
12.  Klien tampak kebingungan terhadap cara merawat mata setelah operasi


2.      ANALISA DATA
POST OPERASI
DATA
PROBLEM
ETIOLOGI
DS :
1.      Klien mengatakan nyeri pada bagian mata.
2.      Klien mengatakan tidak tahan ternhadap nyerinya
3.      O : klien mengatakan nyeri ketika malam hari.
P : Nyeri dirasakan ketika klien menyentuh area luka
Q : Nyeri akut
R : Nyeri mata kanan
S : Nyeri skala 7 dari 10
T : Hilang Timbul

DO :
1.      Klien tampak meringis kesakitan sambil menyentuh bagian mata kanannya.
2.      Klien tampak gelisah
3.      Hasil TTV :
a.       TD : 110/80
b.      HR : 88x/menit

Nyeri akut
Terputusmya kontinuitas jaringan sekunder akibat operasi.
DS
1.      Klien mengatakan kesulitan untuk beraktivitas
2.      Klien mengatakan penglihatannya tidak jelas
3.      Klien mengatakan jika melihat sesuatu berbayang-bayang
4.      Klien mengataan terganggu karena ada perban di mata kanannya.

DO
·         Aktivitas klien tampak dibantu keluarga
·         Klien tampak terpasang perban di mata sebelah kanan.
·         Klien terlihat-tertatih saat berjalan.
Klien terihat jalannya meraba-raba
Resiko tinggi terhadap cidera
Keterbatasan penglihatan
DS :
1.      Klien mengatakan mata kanannya terasa gatal
2.      Klien mengatakan mata kanannya terasa panas

DO :
1.      Hasil TTV :
a.       TD : 110/80
b.      HR : 88x/menit
2.      Tampak kemerahan di sekitar perban klien
3.      Tampak bengkak di sekitar perban klien
DS :
1.      Klien mengatakan tidak tahu cara merawat lukanya
2.      Klien bertanya efek dari operasi katarak

DO :
1.      Tampak kemerahan di sekitar perban klien
2.      Tampak bengkak di sekitar perban klien
Klien tampak kebingungan terhadap cara merawat mata setelah operasi
Risiko infeksi













Defisiensi pengetahuan
Prosedur invasif ( operasi katarak )












Keterbatasan kognitif





3.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TANGGAL DITEMUKAN
TANGGAL TERATASI
4.       
Nyeri Akut b.d   Terputusmya kontinuitas jaringan sekunder akibat operasi.
2 Juni 2014
5 Juni 2014
5.       
Resiko tinggi terhadap cidera b.d
Keterbatasan penglihatan
2 Juni 2014
5 Juni 2014
6.       
Risiko infeksi b.d prosedur invansif ( operasi katarak )
2 Juni 2014
5 Juni 2014
7.       
Defisiensi pengetahuan b.d  Keterbatasan kognitif
2 Juni 2014
5 Juni 2014









4.      INTERVENSI
NO DX
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI
1

















Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah nyeri teratasi dengan kriteria hasil :
1.      Nyeri berkurang.
2.      Klien terlihat lebih rileks
3.      skala nyeri 0 dari 10

1.      Dorong pasien untuk melaporkan tipe, lokasi dan intensitas nyeri, rentang skala.
Rasional :Nyeri dirasakan dimanifestasikan dan ditoleransi secara individual.
2.      Pantau TTV
Rasionalisasi : Kecepatan jantung biasanya meningkat karena nyeri
3.      Atur posisi klien
Rasionalisasi : meningkatkan relaksasi.
4.      Berikan teknik relaksasi nafas dalam
Rasional : relaksasi nafas dalam dapat mengrangi nyeri

KOLABORASI
1.      Berikan obat analgesik sesuai indikasi
Rasionalisasi : Untuk mengurangi rasa nyeri
2
2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah resiko cidera dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1.      Menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
2.      Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
3.      Penglihatannya jelas
5.      Diskusikan apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas, penampilan, balutan mata.
Rasional : Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerja sama dalam pembatasan yang diperlukan.
6.      Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.
Rasional : istirahat hanya beberapa menit sampai beberapa jam pada bedah rawat jalan atau menginap semalam bila terjadi komplikasi. Menurunkan tekanan pada mata yang sakit, meminimalkan risiko perdarahan atau stres pada jahitan/jahitan terbuka.
7.      Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.
Rasional : menurunkan stres pada area operasi/menurunkan TIO.
8.      Ambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anastesi.
Rasional : memerlukan sedikit regangan daripada penggunaan pispot, yang dapat meningkatkan TIO.
3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah infeksi teratasi dengan kriteria hasil :
1.      Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, dan tidak lagi terasa gatal
2.      Mata kanan klien tidak tampak bengkak

1.      Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh / mengobati mata
Rasional : Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area operasi
1.      Gunakan / tunjukkan tekhnik yang tepat untuk membersihkan bola mata
Rasional : Tekhnik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang
2.      Tekankan pentingnya tidak menyentuh / menggaruk mata yang dioperasi
Rasional : Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi
3.      Berikan obat sesuai indikasi
Rasional : Digunakan untuk menurunkan inflamasi
4.      Anjurkan klien untuk menjaga daerah mata yang diperban kering

4
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah kurang pengetahuan teratasi dengan kriteria hasil :
1.      Klien menyatakan pemahaman mengenai kondisi/proses penyakit & pengobatan.
2.      Mengetahui cara perawatan mata post operasi

1.    Kaji informasi tentang kondisi individu, prgnosis, tipe prosedur/lensa.
Rasional : meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dengan perawat.
2.    Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
Rasional : klien tidak menggunakan obat tetes mata sembarangan.
3.    Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin. Beri tahu untuk melaporkan penglihatan berawan.
Rasional : pengawasan periodik menurunkan risiko komplikasi serius.
4.    Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip; mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung.
Rasional : aktivitas yang menyebabkan mata lelah/regang, manuver Valsalva, atau meningkatkan TIO dapat mempengaruhi hasil bedah dan mencetuskan perdarahan.







5.      EVALUASI
Hari / Tanggal
No. DX
Evaluasi
Paraf
5 Juni 2014
1
S          : klien mengatakan sudah tidak nyeri.
O         : Skala nyeri (0)
A         : Masalah teratasi
P          : Intervensi dihentikan


5 Juni 2014
2
S          : Klien mengatakan beraktivitas sudah seperti             biasanya.
O         : Klien dapat beraktivitas tanpa bantuan
A         : Masalah teratasi
P          : Intervensi dihentikan

5 Juni 2014
3
S          : Klien mengatakan matanya sudah tidak gatal
O         :Klien terlihat tidak ada tanda             kemerahan atau iritasi
A         : Masalah teratasi
P          : Intervensi dihentikan

5 Juni 2014
4
S          :Klien mengatakan sudah mengerti   dengan             penyakitnya.
O         :Klien terlihat rileks/tidak bingung.
A         :Masalah teratsi
P          : Intervensi di hentikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar