BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit jantung pada anak ada 2
macam, yaitu penyakit jantung bawaan dan penyakit jantung didapat. Kedua macam
penyakit jantung ini dapat menyebabkan gagal jantung atau fungsi jantung yang
menurun di mana jantung tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan metabolik jaringan
tubuh.
Penyakit jantung bawaan (PJB) pada
bayi dan anak cukup banyak ditemukan di Indonesia. Laporan dari berbagai
penelitian di luar negeri menunjukkan 6-10 dari 1000 bayi lahir hidup
menyandang penyakit jantung bawaan. Sampai saat ini belum jelas diketahui
penyebab kelainan jantung bawaan.
Faktor yang mendasari patofisiologi
dari gagal jantung adalah faktor mekanis (defek struktural yang memberikan
beban berlebihan pada otot jantung), faktor miokard (miokarditis) dan kombinasi
keduanya (kelainan intrinsik yang mengganggu faal miokard).
Miokarditis merupakan salah satu
penyakit jantung didapat non-reumatik yang sering dijumpai selain endokarditis
bakterialis dan difterika. Pada waktu infeksi terkena virus, infiltrasi sel-sel
inflamatoris ke jantung dapat terjadi. Inflamasi pada miokard didefinisikan
oleh Badan Kesehatan Dunia, World Health Organization (WHO), sebagai
miokarditis. Sedangkan inflamasi miokard yang berkaitan dengan disfungsi
jantung didefinisikan sebagai kardiomiopati inflamatoris. Proses inflamasi di
jantung yang disebabkan oleh infeksi virus tidak hanya terbatas pada miokard,
tetapi dapat juga melibatkan endokardium dan epikardium.
Salah satu miokarditis yang penting
adalah miokarditis karena kuman difteria, yang disebut miokarditis difterika.
Komplikasi jantung pada anak dengan difteria terdapat sekitar 10-20 persen dan
50 persen dari anak yang meninggal karena difteria disebabkan oleh komplikasi
jantung. Komplikasi penyakit yang sangat berat ialah terjadinya kolaps
sirkulasi yang terjadi pada minggu pertama. Sedangkan miokarditis umumnya
timbul pada minggu kedua dan ketiga.
1.2 Tujuan Penulisan
1.
Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang anatomi fisiologi
2.
Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang pemeriksaan fisik pada miokardium
3.
Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian miokarditis
4. Agar
mahasiswa mampu mengetahui tentang etiologi miokarditis
5. Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang tanda dan
gejala miokarditis
6. Agar
mahasiswa mampu mengetahui tentang penyebab miokarditis
7. Agar
mahasiswa mampu mengetahui tentang manifestasi klinis miokarditis
8. Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang faktor resiko
miokarditis
9. Agar
mahasiswa mampu mengetahui tentang klasifikasi miokarditis
10. Agar
mahasiswa mampu mengetahui tentang patofisiologi miokarditis
11. Agar
mahasiswa mampu mengetahui tentang pathway miokarditis
12. Agar
mahasiswa mampu mengetahui tentang pemeriksaan diagnostik miokarditis
13. Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang komplikasi
miokarditis
14. Agar
mahasiswa mampu mengetahui tentang penatalaksanaan miokarditis
15. Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang pengobatan
miokarditis
16. Agar
mahasiswa mampu mengetahui tentang pengaturan diet penderita miokarditis
17. Agar
mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep keperawatan
18. Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang asuhan keperawatan
miokarditis
BAB II
TINJAUAN
TEORI
2.1 Anatomi
Fisiologi
Jantung
merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Ukuran jantung panjangnya kira-kira
12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons
atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap
harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung
memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah. Posisi jantung
terletak diantar kedua paru dan berada ditengah tengah dada, bertumpu pada
diaphragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus xiphoideus. Dua
pertiga jantung terletak di sebelah kiri garis midsternal. Jantung dilindungi
mediastinum
Jantung
dibungkus oleh membran perikardium. Perikardium adalah kantong berdinding ganda
yang dapat membesar dan mengecil, membungkus jantung dan pembuluh darah besar.
Kantong ini melekat pada diafragma, sternum dan pleura yang membungkus
paru-paru. Perikardium terdiri atas tiga lapis. Lapisan luar adalah perikardium
fibrosa. Dibawah perikardium fibrosa terdapat perikardium parietalis, suatu
membran serosa. Lapisan yang terletak pada permukaan otot jantung dinamakan
perikardium viseralis, yang juga disebut epikardium. Diantara membran
perikardium parietalis dan viseralis terdapat cairan serosa, yang berfungsi
mencegah gesekan pada saat jantung berdenyut.
Dinding jantung
terdiri dari tiga lapisan. Epikardium luar tersusun dari lapisan sel-sel
mesotelial yang berada di atas jaringan ikat. Miokardium tengah terdiri dari
jaringan otot jantung yang berkontraksi utnuk memompa darah. Kontraksi
miokardium menekan darah keluar ruang menuju arteri besar. Endokardium dalam tersusun
dari lapisan endotellial yang melapisi pembuluh darah yang memasuki dan
meninggalkan jantung.
Mekanisme
dasar kerja jantung:
a)
Jantung adalah pompa yang berotot dengan empat ruang
dan empat katup.
b)
Ruang-ruang bagian atas, serambi (atrium) kanan dan serambi
kiri (atria-bentuk jamak untuk atrium) adalah ruang-ruang pengisi yang
berdinding tipis.
c)
Darah mengalir dari atrium (serambi-serambi) kanan dan
kiri melalui katup tricuspid dan mitral kedalam ruang-ruang yang lebih rendah
yaitu ventricles (bilik-bilik) kanan
dan kiri.
d)
Ventricles kanan dan kiri mempunyai dinding-dinding
berotot yang tebal untuk memompa darah melaui klep-klep pulmonic dan aortic
kedalam peredaran (sirkulasi).
e)
Klep-klep jantung adalah kelopak-kelopak yang tipis
dari jaringan yang membuka dan menutup pada saat yang tepat selama setiap
siklus denyut jantung.
f)
Fungsi utama dari klep-klep jantung ini adalah untuk
mencegah darah mengalir balik kembali.
g)
Darah bersirkulasi melalui arteri-arteri untuk
menyediakan oksigen dan nutrisi-nutrisi lain ke tubuh, dan kemudian kembali
dengan pembuangan karbondioksida melalui vena-vena ke atrium (serambi) kanan;
ketika ventricles mengendur (relax), darah dari atrium kanan lewat melalui klep
tricuspid kedalam ventricle (bilik) kanan.
h)
Ketika ventricles berkontraksi, darah dari bilik
(ventricle) kanan dipompa melalui klep pulmonic kedalam paru-paru untuk mengisi
kembali oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.
i)
Darah yang mengandung oksigen kemudian kembali ke
atrium kiri dan lewat melalui klep mitral kedalam ventricle (bilik) kiri.
j)
Darah dipompa oleh ventricle kiri melaui klep aortic
kedalam aorta dan arteri-arteri tubuh.
2.2 Pemeriksaan
Fisik pada Miokardium
Pemeriksaan Fisik
1)
Kepala
dan Leher
·
Rambut
: Keriting/lurus, ada lesi/tidak,
distribusi merata
·
Wajah
: Sianosis
·
Hidung : Terdapat sekret berbau busuk sedikit bercampur darah, ada
membran putih pada septum nadi, adanya pernapasan cuping hidung
·
Mulut : Bibir kering, mulut terbuka, ada membran putih pada
tonsil dan faring
·
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening pada leher, edema
pada laring dan trakea (bullneck), permukaan laring dan trakea tertutup oleh
pseudomembran.
2) Thorax
·
Inspeksi : Simetris, terdapat otot bantu pernafasan
·
Palpasi :
Adanya demam
·
Perkusi :
Suara paru normal (resonance )
·
Auskultasi : Terdengar wheezing
![]() |
|||||
![]() |
|||||
3) Abdomen
·
Inspeksi : Tidak ada odem, warna kulit samadengan warna kulit yang lain
·
Palpasi : Terdapat nyeri tekan di bagian epigastrium
·
Perkusi : Bunyi timpani
·
Auskultasi : Suara bising usus 7-10x/menit
4) Integument
·
Inspeksi : Kulit keabu - abuan dingin dan basah
·
Palpasi
: Turgor kulit menurun
5) Ekstremitas
·
Eks.
Atas : Akral ekstermitas hangat, CRT kembali 3detik
·
Eks.
Bawah : Akral
ekstermitas hangat
2.3 Pengertian
Miokarditis
Miokarditis
adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. Pada umumnya miokarditis
disebabkan penyakit-penyakit infeksi tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi
terhadap obat-obatan dan efek toksik bahan-bahan kimia radiasi. Miokarditis
dapat disebabkan infeksi, reaksi alergi, dan reaksi toksik. Pada miokarditis,
kerusakan miokardium disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan basil miosit.
Toksin akan menghambat sintesis protein dan secara mikroskopis akan didapatkan
miosit dengan infiltrasi lema, serat otot mengalami nekrosis hialin. Beberapa
organisme dapat menyerang dinding arteri kecil, terutama arteri
koronaintramuskular yang akan memberikan reaksi radang perivaskular miokardium.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh pseudomonas dan beberapa jenis jamur seperti
aspergilus dan kandida. Sebagian kecil mikroorganisme menyerang langsung
sel-sel miokardium yang
menyebabkan
reaksi radang. Hal ini dapat terjadi pada Toksoplasmosis gondii. Pada
trikinosis, sel-sel radang yang ditemukan terutama eusinofil.
2.4
Etiologi Miokarditis
Penyebab
dari peradangan pada miokardium
adalah:
a)
Virus
b)
Jamur
c)
Bakteri
d)
Parasit
e)
Protozoa
f)
Spirozeta
g)
Proses hipersensitifitas, seperti
demam rematik
2.5 Tanda dan Gejala Miokarditis
Tanda dan gejala miokarditis
yang sering ditemukan, yaitu:
a)
Takikardia. Peningkatan
suhu akibat infeksi menyebabkan frekuensi denyut nadi akan meningkat lebih
tinggi.
b)
Bunyi jantung melemah, disebabkan penurunan kontraksi
otot jantung . Katup-katup mitral dan
trikuspidalis tidak dapat ditutup dengan keras.
c)
Auskultasi: gallop, gangguan irama supraventrikular
dan ventricular.
d)
Gagal jantung. Dekompensasi
jantung terutama mengenai jantung sebelah kanan.
Gejala
Klinis
a) Letih
b) Napas
pendek
c) Detak
jantung tidak teratur
d) Demam
Gejala-gejala
lain karena gangguan yang
mendasarinya:
a) Menggigil
b) Demam
c) Anoreksia
d) Nyeri
dada
e) Dispnea
dan disritmia
f) Tamponade
g) Ferikardial/kompresi (pada
efusi perikardial)
2.6 Penyebab Miokarditis
Penyebab miokarditis adalah:
a)
Infeksi
bakteri
b)
Infeksi
jamur
c)
Infeksi
parasit
d)
Infeksi
virus
2.7 Manifestasi Klinis Miokarditis
Manifestasi
klinis dari miokarditis
adalah:
a)
Tergantung pada jenis infeksi dan derajat
kerusakan jantung
b)
Kelelahan, dispneu,
berdebar-debar
c)
Rasa tidak nyaman di dada dan perut
d)
Bunyi jantung tambahan, gallop dan bising sistolik
e)
Denyut nadi alternans (pergantian denyut lemah
dan kuat secara reguler)
2.8 Faktor Resiko Miokarditis
Penyakit ini
dapat menyerang semua golongan umur. Ada yang menduga miokarditis terjadi
5-15% dari pasien dengan penyakit infeksi. Demam reumatik sebagai penyebab
miokarditis sering terdapat di negara-negara berkembang. Faktor
predisposisi diawali dengan penyakit-penyakit kelainan jantung dapat berupa
penyakit jantung rematik, penyakit jantung bawaan, katub jantung prostetik,
penyakit jantung sklerotik, prolaps katub mitral, post operasi jantung,
miokardiopati hipertrof obstruksi.
2.9 Klasifikasi Miokarditis
a)
Acute isolated myocarditis adalah miokarditis
interstitial acute dengan etiologi tidak diketahui
b)
Bacterial myocarditis adalah miokarditis yang
disebabkan oleh infeksi bakteri
c)
Chronic myocarditis adalah penyakit radang miokardial
kronik
d)
Diphtheritic myocarditis adalah mikarditis yang
disebabkan oleh toksin bakteri yang dihasilkan pada difteri: lesi primer
bersifat degeneratiff dan nekrotik dengan respons radang sekunder
e)
Fibras myocarditis adalah fibrosis fokal/difus
mikardial yang disebabkan oleh peradangan kronik
f)
Giant cell myocarditis adalah subtype miokarditis akut
terisolasi yang ditandai dengan adanya sel raksasa multinukleus dan sel-sel
radang lain, termasuk limfosit, sel plasma dan makrofag dan oleh dilatasi
ventikel, trombi mural, dan daerah nekrosis yang tersebar luas
g)
Hypersensitivity myocarditis adalah mikarditis yang
disebabkan reaksi alergi yang disebabkan oleh hipersensitivitas terhadap
berbagai obat, terutama sulfonamide, penicillin, dan metildopa
h)
Infection myocarditis adalah disebabkan oleh agen
infeksius; termasuk bakteri, virus, riketsia, protozoa, spirochaeta, dan
fungus. Agen tersebut dapat merusak miokardium melalui infeksi langsung,
produksi toksin, atau perantara respons immunologis
i)
Interstitial myocarditis adalah mikarditis yang
mengenai jaringan ikat interstitial
j)
Parenchymatus myocarditis adalah miokarditis yang
terutama mengenai substansi ototnya sendiri
k)
Protozoa myocarditis adalah miokarditis yang
disebabkan oleh protozoa terutama terjadi pada penyakit Chagas dan
toxoplasmosis
l)
Rheumatic myocarditis adalah gejala sisa yang umum
pada demam reumatik
m)
Rickettsial myocarditis adalah mikarditis yang
berhubungan dengan infeksi riketsia
n)
Toxic myocarditis adalah degenerasi dan necrosis fokal
serabut miokardium yang disebabkan oleh obat, bahan kimia, bahan fisik, seperti
radiasi hewan/toksin serangga atau bahan/keadaan lain yang menyebabkan trauma
pada miokardium
o)
Tuberculosis myocarditis adalah peradangan
granulumatosa miokardium pada tuberkulosa
p)
Viral myocarditis disebabkan oleh infeksi virus
terutama oleh enterovirus; paling sering terjadi pada bayi, wanita hamil, dan
pada pasien dengan tanggap imun rendah
2.10 Patofisiologi Miokarditis
Kerusakan miokard
oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui tiga mekanisme dasar:
a) Invasi
langsung ke miokard
b) Proses
immunologis terhadap miokard
c) Mengeluarkan
toksin yang merusak miokardium
Proses
miokarditis viral ada dua tahap, fase pertama (akut) berangsung kira-kira 1
minggu (pada tikus) di mana terjadi invasi virus ke miokardium, replikasi virus
dan lisis sel. Kemudian terbentuk neutralizing antibody dan virus akan
dibersihkan atau dikurangi jumlahnya dengan bantuan makrofag dan neutral killer
cell (sel NK). Fase
kedua miokardium akan diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan sistem imun akan
diaktifkan antara lain dengan terbentuknya antibodi terhadap miokardium, akibat
perubahan permukaan sel yang terpajan oleh virus. Fase ini berlangsung beberapa
minggu sampai beberapa bulan dan diikuti kerusakan miokardium dan yang minimal
sampai yang berat. Enterovirus
sebagai penyebab miokarditis viral juga merusakkan sel-sel endotel dan
terbentuknya antibodi endotel, diduga sebagai penyebab spasme mikrovaskular.
Walaupun etiologi kelainan mikrovaskular belum pasti, tetapi sangat mungkin
berasal dari respon imun atau kerusakan endotel akibat infeksi virus. Jadi pada dasarnya terjadi spasme
sirkulasi mikro yang menyebabkan proses berulang antara obstruksi dan reperfusi
yang mengakibatkan larutnya matriks miokardium dan habisnya otot jantung secara
fokal menyebabkan rontoknya serabut otot, dilatasi jantung, dan hipertrofi
miosit yang tersisa. Akhirnya proses ini mengakibatkan habisnya kompensasi mekanis
dan biokimiawi yang berakhir dengan payah jantung.
2.11 Pathway Miokarditis
![]() |
2.12 Pemeriksaan Diagnostik Miokarditis
a) Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium untuk menentukan etiologi. Biakan darah dapat menemukan sebagian
besar organisme pathogen.Pada infeksi parasit terdapat eosinofilia sebagai laju
endapan meningkat. Enzim keratin kinase atau laktat dehidroginase (LDH) dapat
meningkat sesuai luasnya nekrosis miokard.
b) Elektrocardiograf
Muncul
kelainan sinus takikardia, perubahan segmen ST dan gelembung T serta low
voltage. Kadang ditemukan aritmia arial atau ventrikuler, AV block, intra
ventrikulerconduction defek dan QT memanjang.
c)
Foto thorak
Ukuran jantung sering membesar kadang disertai
kongesti paru.
d)
Ekokardiograf
Pada kedua ventrikel sering didapat hipokinesis,
bersifat regional terutama di apeks. Adanya penebalan dinding ventrikel, trombi
ventrikel kiri, pengisian diastolik yang
abnormal dan efusi pericardial.
e)
Radio Nuclide Scaning dan Magnetic Resonance Imaging.
Ditemukan adanya perubahan inflamasi dan kronis yang
khas pada miokarditis.
f)
Biopsy endomiokardial
Melalui biopsy tranvernous dapat diambil
endomiokardium ventrikel kanan kiri. Hasil biopsy yang positif memiliki nilai diagnostic
sedang negative tidak dapat menyingkirkan miokarditis. Diagnosis ditegakkan
bila pada biopsy endomiokardial didapatkan nekrosis atau degenerasi parasit
yang dikelilingi infiltrasi sel sel radang.
2.13 Komplikasi Miokarditis
a) Kardiomiopati
kongestif/dilated.
b) Payah
jantung kongestif.
c) Efusi
perikardial.
d) AV block
total.
e) Trombi
Kardiac
2.14 Penatalaksanaan Miokarditis
Penanganan pada
pasien dengan miokarditis
adalah:
a) Pasien
diberi pengobatan kusus terhadap penyebab yang mendasari (penisilin untuk streptokokus
hemolitikus).
b) Pasien
dibaringkan ditempat tidur untuk mengurangi beban jantung. Berbaring juga
membantu mengurangi kerusakan miokardial residual dan komplikasi miokarditis.
c) Fungsi
jantung dan suhu tubuh harus selalu dievaluasi.
d) Bila
terjadi gagal jantung kongestif
harus diberikan obat untuk memperlambat frekuensi jantung dan meningkatkan
kekuatan kontraksi.
2.15 Pengobatan Miokarditis
a) Semua
pasien dengan miokarditis akut sebaiknya dirawat untuk diobservasi.
b) Dianjurkan
tirah baring untuk pembatasan aktifitas.
c) Pengobatan
biasanya suportif dan ditujukan pada penyakit infeksi sistemik.
d) Terapi
spesifik dapat diberikan antibodi atau kemoterapeutik yang sesuai dngan
penyebabnya.
e) Aritmia
diobati dengan anti aritmia. Kadang-kadang diperlukan pemasangan pacu jantung.
f) Anti
imflamasi nonsteroid, salisilat, ibuprofen, dan indometasin merupakan
kontraindikasi pada fase akut (2 minggu pertama), tetapi cukup aman bila di
kosumsi pada fase-fase
lanjut.
2.16 Pengaturan Diet Penderita Miokarditis
Diet
tinggi di karbohidrat
kompleks, buah-buahan, kacang dan biji-bijian mengandung jumlah tinggi pigmen
tanaman yang dikenal sebagai flavonoid yang memberikan perlindungan terhadap
penyakit jantung sehat. Minumlah setengah dari berat badan Anda air perlu minum
80 ons air atau jus untuk mencegah sel-sel dalam tubuh kita menjadi dehidrasi.
Mempertahankan fungsi normal dari sel-sel tubuh kita merupakan cara sehat untuk
menormalkan tekanan darah tinggi.
Sayuran
dan dan buah-buahan mengandung jumlah tinggi vitamin A, E, C dan B. Vitamin E,
beta karoten dan antioksidan vitamin C membantu memperkuat pembuluh darah kecil
dan tipis sehingga darah bisa mengalir lancar dalam hasil menurunkan risiko
penyakit jantung dan stroke. Plum, tomat, dan selada air merupakan pilihan yang
terbaik. Ada banyak makanan yang dapat membantu untuk menurunkan tekanan darah
tinggi dan kadar kolesterol seperti horsenut, jus anggur, dan apel. Saya harap
artikel ini akan memberi Anda beberapa ide untuk memilih makanan yang membantu
untuk memulihkan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pencegahan
dan Pengobatan Penyakit Jantung dengan pesanan FoodsIn untuk menurunkan resiko
penyakit jantung makanan yang dikonsumsi dalam makanan sehari-hari menjadi
salah satu dari banyak faktor penting. Berikut adalah beberapa makanan yang
saya temukan sebenarnya dapat menurunkan tekanan darah tinggi dan kadar
kolesterol sehingga menurunkan resiko jantung diseasesa) air algae Fresh ganggang air segar berisi makanan
chlorophyII-kaya yang merupakan antioksidan kuat untuk melindungi membangun
radikal bebas dan memulihkan DNA sel yang rusak. Hal ini juga mengandung jumlah
tinggi Omega 3 dan asam lemak 6 yang dapat membantu menjaga tekanan darah
normal serta kadar kolesterol.
Omega 3 dan 6 asam lemak juga menghambat
pembekuan darah yang menyebabkan penyumbatan arteri dan penyakit jantung. Bawang bombay dan bawang garlicGarlic
dan mengandung sejumlah senyawa belerang tinggi yang tidak hanya membantu
meningkatkan sirkulasi darah tapi juga membantu untuk menjaga Anda dari
penggumpalan platelet bersama. konsumsi harian baik bawang putih dan bawang
membantu untuk menjaga tekanan darah dan kadar kolesterol dalam rentang yang
sehat.
2.17 Konsep Keperawatan Miokarditis
A.
Pengkajian
Pengkajian pasien miokarditis
meliputi:
a)
Aktivitas/istirahat
Gejala: kelelahan, kelemahan.
Tanda: takikardia, penurunan tekanan darah, dispnea
dengan aktivitas.
b)
Sirkulasi
Gejala: riwayat demam rematik, penyakit jantung
congenital, bedah jantung, palpitasi, jatuh
pingsan.
c)
Tanda: takikardia, disritmia, perpindaha titik impuls
maksimal, kardiomegali, frivtion
rub, murmur, irama gallop (S3 dan S4), edema, DVJ, petekie, hemoragi
splinter, nodus osler, lesi Janeway.
d)
Eliminasi
Gejala: riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal ;
penurunan frekuensi/jumlah urine.
Tanda: urin pekat
gelap.
e)
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: nyeri pada dada anterior (sedang sampai
berat/tajam) diperberat oleh inspirasi,
batuk, gerakkan menelan, berbaring.
Tanda: perilaku distraksi, misalnya gelisah.
f)
Pernapasan
Gejala: napas pendek, napas pendek kronis memburuk
pada malam hari (miokarditis).
Tanda: dispnea, DNP (dispnea nocturnal paroxismal),
batuk, inspirasi mengi, takipnea,
krekels, dan ronkhi, pernapasan dangkal.
g)
Keamanan
Gejala: riwayat infeksi virus, bakteri, jamur
(miokarditis; trauma dada; penyakit
keganasan/iradiasi thorakal; dalam penanganan gigi; pemeriksaan
endoskopik terhadap sitem GI/GU), penurunan imun.
Tanda: demam.
h)
Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala: terapi intravena jangka panjang atau
pengguanaan kateter indwelling atau
penyalahgunaan obat parenteral.
B.
Diagnosa
Keperawatan
a)
Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium,
efek-efek sistemik dari infeksi, iskemia jaringan.
b)
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan
degenerasi sel-sel otot miokard, penurunan curah jantung.
c)
Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
berhubungan dengan degenerasi otot jantung, penurunan/kontriksi fungsi
ventrikel.
d)
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai
kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat,
misalnya intepretasi informasi, keterbatasan
kognitif, menyangkal diagnosa.
C.
Intervensi Keperawatan
a) Diagnosa
Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium,
efek-efek sistemik dari infeksi, iskemia jaringan.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan:
Nyeri hilang atau
terkontrol.
Kriteria Hasil:
1) Nyeri
berkurang atau hilang
2)
Klien tampak tenang
Intervensi
1) Selidiki
keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan faktor pemberat atau penurun.
Perhatikan petunjuk nonverbal dari ketidaknyamanan, misalnya; berbaring dengan
diam/gelisah, tegangan otot, menangis.
2) Berikan
lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan misalnya; perubahan posisi,
gosokkan punggung, penggunaan kompres hangat/dingin, dukungan emosional.
3) Kolaborasi
pemberian obat-obatan sesuai indikasi (agen nonsteroid: aspirin, indocin;
antipiretik; steroid).
4) Kolaborasi
pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.
Rasional
1) Pada
nyeri ini memburuk pada inspirasi dalam, gerakkan atau berbaring dan hilang
dengan duduk tegak/membungkuk.
2)
Tindakan ini dapat menurunkan
ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.
3)
Dapat menghilangkan nyeri, menurunkan
respons inflamasi, menurunkan demam; steroid diberikan untuk gejala yang lebih
berat.
4)
Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk
menurunkan beban kerja jantung.
b) Diagnosa
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel otot miokard,
penurunan curah jantung.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan:
Pasien memiliki cukup energi untuk
beraktivitas.
Kriteria Hasil:
1) Perilaku menampakan kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan diri.
2) Pasien
mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
3) Koordinasi
otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
Intervensi
1) Kaji
respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan adanya perubahan dan keluhan
kelemahan, keletiahan, dan dispnea berkenaan dengan aktivitas.
2)
Pantau frekuensi/irama jantung, TD dan
frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan.
3)
Pertahankan tirah baring selama
periode demam dan sesuai indikasi.
4)
Rencanakan perawatan dengan periode
istirahat/tidur tanpa gangguan.
5)
Bantu pasien dalam program latihan progresif
bertahap sesegera mungkin untuk turun dari tempat tidur, mencatat respons tanda
vital dan toleransi pasien pada peningkatan aktivitas.
6)
Kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai
indikasi.
Rasional
1) Miokarditis menyebabkan
inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi sel-sel miokardial.
2) Membantu menentukan derajat
dekompensasi jantung dan pulmonal.
3) Penurunan
TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan
toleransi jantung terhadap aktivitas.
4) Meningkatkan
resolusi inflamasi selama fase akut.
5) Memberikan
keseimbangan dalam kebutuhan dimana aktivitas bertumpu pada jantung.
6) Saat
inflamasi/ kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan aktivitas
yang diinginkan, kecuali kerusakan miokard permanen/terjadi komplikasi.
7) Memaksimalkan
ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung
c) Diagnosa
Risiko tinggi
terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung,
penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan:
Mengidentifikasi
perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
Kriteria Hasil:
1) Melaporkan/menunjukkan
penurunan periode dispnea, angina, dan disritmia.
2) Memperlihatkan
irama dan frekuensi jantung stabil.
Intervensi
1) Pantau
frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah
aktivitas dan selama diperlukan.
2) Pertahankan
tirah baring dalam posisi semi-Fowler.
3) Auskultasi
bunyi jantung. Perhatikan jarak/muffled tonus jantung, murmur, gallop S3 dan
S4.
4) Berikan
tindakan kenyamanan misalnya; perubahan posisi, gosokkan punggung, dan
aktivitas hiburan dalam tolerransi jantung.
Rasional
1) Membantu
menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD, takikardia,
disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung
terhadap aktivitas.
2) Menurunkan
beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung.
3) Memberikan
deteksi dini dari terjadinya komplikasi, misalnya GJK, tamponade jantung.
4) Meningkatkan
relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian.
d) Diagnosa
Kurang pengetahuan
(kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan
kurang pengetahuan/daya ingat, mis- intepretasi informasi, keterbatasan
kognitif, menyangkal diagnosa.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan:
Menyatakan
pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
Kriteria Hasil
1) Mengidentifikasi
efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.
2) Memperlihatan
perubahan perilaku untuk mencegah komplikasi.
Intervensi
1) Kaji
kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
2) Jelaskan
efek inflamasi pada jantung, secara individual pada pasien. Ajarkan untuk memperhatikan gejala
sehubungan dengan komplikasi/berulangnya dan gejala yang dilaporkan dengan
segera pada pemberi perawatan, contoh ; demam, peningkatan nyeri dada yang tak
biasanya, peningkatan berat badan, peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
3) Anjurkan
pasien/orang terdekat tentang dosis, tujuan dan efek samping obat; kebutuhan
diet; pertimbangan khusus; aktivitas yang diijinkan/dibatasi.
4) Kaji
ulang perlunya antibiotik
jangka panjang/terapy antimicrobial.
Rasional
1) Perasaan
sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat
untuk mempelajari penyakit.
2)
Untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan
sendiri, pasien perlu memahami penyebab khusus, pengobatan dan efek jangka
panjang yang diharapkan dari kondisi inflamasi, sesuai dengan tanda/gejala yang
menunjukan kekambuhan/komplikasi.
3)
Informasi perlu untuk meningkatkan perawatan
diri, peningkatan keterlibatan pada program terapeutik, mencegah komplikasi.
4)
Perawatan di rumah sakit/pemberian
antibiotic IV/antimicrobial perlu sampai kultur darah negative/hasil darah lain
menunjukkan tak ada infeksi.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi
adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan yang telah
ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai
dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan
ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat
dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik
dan psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang
meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi
merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan
tercapai:
1) Berhasil: perilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal
yang ditetapkan di tujuan.
2) Tercapai sebagian: pasien menunujukan perilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan
dalam pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai.: pasien
tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.
BAB
III
PEMBAHASAN
KASUS
Pasien Tn. Hs. 30 tahun, dirujuk dari RSUD dengan
keluhan nyeri dada disertai sesak nafas setelah beberapa jam smrs. Pasien juga
mengatakan demam naik turun pada 3 bulan terakhir disertai mual dan tidak nafsu
makan sehingga berat badan pasien turun 10 kg dalam waktu 3 bulan. Hasil
pemeriksaan EKG menunjukkan ST elevasi yang menetap seperti perekaman beberapa
jam sebelumnya. TD = 110/60 mmHg, nadi = 120x/menit, RR = 26x/menit, suhu =
38,5º C. Hasil kultur darah menunjukkan streptococcus hemolitikus sebagai
penyebab infeksi miokarditis.
Pengkajian
1.
Anamnesa
a. Pengumpulan
data:
-
Nama: Ny. Tn. Hs
-
Usia: 30 tahun
-
Jenis kelamin: Pria
-
Suku atau bangsa: Indonesia
-
Agama: Islam
-
Pendidikan: -
-
Pekerjaan: -
-
Alamat: -
b. Riwayat
penyakit/keluhan utama:
Keluhan nyeri dada disertai sesak nafas, demam naik turun disertai mual
dan tidak nafsu makan sehingga berat badan pasien turun 10 kg dalam waktu 3
bulan
c. Riwayat
penyakit sekarang:
-
Keluhan
nyeri dada disertai sesak nafas
-
Demam
naik turun disertai mual dan tidak nafsu makan
d. Riwayat
penyakit dahulu: -
e. Riwayat
penyakit keluarga: -
f. Riwayat
pekerjaan/kebiasaan: -
2.
Pengkajian
Fisik
a. Breathing:
-
Sesak
-
Frekuensi nafas melebihi normal
b. Bleeding:
-
Inspeksi:
-
Palpasi: nadi = 120x/menit
-
Perkusi: -
-
Auskultasi: tekanan darah menurun
c. Brain:
-
d. Bladder:
-
e. Bowel:
-
f. Bone:
-
g. Psikososial:
-
Data
Fokus
Data Subjektif
|
Data Objektif
|
·
Pasien Tn. Hs. 30 tahun, dirujuk dari RSUD dengan keluhan nyeri dada
·
Sesak nafas setelah beberapa jam smrs
·
Pasien mengatakan demam naik turun pada 3 bulan terakhir
·
Mual dan tidak nafsu makan sehingga berat badan pasien turun 10 kg
dalam waktu 3 bulan
|
·
Hasil pemeriksaan EKG menunjukkan ST elevasi yang menetap seperti
perekaman beberapa jam sebelumnya
·
TD = 110/60 mmHg
·
Nadi = 120x/menit
·
RR = 26x/menit
·
Suhu = 38,5º C
·
Hasil kultur darah menunjukkan streptococcus hemolitikus sebagai
penyebab infeksi miokarditis
|
Analisa
Data
No.
|
Tgl.
|
Data
|
Masalah
|
Etiologi
|
1.
|
|
DS:
·
Mual dan tidak nafsu makan sehingga berat badan pasien turun 10 kg
dalam waktu 3 bulan
DO:
-
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Mual/muntah dan kehilangan nafsu makan
|
2.
|
|
DS:
·
Pasien Tn. Hs. 30 tahun, dirujuk dari RSUD dengan keluhan nyeri dada
DO:
·
RR = 26x/menit
·
TD = 110/60 mmHg
·
Nadi = 120x/menit
·
Suhu = 38,5º C
|
Nyeri
|
Inflamasi
miokardium, efek-efek sistemik dari infeksi, iskemia jaringan
|
3.
|
|
DS:
·
Demam naik turun pada 3 bulan terakhir
·
Sesak napas
DO:
·
RR = 26x/menit
·
TD = 110/60 mmHg
·
Hasil kultur darah menunjukkan streptococcus hemolitikus sebagai
penyebab infeksi miokarditis
·
Hasil pemeriksaan EKG menunjukkan ST elevasi yang menetap seperti
perekaman beberapa jam sebelumnya.
|
Risiko tinggi
terhadap penurunan curah jantung
|
Degenerasi otot
jantung, penurunan/kontriksi fungsi ventrikel
|
Diagnosa
No.
|
Dx. Keperawatan
|
Tanggal ditemukan
|
Tanggal teratasi
|
Paraf
|
1.
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual/muntah dan kehilangan nafsu makan ditandai dengan mual dan tidak nafsu
makan sehingga berat badan pasien turun 10 kg dalam waktu 3 bulan
|
|
|
|
2.
|
Nyeri berhubungan
dengan inflamasi miokardium, efek-efek sistemik dari infeksi, iskemia
jaringan ditandai dengan keluhan nyeri dada, RR = 26x/menit,
TD = 110/60 mmHg, Nadi =
120x/menit, Suhu = 38,5º C
|
|
|
|
3.
|
Risiko tinggi
terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung,
penurunan/kontriksi fungsi ventrikel ditandai dengan demam naik turun pada 3 bulan terakhir, sesak napas, RR = 26x/menit, TD = 110/60 mmHg, hasil
kultur darah menunjukkan streptococcus hemolitikus sebagai penyebab infeksi
miokarditis, hasil pemeriksaan EKG
menunjukkan ST elevasi yang menetap seperti perekaman beberapa jam
sebelumnya.
|
|
|
|
Intervensi
No.
|
No. Dx
|
Tujuan dan Kriteria Hasil (KH)
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
1.
|
Setelah diberikan tindakan keperawatan
selama 2
x 24 jam masalah perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan kriteria hasil:
·
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
·
Adanya minat dan selera makan
·
BB normal
|
Mandiri:
·
Berikan intake kalori dan kualitas konsumsi makanan
·
Berikan makanan yang sesuai selera pasien
Kolaborasi:
·
Berikan obat analgesik sebelum makan atau sesuai dengan jadwal yang
dianjurkan
·
Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan makanan seperti sayur-sayuran,
buah-buahan (banyak mengandung vitamin A, B, C, E, antioksidan dan beta
karoten), omega 3 dan omega 6
|
·
Untuk mengetahui pemasukan asupan intake makanan
·
Untuk menambah nafsu makan pasien
·
Untuk mengurangi rasa nyeri klien
·
Untuk membantu memperkuat pembuluh darah
kecil dan tipis sehingga darah bisa mengalir lancar dalam hasil menurunkan
risiko penyakit jantung dan stroke, menghambat pembekuan darah yang menyebabkan
penyumbatan arteri dan penyakit jantung
|
2.
|
2.
|
Setelah diberikan tindakan keperawatan
selama 2
x 24 jam masalah nyeri dapat
teratasi
dengan kriteria hasil:
·
Nyeri
hilang atau terkontrol
·
Nyeri berkurang atau hilang
·
Klien tampak tenang
|
Mandiri:
·
Berikan perhatikan
petunjuk nonverbal dari ketidaknyamanan, misalnya berbaring
dengan diam/gelisah, tegangan otot, menangis.
·
Berikan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan dan tindakan nyaman (contoh sprei yang kering/tak
terlipat, gosokan punggung).
·
Bantu melakukan teknik relaksasi, misalnya napas dalam/perlahan.
Kolaborasi:
·
Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal atau masker sesuai
indikasi.
·
Berikan obat sesuai indikasi, contoh: Antiangina (nitrogliserin
(Nitro-Bid, Nitrostrat, Nitro-Dur)
|
·
Pada nyeri
ini memburuk pada inspirasi dalam, gerakkan atau berbaring dan hilang dengan
duduk tegak atau membungkuk.
·
Tindakan
ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.
·
Membantu dalam penurunan persepsi/respons nyeri.
·
Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardia dan
juga mengurangi ketidaknyamanan sehubungan dengan iskemia jaringan.
·
Nitrat berguna untuk kontrol nyeri dengan efek vasodilatasi koroner
yang meningkatkan aliran darah koroner dan perfusi miokardia. Efek
vasodilatasi perifer menurunkan volume darah kembali ke jantung (preload)
sehingga menurunkan kerja otot jantung dan kebutuhan oksigen.
|
3.
|
3.
|
Setelah diberikan tindakan keperawatan
selama 2
x 24 jam masalah risiko
tinggi terhadap penurunan curah jantung dapat teratasi dengan kriteria hasil:
·
Mempertahankan stabilitas hemodinamik, contoh TD, curah jantung dalam
rentang normal.
·
Penurunan sesak napas
|
Mandiri:
·
Pertahankan tirah baring dalam posisi semi-Fowler.
·
Auskultasi bunyi
jantung.
·
Berikan tindakan
kenyamanan, misalnya perubahan posisi, gosokkan punggung.
|
·
Menurunkan beban
kerja jantung, memaksimalkan curah jantung.
·
Memberikan
deteksi dini dari terjadinya komplikasi, misalnya GJK, tamponade jantung
·
Meningkatkan
relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian.
|
Implementasi
Hari/tgl/jam
|
No. Dx
|
Tindakan Keperawatan
|
Hasil
|
Paraf
|
|
1.
|
·
Memberikan intake kalori dan kualitas konsumsi makanan
·
Memberikan makanan seperti sayur-sayuran, buah-buahan (banyak mengandung
vitamin A, B, C, E, antioksidan dan beta karoten), omega 3 dan omega 6
|
·
Pemasukan asupan intake makanan terpenuhi
·
Berat badan klien mengalami peningkatan
·
Klien makan habis setengah porsi
|
|
|
2.
|
·
Memberikan
lingkungan yang tenang,
aktivitas perlahan dan tindakan nyaman
·
Membantu melakukan teknik relaksasi, misalnya napas dalam/perlahan.
|
·
Klien
merasa lebih nyaman
·
Klien mengatakan nyeri berkurang
|
|
|
3.
|
·
Mempertahankan tirah baring dalam posisi
semi-Fowler
·
Memberikan tindakan kenyamanan, misalnya perubahan posisi, gosokkan
punggung.
|
·
Klien merasa lebih relaks
·
Klien tampak segar dari sebelumnya
|
|
Evaluasi
No.
|
Hari/tgl/jam
|
Dx. Kep
|
Evaluasi
|
Paraf
|
1.
|
|
1.
|
S: -
O: Pemasukan asupan intake makanan terpenuhi, berat badan klien mengalami
peningkatan, klien makan habis setengah porsi
A: Masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi
P: Intervensi memberikan makanan seperti sayur-sayuran, buah-buahan
(banyak mengandung vitamin A, B, C, E, antioksidan dan beta karoten), omega 3
dan omega 6 dilanjutkan
|
|
2.
|
|
2.
|
S: Klien merasa lebih nyaman, klien mengatakan nyeri berkurang
O: -
A: Masalah nyeri belum teratasi
P: Intervensi memberikan lingkungan nyaman dan melakukan teknik
relaksasi dilanjutkan
|
|
3.
|
|
3.
|
S: Klien merasa lebih relaks
O: Klien tampak segar dari sebelumnya
A: Masalah risiko tinggi penurunan curah jantung tidak terjadi
P: Intervensi mempertahankan
tirah baring dalam posisi semi-Fowler dan memberikan tindakan kenyamanan dihentikan
|
|
BAB
IV
PENUTUP
Kesimpulan
a)
Penyakit jantung ada 2 macam, yaitu penyakit jantung
bawaan dan penyakit jantung didapat. Kedua macam penyakit jantung ini dapat
menyebabkan gagal jantung atau fungsi jantung yang menurun di mana jantung
tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan metabolik jaringan tubuh. Miokarditis
merupakan salah satu penyakit jantung didapat non-reumatik yang sering dijumpai
b)
Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung atau
miokardium. pada umumnya disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi
dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toksin
bahan-bahan kimia dan radiasi.
c)
Komplikasi yang dapat timbul adalah kardiomiopati
kongestif/dilated, payah jantung kongestif, efusi perikardial.
d)
Manifestasi klinis adalah letih, napas pendek, detak jantung
tidak teratur, demam, Gejala-gejala lain karena gangguan yang mendasarinya,
menggigil, anoreksia, nyeri dada, dispnea dan
disritmia, perawatan untuk tindakan observasi, tirah baring/pembatasan
aktivitas, antibiotik
atau kemoterapeutik.
Saran
a)
Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan demam
reumatik, perawat harus memahami konsep dasar asuhan keperawatan demam reumatik
sehingga asuhan keperawatan dapat terlaksana dengan baik.
b)
Dalam melakukan tindakan keperawatan harus melibatkan
pasien dan keluarganya serta tim kesehatan lainnya. Sehingga data yang
diperoleh sesuai dengan tindakan yang dilakukan.
c)
Dalam melakukan tindakan keperawatan disarankan untuk
mengevaluasi tindakan tersebut secara terus menerus.
DAFTAR
PUSTAKA
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi
3. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith. M. 2002. Buku
Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.
Jakarta: EGC.
Mansjoer,
A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta.
Media Aescalapius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar